unexpectation

2K 221 7
                                    

Jisung terjaga ketika mendengar suara pintu kamarnya tertutup. Sayup-sayup ia bisa mendengar suara bunda yang tengah berbicara dengan seseorang. Semakin di telaah semakin rendah suaranya.

Setelah lima menit terjaga, Jisung akhirnya benar-benar membuka matanya. Ia menghadap langit-langit sejenak kemudian menghadap ke arah kiri. Tak ada seorangpun disana. Kecuali bundanya, tadi.

Si bungsu kini mencoba untuk duduk. Kepalanya masih sedikit berkedut. Tangannya berusaha untuk menumpu agar tubuhnya tak kembali jatuh di tempat tidur.

Ia sedikit meringis merasakan jarum infusnya sedikit menusuk daerah yang belum mendapat perlakuan yang sama.

"Bunn...." panggil Jisung. Setidaknya kalau bunda memang berada di dekat kamarnya lasti mendengar panggilan Jisung.

Beberapa kali dia memanggil bunda tetapi tak kunjung mendapat jawaban. Hapenya pun dia lupa menaruhnya dimana terakhir kali.

Hahh...

Yang dapat ia lakukan kali ini hanya menghela nafas dan menunggu kedatangan bunda dan saudara-saudaranya, juga suster yang tiap sore mengambil sampel darahnya.

Tapi dia benar-benar bosan. Tiga hari hanya tidur di kamar saja benar-benar membuatnya seperti tahanan.

Kali ini kondisinya telah lebih baik. Sebuah ide muncul di kepalanya. Dia tersenyum lebar memikirkan idenya tadi.

Jisung benar-benar jenius...

Bunda berjalan menjauh dari kamar Jisung. Sejak pagi tadi hapenya terus berbunyi. Entah masalah apa yang terjadi di kantor, yang pasti mereka sedang membutuhkan dirinya. Tapi dia tidak mungkin meninggalkan si bungsu sendiri di rumah sakit.

Beberapa kali dia harus mengangkat telfon dari asistennya, Wendy. Menanyakan beberapa file yang sudah Yoona selesaikan tapi belum sempat melaporkannya pada atasan.

Melihat anaknya yang tidur lelap setelah tiap malam begadang, bunda jadi ngga mau mengganggu. Hingga dia memilih untuk keluar kamar menyelesaikan pekerjaannya itu.

Ia memilih duduk di kursi taman rumah sakit yang tampak masih sedikit lebih sepi dari hari sebelumnya. Sepertinya beberapa pasien telah diperbolehkan pulang.

Hapenya kembali bergetar, Bunda sigap mengangkatnya tanpa melihat nama kontak disana. Benar saja, Wendy kembali menghubunginya perihal file sebelumnya. Sepertinya wanita itu belum bisa menemukannya.

Bunda berkali-kali harus mengarahkan mbak Wendy masalah file itu. Meski sempat adu urat terlebih dahulu, akhirnya file itu di dapat.

Sebenarnya, keduanya salah. Bunda lupa nama filenya sedangkan mbak wendy sulit menerima arahan bunda. Akhirnya muncul perdebatan yang ditutup  dengan pertanyaan non formal seperti kondisi Jisung dan curhatan kecil kedua wanita dewasa itu.

Di tengah kegiatannya itu, Bunda tak sengaja melihat kedatangan Jeno dan laki-laki lainnya.

Ah...Changmin.

"Heii!!" Seru Bunda membuat keduanya bingung. Namun Jeno yang tampak lebih mendengar suara Bunda langsung memberitahu posisi wanita itu kepada Changmin.

Keduanya berjalan santai ke arah Bunda. Jeno masih dengan seragam sekolahnya, dan Changmin dengan kemeja kerja namun melihat dari kondisi pakaian yang acak-acakan, Bunda bisa tau kalau pria itu baru saja lembur hingga belum sempat mengganti pakaian.

Ngalor NgidulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang