Bab 4 Formasi Huruf N

2 0 0
                                    

"Hai Kavi, nih kubawakan dua ekor ikan, semoga makan malammu nikmat," Narpati terbang rendah, meletakkan kedua ikan persis di depan Kavi. Sejenak mereka beradu pandang sambil tersenyum.

Kavi: "Baru sekitar jam tiga sore, kenapa kamu tidak berlatih terbang di angkasa?"

Narpati: "Hmm, malas."

Kavi: "O ya, ada gosip nih, emm... kudengar ada elang muda betina yang lagi dekat ama kamu. Dia... dia..."

Narpati: "Si Eswari. Hehehe... kami bersahabat sangat dekat. Karena dia, aku masih hidup hingga sekarang."

Kavi: "Syukurlah. Ada kabar baik... kayaknya kedua mataku mulai ada perkembangan."

Narpati: "Oya? Berarti kamu sudah bisa melihat dong? Wow... aku hepie banget mendengarnya." (jingkrak-jingkrak)

Kavi: "Iya, tapi masih samar-samar. Emm... gpp lah, semoga aja minggu depan perkembangannya semakin bagus."

Sejenak Narpati memandang dengan pandangan kosong ke arah pepohonan. Hatinya mulai resah karena sedikitpun belum menemukan solusi. Kavi menyangka bahwa nih elang pasti lagi sedih karena mengingat kematian bapaknya. Sejenak mereka terdiam beberapa saat. Ketika angin bertiup lumayan kencang, Narpati curhat, "Aku mempunyai rencana untuk pindah dari daerah ini. Hmm... aku sangat tidak nyaman dengan tembakan Kesowo. Setidaknya, aku harus menyelamatkan diri. Gimana menurutmu?"

Kavi: "Pemikiran yang bagus. Syukurlah kalau kamu sudah bisa berfikir seperti itu."

Narpati: "Jadi... kamu setuju kalau aku pindah?"

Kavi: "Enggak."

Narpati: "Lho... kok?" (bengong)

Kavi: "Di manapun tempat yang akan kaudiami, pasti bahaya tetap ada. Narpati, janganlah lari dari masalah! Ketahuilah bahwa masalah kehidupan tuh seperti bayangan badanmu sendiri... kemanapun kau pergi, masalah akan selalu ada."

Narpati: "Hmm..."

Kavi: "Kamu mempunyai kelebihan dimana binatang yang lain tidak memilikinya. Pertama, pandangan matamu sangat tajam, bahkan di malam hari kamu bisa memandang dengan sangat jelas bagai di siang hari. Kedua, kekuatan terbangmu sangat hebat. Kamu sanggup terbang hingga 160 km/ jam."

Narpati: "Aku bisa lebih dari itu."

Kavi: "Berapa?"

Narpati: "Sekitar 200 km/ jam."

Kavi: "Wow, mantap. Na... dengan kekuatanmu seperti itu, kamu bisa menghindari peluru Kesowo, asalkan..."

Narpati: "Asalkan apa?"

Kavi: "Asalkan kamu waspada. Sekali lagi... kamu harus waspada."

Pembicaraan mereka terhenti manakala ada elang muda terbang dengan sangat pelan. Narpati langsung teriak sambil tersenyum, "Hai Eswari, kamu mau kemana?" Eswari tersenyum, terbang ke arah Kavi dan Narpati, lalu hinggap di atas tanah dekat dengan mereka.

Narpati: "Kenalkan, ini Kavi... sahabatku."

Kavi: "Hai Eswari, gimana kabarmu?"

Eswari: "Baik, hai Kavi... kulihat kedua matamu agak bengkak. Kenapa?"

Narpati: "Dia habis menangis karena putus ama pacarnya, wkwkwk." (mencoba bergurau)

Kavi: "Hahahaha... pacarku jatuh hati ama ular sawah, wkwkwk." (just joke aja, tapi asyik)

Eswari: "Selingkuh ama ular sawah? Hahaha, pasti mantanmu tuh stress, ya? Lha wong punya pacar ular kobra yang gagah, e... malah selingkuh ama ular rendahan, hehehe... aneh."

NARPATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang