Tiga

6.9K 539 28
                                        

Misha menarik napasnya dalam-dalam. Mengusap dadanya yang berdebar ketakutan. Misha takut, sedangkan di koridor tadi sangat sepi. Hanya ada Pria itu. Misha merasa tatapan itu seakan menelanjanginya. Misha takut jika Pria itu berbuat macam-macam. Satu macam pun Misha tak sanggup.

Bagaimana ini ...

Misha rasanya ingin menangis, dia takut dengan situasi seperti ini. Lutut Misha bergetar terasa lemas. Air mata Misha mengalir begitu saja, dalam posisi darurat seperti ini, Misha memang selalu berubah jadi Misha yang cengeng. Misha menarik napasnya dalam-dalam, lalu menghembuskannya pelan. Terus berulang sampai degup jantungnya sedikit melambat dari sebelumnya.

Misha menatap cermin yang ada di hadapannya. Misha berusaha meyakinkan dirinya jika Pria itu hanya sekedar orang asing. Bukan orang jahat.

Misha berbalik kemudian perlahan membuka pintu toilet pelan. Misha mengintipkan matanya dari celah pintu, mencari-cari sosok Pria yang tadi, dan ternyata tidak ada. Misha menghembuskan napas lega, sedikit menyunggingkan senyumannya. Pria itu tidak ada.

Pintu dibuka lebar, baru saja Misha keluar. Matanya terbelalak saat seseorang menarik tangannya hingga membentur keras dada bidang Pria itu. Misha berontak, tapi sayangnya tubuh mungil Misha malah terhimpit tubuh besar itu.
Misha meronta saat tubuhnya semakin dihimpit tubuh itu. Misha terus meronta mencari celah untuk kabur dari Pria yang menghimpitnya.

Pria itu hanya tersenyum miring melihat reaksi Misha yang terus meronta. Dia sedikit memiringkan wajahnya, lalu mengecup leher jenjang Misha.
Misha menegang, dia semakin meronta. Berteriak bukan hal yang bagus, yang ada malah memperburuk situasi. Karena toilet di sana sangat temaram, belum lagi sepertinya jarang ada orang yang melewat ke sana.

Tubuh besar itu semakin menekan tubuh mungil Misha. Mata Misha sudah memanas, dia belum pernah berada di situasi yang menyedihkan begini.

Pria itu semakin menggila dengan terus mengecupi permukaan wajah Misha. Dia hendak mencium bibir Misha. Namun Misha segera menghindar dengan memalingkan wajahnya ke samping.

Tangan Misha bergerak mendorong dada bidang Pria itu. Misha mendorongnya terus sampai akhirnya Pria itu menjauh darinya. Napas Misha terengah, Misah menghirup udara di sana secepat mungkin.

Pria itu menatap Misha semakin lekat, lalu setelahnya dia menyeringai seolah dia mendapatkan ide yang bagus.

Misha beringsut menjauh saat melihat seringaian itu. Misha semakin mundur saat Pria itu melangkah mendekati Misha. Setiap langkah Pria itu, menghantarkan intimidasi yang begitu kuat. "Tidak! Aku tidak mengenalmu. Jangan! Jangan macam-macam!" Misha memajukan tangannya memberi isyarat untuk berhenti. Namun sayanganya pria itu terus melangkah, dan sialnya Misha tak bisa kabur lagi karena dia sudah berada di titik terakhir. Tembok yang menghalangi jalan.

Misha menyatukan kedua tangannya, memelas pada Pria di hadapannya. Bahkan air matanya sudah mengalir deras tak terbendung. "Aku mohon ... Jangan lakukan apapun padaku ... Aku tidak mengenalmu."

Misha menggelengkan kepalanya tak beraturan saat Pria itu sudah mengikis jarak antara mereka. "Tidak! Lepas!" Jerit Misha saat tubuhnya melayang karena Pria itu menaikan Misha ke bahunya. Persis seperti sedang memanggul karung beras. Misha berontak memukul bahu Pria itu. "Berengsek! Lepas sialan! Tolong! Tolong!" Teriak Misha dengan linangan air mata yang terus mengalir. Ke mana dia akan dibawa? Kenapa dia jadi begini?
Sekalipun ia tak pernah bermimpi tentang kejadian ini.

Pria itu terus berjalan tak memperdulikan pukulan yang Misha layangkan. Baginya, pukulan Misha tak berarti apapun. Sampai di parkiran mobil, Pria itu segera menekan tombol otomatis mobilnya. Membuka pintu penumpang di depan, kemudian mendudukan Misha di sana.

Acidentally Love (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang