"Pulang yu mit, bel pulang udah bunyi dari tadi tau. Lo ga kangen ama kasur lo dirumah apa?" rengek ervan, berharap aku berhenti menulis dan pulang.
"Bukannya udah gue bilang tadi, gue mau ngerjain tugas sejarah dlu baru pulang. Klo lo segitu pengennya pulang, duluan aja gih. Lo bukan anak kecil yang harus ditemenin lagi pas pulang kan !?! ." ucapku ketus karna ervan terus saja mengusikku dengan rengekannya untuk pulang.
"Tapi kan gue pengennya pulang bareng lo mit, lo mah ga peka" balas ervan dengan nada so imut sambil memonyongkan bibirnya.
Aku sangat mengerti kalau ervan sedang bercanda tapi entah mengapa melihatnya bertingkah sok imut membuat emosiku naik 2× lipat dari biasanya.
"Klo mau pulang bareng gue diem " ucapku dengan sedikit menaikkan nada bicara.
Dan ervan benar benar diam setelahnya.
.
.
.Ini sudah 25 menit semenjak ervan mengajakku bicara. Aku melirik sedikit ke arah ervan. Kulihat dia sedang asik menghitung sesuatu yang berada di atap kelasku, entah apa itu .
"Pfttt " aku tertawa kecil melihat tingkahnya, ervan berhenti menghitung dan melihat kearahku.
'Mungkin dia mendengar tawaku'.
"Napa mit? " tanyanya keheranan.
"Gak "
"Gabut ni gue mit " balas ervan dengan muka memelas.
' si ervan udah cape kali ya'
"Mau pulang ? " tanyaku pada ervan.
"Tugas lu udah kelar emangnya ? " Ervan balik bertanya padaku.
"Dikit lagi "
"Yodah kelarin aja dlu "
"Ok "
Aku pun kembali mengerjakan tugasku, sebenarnya aku merasa tak enak hati membuat ervan menungguku sampai selama ini apalagi dari tadi aku terus saja memarahinya. Tapi mau bagaimana lagi tempramenku memang seperti ini.
'Lagian tadi udah gue suruh pulang ini'
' tapi ga enakan juga sih ngediemin dia mulu'
' ajak ngobrol aja kali ya '
"Ervan " ucapku untuk memulai pembicaraan.
"Napa mit ?" jawab ervan tetap melihat ke atap kelasku.
' ngobrolin apaan ya '
Ini bukan pertama kalinya aku bingung untuk memulai obrolan, karna aku punya sedikit masalah dalam komunikasi. Itulah kenapa jarang dari temanku yang sanggup berbincang lama denganku, hanya ervan yang sanggup bertahan. Biasanya juga aku hanya menunggu ervan untuk memulai obrolan.
"Oh gue tau mit, lo mau boker kan " tanya ervan sambil tertawa.
"Bukan dih " balasku sambil memukul palanya yang berada didepanku.
"Duh mita sakit nih " jawabnya sambil mengelus kepalanya.
"Hahaha sini sini gue obatin" balasku sambil mengusap palanya.
"Udah mit pala gue jangan dielus lama lama,, ntar gue naksir aja sama lo " goda ervan.
Aku tau maksud ervan mengatakan itu bukan untuk menyindirku. Tapi aku sadar diri, aku paham betul tak mungkin ada lelaki yang tertarik padaku dengan sifat dan tempramen yang seperti ini. Meski begitu, aku kesal mendapat perlakuan seperti itu darinya. Dengan spontan aku menjambak rambutnya.
"Nih biar lo ga jadi naksir sama gue. "
"Galak amet si neng " ucap ervan sambil meringis.
"Bodo "
>>>>>>>>>>>>>°°°°°°°°°°°<<<<<<<<<<<<<<
Tak lama kemudian aku membereskan buku dan alat tulisku. Kulirik ervan dari ujung mataku.
' lagi cape gini bukannya langsung pulang aja, malah nungguin gue '
Ervan tertidur dengan posisi yang menurutku kurang nyaman. Duduk diatas kursinya menyilangkan tangan dengan kepala yang terus naik dan turun.
"Ervan " panggilku selembut mungkin agar dia tak terbangun dengan kaget.
"Ervan bangun ayo kita pulang " ucapku masih lembut.
"Ervan! " aku menaikkan sedikit nada bicaraku sambil menggoncangkan tubuhnya.
' sialan emang ni ervan kalo tidur kebluk banget, pakek toa baru bangun kali ni anak '
Pikirku sambil tertawa kecil membayangkan seperti apa nanti reaksi ervan jika hal tersebut terjadi.
"Tawa mit ? " tanya ervan padaku."Lah udah bangun lo ? " jawabku dengan balik bertanya padanya.
"Kapan gue tidur ?. "
"Au ah "
"Haha iya iya makasih udah bangunin gue. Kapan kapan lo bangunin gue juga dong pas mau berangkat sekolah. Klo lo yang bangunin ga tau kenapa gue cepet meleknya" goda ervan lagi.
"No thanks gan. "
Kemudian aku mengambil tasku dan berjalan ke luar kelas lebih dlu.
" Lo mah gitu mit ditungguin malah ninggalin" ucap ervan menyusul jalanku.
__________
.
.
.
.
.
.
..
.
.
.
.
.Jangan pada bosen baca cerita aing yak,, meski gaje.