Lagi, Dunia gelap ini lagi.
Aku duduk di sebuah pojokan gedung tua tak berpenghuni. Disini sepi, itu membuat isakan tangisku semakin jelas terdengar di gedung tua ini.Aku begitu rapuh sekarang.
Siratan kejadian yang memilukan itu masih berputar dikepalaku. Ayahku seorang pembunuh , dia jahat, psikopat!.
Siang tadi dia pulang kerumah dengan keadaanya yang mabuk berat dan tiba tiba saja menodongkan pistolnya kepadaku dan ibu.
Ibu menyuruhku lari dan melindungiku dengan mencoba melawan ayah,tapi ayah malah menarik pelatuknya dan berhasil mengenai perut ibu. Aku yang melihat langsung kejadian itu dari ambang pintu hanya bisa menjerit dan menangis dalam bungkaman tanganku sendiri ketika melihat ibu yang sudah terkapar kaku dilantai dengan bersimpah darah dimana mana. Aku tak bisa melawan ataupun merangkul ibu disana karena ayah yang masih menodongkan pistolnya kearahku.
Namun, aku berhasil melepaskan diri dan kabur dari rumah itu sejauh mungkin hingga akhirnya tersesat tak tentu arah.Dan disini aku sekarang. Sendirian menatap pilu nasibku ini.aku berjongkok dan Merangkul kedua lututku sambil menunduk, menyembunyikan deraian air mata yang tak kunjung surut membasahi pipiku.
Saat isakan tangsiku semakin kencang, aku merasakan ada sebuah usapan hangat dipunggungku. Dia menepuk pelan dan mencoba merangkulku. Hal Itupun sontak membuat isakan tangisku sekejap terhenti. kutanggahkan kepalaku untuk melihat sangpelaku.
"Kamu kenapa? " tanya-nya pelan dengan wajah keheranan
Aku bungkam. Ternyata bukan sesosok malaikat yang menemuiku. Dia hanyalah sesosok lelaki biasa.
Mungkin hayalannku terlalu tinggi, tapi saat ini aku hanya ingin Ibuku yang hadir dan merangkulku disini.Ibuku sang malaikat baik yang kuinginkan.
Akupun hanya menatap datar lelaki yang masih berdiri disampingku itu sekilas, dan kembali menunduk menenggelamkan wajahku diantara kedua lutut yang kurangkul.
Kudengar ia menghela nafasnya pasrah, lalu segera duduk diampingku dan sedikit mendekat
-Sepertinya ingin menemani-.
Lelaki itu ikut merengkuh lututnya dan menunduk. entah apa yang juga terjadi padanya.Hingga saat hari mulai gelap,ia terus berada disampingku. Aku agak heran tapi juga merasa nyaman, aku jadi tidak kesepian. Seiring waktu berjalanpun aku dan anak lelaki itu terasa mulai akrab. Dia menghiburku dan memberiku semangat. Yah..aku menceritakan semua padanya, kisah piluku itu aku ceritakan dan aku mempercayainya.
Aku yakin.
Mungkin harus ku tarik kembali ucapanku tadi. Dia, adalah malaikat.
Malaikat baik yang ku inginkan . Mungkin ibu melihatku dilangit saat ini, ia mungkin menitipkan kasih sayangnya dihati lelaki ini."Namaku Arabella Aura"
Uluran tangan mungil itu segera saja ia jabat.lelaki itu lantas tersenyum riang.
"Namaku-" ucapannya terputus.
Semburat cahaya putih tiba tiba saja menyilaukan mataku.seluruh benda disisiku seketika mengilang,termasuk lelaki itu.Kini kepaku terasa begitu pusing, sesuatu seperti menusuk dikepalaku dan pandangan mata ini mulai kabur, semuanya gelap dan-
KAMU SEDANG MEMBACA
~THINKERBELL~
Teen Fiction•{loong chapter in the story}• •#1 chapter = 1000+ kata Dahulu, aku memiliki sebuah cerita indah mengenai seorang malaikat baik yang menolongku. dia sempurna dan penuh tawa. Di tiap hari-hariku pasti selalu terhiasi warna indah hingga pada akhirnya...