[2 : Dilema]

21 5 1
                                    

"Bang, kok lo gak mau Mama sama Papa tau sih?" Somi menghela napasnya melihat keadaan Bobby yang terbaring tidak berdaya di atas bangsal rumah sakit.

Bobby meringis melirik adiknya--Somi. "Gak bisa gue kasih tau nyokap bokap kalau gue kecelakaan, Dek. Ayolah, lo kalau bercanda jangan bikin gue pengen nabok lo dah, kesel gue denger lo bacot, istirahat sana, kan lo besok sekolah."

Somi memukul lengan abangnya dengan wajah kesal yang dengan cepat berganti cengiran. "Bang Bob kalau ngomong suka bener, hehee! Kalau gitu Somi tidur ya Bang," jawab Somi lalu bergerak ke sofa yang sudah tersedia bantal dengan selimut di sana, Somi yang membawanya sekalian dengan barang-barang Bobby.

Sementara Bobby hanya bisa membuang napas melihat kelakuan adiknya yang sedikit menyebalkan tetapi sukses bikin Bobby terasa seperti sedang di rumah.

Inilah sekiranya salah satu alasan yang sedikit membuat Bobby sadar untuk tidak memainkan hati perempuan alias buaya darat alias playboy cap kakap, karena dia tau bagaimana rasanya jika adiknya yang dipermainkan nantinya.

Bobby menatap lembut adiknya yang telah berbaring dengan selimut menutupi tubuh hingga dada, sangat menggemaskan.

"Som!" panggil Bobby ketika teringat sesuatu.

Somi membuka mata, "Kenapa Bang? Laper apa gimana? Atau mau ke toilet?"

Bobby terkekeh, "Udah kenyang gue makan air infus. Besok lo berangkat sama Chanwoo aja, Som."

Melihat tingkat aneh Somi yang langsung gelagapan ketika Bobby menyebut nama Chanwoo, apalagi dia mengatakan bahwa Chanwoo lah yang akan mengantar, Bobby hanya bisa tergelak kencang di bangsal rumah sakit segera berhenti sebelum suster-suster datang dan menegurnya.

"Apasih Bang. Gak lucu!" tegur Somi segera menyembunyikan wajah dengan selimut.

"Naksir Chanwoo lo ya. Jangan naksir dia, percaya kata gue, Dek. Dia lagi ngejar-ngejar Kanon. Masa lo ngejar dia tapi dia ngejar orang lain yang entah juga ngejar orang lain juga kan?" Bobby mengambil hapenya di nakas berniat memberi tahu Chanwoo untuk menjemput Somi di rumah sakit besok.

Somi jengkel, "Gue gak suka bang Chanu, Bang Bob. Plislah. Lagian gue juga tau dia lagi ngejar kak Kanon. Jadi gak usah ngegitu-gituin gue deh! Kesel tau!"

Bobby kaget dong, "Tau? Kok bisa?"

"Ya bisa. Lo kaya ga tau skill stalker gue aja deh, Bang."

"Anjir. Kerad lo, Dek. Ngeri juga sih karena lo tau semuanya."

Somi protes tidak terima, mengerucut bibir. "Bang Bobby kok makin ke sini makin nyebelin gitu sih? Mau Somi tabok lagi? Sini!"

"Eh eh, ampun!"

Dasar Bobby, masa sama adik sendiri takut. Cih.

"Oh iya Bang," Somi angkat bicara setelah lama senyap.

Bobby menaruh hapenya kembali, "Lo dijemput Chanwoo besok ke sini."

"Baaaaang, ah lo mah," bantah Somi.

"Yaelah. Lo kenapa sih kaya cacing kepanasan. Katanya ga suka ya ga papa lo dianter dia ke sekolah besok. Lo kalau naik angkot suka halu tau, Dek. Udah deh jangan ngebantah juga."

Somi masih saja merajuk. "Bang Bobby gak paham. Kalau besok bang Chanwoo yang jemput Somi, terus kak Kanon berangkat sama siapa Bang? Aelah. Gue ga mau jadi orang ketiga kali!"

"Mikir lo kejauhan kali. Udah berhenti bahas ini. Tadi lo mau ngomong apa?"

Akhirnya Somi berhenti merajuk, lagipula Bobby benar, Somi saja yang terlalu kejauhan mikirnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SINYALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang