Chapter 3: Hari Pertama

772 53 10
                                    

Terlambat merupakan hal yang sudah biasa terjadi pada siapapun. Kebanyakan terjadi karena rasa malas berangkat sekolah. Tak sedikit juga yang datang lebih awal namun masih bisa merasakan malas. Fary? Anak yang dikenal rajin di desanya akhirnya merasakan seperti apa terlambat datang ke sekolah, bahkan di hari pertama sekolah. Dia terbiasa dibangunkan ibunya dirumah, sampai dia lupa ibunya sekarang tidak tinggal bersamanya. Fary berlari menuju sekolahnya yang tak terlalu jauh dari tempat tinggalnya sekarang.

Saat hampir memasuki gerbang sekolah, Fary dicegat oleh salah seorang siswa yang berseragam sama dengan Fary, namun menggunakan jas biru muda. Anak itu lebih tinggi darinya. Wajahnya tampan dan memiliki rambut bergelombang hingga hampir membentuk sebuah poni di dahinya. Fary sudah bisa menebak kalau anak didepannya adalah anak OSIS. Namun wajah anak OSIS itu terlihat tidak ramah. Fary sudah bisa menebak kesalahannya sendiri. Terlambat!

"Bocah! Kenapa lu terlambat? Lu ga liat udah jam berapa?" Anak itu membentak Fary semena-mena.

"Maaf kak, saya bangun kesiangan"

"Hari pertama aja lu udah berani telat bocah. Gimana besok-besok? Mau telat lagi? Lu gapernah diajarin disiplin sama Bapak lu?"

Dan di hari pertamanya Fary sudah merasa sakit hati mengenai Bapaknya. Apa semua anak kota seperti ini? Kalau begitu Fary tidak akan bertahan lama disini.

"Maaf kak, saya janji nggak akan terlambat lagi" Fary menunduk menyesal. Meskipun dibentak seperti ini, Fary sudah diajarkan untuk selalu bersabar sejak kecil.

"Ada apa Rev?"

Seorang anak mendekati mereka berdua. Fary mendongak melihat ada anak berjas yang sama melangkah mendekat. Anak itu juga tak kalah tampan dengan anak yang ada didepan Fary sekarang. Apa semua anak kota setampan ini? Fary merasa minder saat ini.

"Eh.. Bang Yud, ini nih. Anak ini terlambat hari pertama orientasi" Anak itu kembali membentak.

Anak satunya menatap Fary, kemudian dia tersenyum.

"Nama lu?"

Fary mendongak dan melihat nametag anak yang baru datang itu. Nama anak itu tertulis disana.

"N.. Nama saya Fary Kak Karyawahyudha" Fary menjawab dengan grogi.

Anak itu tergelak geli dengan cara memanggil Fary kepadanya.

"Panggil gua Karyud aja. Gausah nama lengkap gua juga" Karyud bersuara.

"M.. Maaf kak" Fary serba salah kali ini.

"Lu bukan berasal dari sini ya?" Karyud kembali bertanya.

Fary menggelengkan kepalanya.

"Maaf ya, kalau disini bahasanya emang kurang sopan menurut lu. Tapi sebenarnya orang-orang disini baik kok"

Lalu gimana dengan anak satunya ini yang daritadi membentak Fary? Apa seperti itu disebut baik? Fary bergumam di hatinya.

"Revo, anterin dia biar bisa gabung sama siswa baru lainnya"

"Tapi Bang, dia kan.."

"Udah gapapa, ini masih hari pertama. Lagian sekarang kan masa pengenalan" Karyud menjawab santai pada anak yang dipanggilnya Revo itu.

Dari cara mereka berbicara, Fary mengetahui sesuatu. Anak yang bernama Karyud ini sudah kelas tiga karena Revo memanggilnya "Bang" yang artinya Revo sekarang masih kelas dua.

"Lu.. Sekarang ikutin gua bocah buat kumpul sama siswa lain"

Apa ini? Kenapa Revo mengikuti perintah Karyud begitu saja? Siapa Karyud sebenarnya? Lalu kenapa Revo masih saja senang memanggilnya bocah? Revo dan Fary hanya beda satu tingkat. Fary hanya bisa menurut dan mengikuti langkah Revo. Setidaknya Fary sudah diperbolehkan masuk kan?

Bersambung

Sudah terlihat siapa cameo yang muncul kan? :3

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Silent KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang