"Kali ini kamu gagal menyelamatkan temanmu, huh?" Terdengar suara di belakangku, segera aku menoleh dan dibuat terkejut olehnya yang sedang memegang sebuah kabel dan gunting.
"Aldi, kamu... "
Brak!
Dia melempar gunting dan kabel itu dihadapanku, senyum menyeringai menghiasi bibirnya. Tangan putih itu merogoh sesuatu dibalik badannya, sekantong cairan berwarna merah terlihat keluar dari balik badannya.
"Kau tau, Meira. Ini minuman kesukaanku," ucapnya sambil menyobek ujung plastik itu, dia menghisap cairan merah kental itu dengan nikmat.
"Kau menjijikan, bagaimana bisa kau melakukan hal seperti ini? Apa kau mencoba membunuhku?"
"Awalnya begitu, tapi sepertinya Sagita selalu melindungimu, jadi mungkin satu persatu aku akan menyingkirkan teman-temanmu dulu," balasnya sambil mengelap sisa cairan merah itu di mulutnya. "Kau mau? Ini sangat lezat." Ia berjongkok dan mendekatkan cairan itu ke arah mulutku.
"Jauhkan itu dariku!" Tapi bukannya menyingkir, ia justru mencengkram tanganku erat dan memaksaku meminumnya. Cairan itu berceceran mengenai mulut dan bajuku dan seketika bau anyir menusuk hidung.
"Jangan! Kau gila, Al. Pergi! Pergiiiii.... " Teriakku histeris lalu terbangun dari tidur, aku mengucek mata cepat dan melihat sekeliling, aku berada di kamarku. Meraba mulut dan baju yang kering tak ada noda cairan merah itu, nafasku masih tersenggal-senggal. Ku raih botol minum di samping tempat tidue dan meminumnya beberapa teguk lalu meletakkannya lagi, jam di dinding menunjukkan pukul tiga pagi, Mimpi ini sungguh menyeramkan, seketika aku merasa takut dengan Aldi. Hiii, benarkah dia psikopat berdarah dingin?
----
Setelah mimpi itu mataku tak bisa terpejam lagi, ku habiskan waktu untuk membaca buku sampai masuk subuh. Setelah sholat, aku memutuskan berjalan-jalan disekitar kos-an sambil mencari sesuatu untuk sarapan, tadinya mau mengajak Jihan tapi dia sedang banyak tugas kuliah yang harus diselesaikan pagi ini juga.
Saat tiba di kosan usai berjalan-jalan, ku lihat Aldi baru saja turun dari mobilnya dengan membawa sesuatu ditangan, sesuatu yang mengkilap seperti... Gunting? Jangan-jangan dia mau menggunting kabel remku seperti yang ada dimimpi. Dengan cepat aku berlari mendekati halaman parkiran motor, sengaja bersembunyi disekitar situ, tapi tak juga ada tanda-tanda mencurigakan dari Aldi. Ia yang tadi turun dari mobil dan masuk rumah tak lagi keluar sampai sekarang. Karena takut terlambat kerja akhirnya aku beranjak dari tempat persembunyianku dan bergegas mandi.
"Meira, aku pinjam motormu sebentar ya. Mau ke fotocopy belakang kosan," teriak seseorang diluar.
Deg! Suara itu...
"Jangan Jihan! Jihan? Kau masih disana?" Tak ada jawaban. Aku segera memakai pakaianku lagi, tak jadi mandi. Dengan cepat berlari ke arah parkiran dan melihat sosok Jihan baru saja keluar dari gerbang mengendarai motor matic hitam milikku.
"Jihan! Berhenti! " Teriakku keras tapi sepertinya ia tidak dengar, aku berlari semakin kencang mengejarnya. Sudah lama tidak olahraga dan berlari seperti ini sangat menguras tenaga tapi aku tak peduli, yang penting menyelamatkan Jihan.
"Jihan! Jihan! Berhentiii!" Teriakku lagi. Kali ini Jihan mendengarku, ia mengidupkan lampu sen lalu merapat minggir. Ia turun dari motor dan melihatku bingung yang mungkin terlihat gila berlari-lari menggunakan piyama tidur tanpa alas kaki.
"Hah, hah, hah, hah... " Aku mengatur nafasku setelah sampai di depannya. Dadaku sesak sekali, ku tepuk-tepuk pelan sambil menarik nafas dalam dan cepat.
"Kamu ini kenapa? Aku kan sudah bilang tadi mau pinjam motormu," Jihan menepuk punggungku pelan, terlihat wajahnya kebingungan melihatku.
"Tu.. tunggu, biar.. kan ak.. aku ber.. nafas du.. lu," ucapku terputus-putus, ia hanya mengangkat kedua bahunya sambil sesekali menepuk lembut punggungku.
![](https://img.wattpad.com/cover/182945655-288-k37140.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KAMAR NOMOR 13 (Belum Direvisi)
HorreurMeira, gadis cantik itu tadinya hidup dengan tenang tiba-tiba terusik saat ia menempati kamar nomor 13 yang sudah kosong hampir dua tahun. Konon, dulu penghuni kamar itu meninggal secara mencurigakan. Sosok diduga arwah Sagita--penghuni kamar yang s...