Hari ini seharusnya adalah hari jadi kita. Hari yang tepat untuk saling mengingat bagaimana awal pertemuan kita hingga akhirnya memutuskan untuk bersama. Hari ini seharusnya aku mendapatkan ucapan romantis darimu sebagai kado sederhana. Namun sayangnya, yang kudapatkan justru bukan hal yang aku harapkan.
Berita mengejutkan itu tiba-tiba sampai kepadaku. Saat dimana kulihat wajah-wajah yang begitu garang terhadapku kini terlihat ramah saling membagi tawa dan kebahagiaan dengan seorang wanita baru. Wanita yang bahkan belum pernah sekalipun bertemu dengan keluargamu, namun dengan begitu mudahnya mengambil hati mereka, terutama hati ibumu.
Ada sesak dan sakit yang tak bisa kujabarkan satu persatu. Tanpa kuminta, air mataku jatuh tak mudah dicegah. Aku kecewa. Kecewa yang jauh berbeda. Kali ini sakitnya tak terhingga.
Aku mencoba mencari riuh di keramaian. Bermaksud mengubur duka dan luka agar tak merajalela. Nyatanya malah sia-sia. Bayangan-bayangan itu masih tak jua beranjak dari kepalaku. Membuatku terenyuh tak sanggup menahan air mata yang perlahan jatuh membasahi kedua pipiku untuk kedua kalinya. Lebih deras, hingga terdengar sesenggukan.
Teringat di suatu masa aku pernah berjuang mati-matian mengambil hati keluargamu. Terutama ibumu. Berusaha membuat mereka menerimaku sebagaimana adanya diriku. Bertahun-tahun aku mencoba mengetuk pintu hati mereka. Berkali-kali pula mereka menguatkan gembok di pintu hati mereka.
Terkadang aku bertanya-tanya apa salahku terhadap mereka? Mengapa banyak sekali yang membenciku? Mengapa mereka menganggap aku sebagai masalah baru dan rentetan masalah yang sedang terjadi antara kau dan keluargamu?? Hingga di hari ini, Tuhan memberikan jawabannya. Bahwa menjadi baik saja memang tak cukup. Kini aku tersadar, yang cantik parasnya, dan gemilang isi rekeningnya jauh lebih mudah diterima dibandingkan yang berjuang dari bawah dengan tenaga, hati, dan pikirannya.
Aku mengutuki mereka, tidak terima. Sempat berniat jahat meski akhirnya aku sadar bahwa membalas kejahatan dengan hal yang sama hanya akan membuatku semakin hina. Membuatku menjadi tak ada bedanya dengan mereka. Aku menangis seharian dalam keheningan. Aku tak mau ada orang lain yang tau. Air mataku tercurah tumpah tak lagi mampu terbendung.
Berjam-jam menangisi luka yang masih terasa pedih di ulu hati, akhirnya aku mampu kembali menegakkan kepala. Belajar menerima, memaafkan, dan ikhlas atas apapun skenario yang Tuhan berikan. Memaafkan bukan hanya untuk kedamaian hati tapi juga untuk menyembuhkan luka yang masih menganga.
Sampaikan ucapan selamatku kepada perempuan baru yang dengan segera akan menjadi bagian dari keluargamu. Sampaikan pula ucapan terima kasihku terhadap semua anggota keluargamu atas apa yang selama ini mereka lakukan. Mereka telah mengajariku menjadi tangguh, menjadi kuat, dan tak gampang menyerah. Mereka pula telah mengajariku bagaimana untuk tetap menjadi baik meski sudah berkali-kali diperlakukan tidak baik.
Semoga perempuan itu adalah benar orang baik sesuai dengan ekspektasi keluargamu. Ku turut bahagia, meski tak kupungkiri ada luka yang terselip di antaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Breaking Heart
RomanceTentang bagaimana patah hati mampu memberi pelajaran dan merubah seseorang. Tentang sebuah kenyataan bahwa penyebab patah hati tak melulu bersoal tentang orang ketiga.