Suling Emas & Naga Siluman 1 (Bu Kek Sian Su)

11.4K 23 0
                                    

Bu Kek Sian Su 11

Suling Emas Dan Naga Siluman

Puncak-puncak gunung menjulang tinggi di sekeliling, berlumba megah menembus awan. Sinar matahari pagi merah membakar langit di atas puncak di timur, mengusir kegelapan sisa malam dan menyalakan segala se­suatu di permukaan bumi dengan cahaya­nya yang merah keemasan. Salju yang menutupi puncak-puncak tertinggi seperti puncak-puncak Yolmo Lungma (Mount Everest), Kancen Yunga, dan Kongmaa La, berkilauan dengan sinar merah matahari pagi, seolah-olah perut gunung-gunung itu penuh dengan emas murni. Daun-daun pohon yang lebat seperti baru bangkit dari tidur, nyenyak dibuai kege­lapan malam tadi, nampak segar berman­dikan embun yang membentuk mutiara­-mutiara indah di setiap ujung daun dan rumput hijau. Cahaya matahari mencip­takan jalan emas memanjang di atas air Sungai Yalu Cangpo yang mengalir te­nang, seolah-olah masih malas dan ke­dinginan.

Sukarlah menggambarkan keindahan alam di Pegunungan Himalaya ini di pagi hari itu. Pagi yang cerah dan amat in­dah. Kata-kata tidak ada artinya lagi untuk menggambarkan keindahan. Kata-kata adalah kosong, penggambaran yang mati, sedangkan kenyataan adalah hidup, seperti hidupnya setiap helai daun di antara jutaan daun yang bergerak lembut dihembus angin pagi.

Seperti biasa, dari semenjak dahulu sekali sampai sekarang ini, yang bangun pagi-pagi mendahului sang surya hanyalah burung-burung, hewan-hewan, dan manu­sia-manusia petani yang miskin! Orang kaya di kota biasanya baru akan bangun dari kamar mewahnya kalau matahari sudah naik tinggi sekali!

Pegunungan Himalaya merupakan pe­gunungan yang paling hebat di seluruh dunia ini, paling luas, dan paling banyak memiliki puncak-puncak tertinggi di dunia. Memanjang dari barat ke timur se­bagai tapal batas yang sukar diukur dan ditentukan letaknya dari Negara-negara India, Tibet, Nepal dan Bhutan. Pegunungan Himalaya memiliki banyak sekali gunung atau puncak-puncak yang amat tinggi, yang tertinggi dan di atas tujuh ribu meter adalah Puncak Dewi, Gurla Mandhayaf Gosainthan, Yolmo Lungma Kamet, Nanda Dhaula atau Giri, Chomo Lungma atau Mount Everest sebagai puncak tertinggi (8882 meter), dan Kan­cen (Kincin) Yunga. Itu adalah deretan raksasa-raksasa puncak yang amat tinggi di Pegunungan Himalaya. Dan di antara puncak-puncak dan lereng-lereng, di antara lembah-lembah yang amat curam, mengalirlah Sungai Yalu Cangpo atau yang juga dinamakan Sungai Brahmapu­tera.

Sungai Yalu Cangpo yang mengalir di daerah Tibet menciptakan tanah subur bagi para petani Tibet, sungguhpun me­reka yang bekerja di sawah ladang itu hanyalah buruh-buruh tani belaka karena semua sawah ladang telah menjadi milik para tuan tanah dan para pembesar yang berkuasa di Tibet, di samping para pendeta yang memiliki kekuasaan besar se­kali di negara ini.

Pagi itu, sebuah perahu yang ditum­pangi tiga orang didayung meluncur lam­bat-lambat menentang aliran air, mera­yap perlahan di tepi di mana arus tidak begitu kuat. Mereka bertiga memakai pakaian tebal karena hawa amatlah dinginnya. Di sebelah tebing di mana perahu itu meluncur lewat, nampak belasan orang petani Tibet sedang bekerja mencangkul tanah. Sepagi itu mereka sudah bekerja, dan dari pinggang ke atas mereka bertelanjang sehingga narnpak otot-otot tubuh yang kekar karena ter­biasa bekerja keras. Seorang di antara mereka, yang bertubuh kokoh kekar, menghentikan cangkulnya untuk melempangkan pinggang, mengurut punggung lalu menarik napas panjang.

"Sudah lelah? Heh-heh, mengapa tidak bernyanyi untuk melupakan kelelahan dan menambah semangat?" temannya menegur. Laki-laki yang bertubuh kokoh itu tersenyum, kemudian mengembangkan dada menghisap hawa udara sepenuh paru-parunya beberapa kali, dan tak lama kemudian terdengarlah suara nyanyiannya dalam bahasa Tibet. Suaranya nyaring, bergema sampai jauh ke lembah dan me­nyentuh permukaan air sungai, dan Si Penyanyi ini menengadah seolah-olah hendak mengadukan nasibnya dalam nyanyian itu kepada puncak-puncak yang menjulang tinggi menembus awan itu. Lagu yang dinyanyikannya adalah lagu tua yang amat disuka oleh para petani miskin.

Kho Ping HoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang