2.

256 59 45
                                    

Vote
-----
[Name] berjalan melewati koridor sekolahnya, bisik-bisik tentang [Name] terdengar jelas oleh gadis itu saat ia berjalan, ia hanya menatap datar pada para penggosip itu, lalu kembali berjalan menjauhi para penggosip itu, mulut mereka perlu dibungkam.

"Ish... menyeramkan sekali, apa dia pembunuh?"

"Hahaha... mungkin saja, cih. Aku tidak sudi satu sekolah dengannya.."

"Ia benar-benar tidak pernah berekspresi ya?"

Dan..

"Keluarga [Surname] baru saja meninggal bukan? Kenapa ia bisa datang ke sekolah dengan santai begitu..."

"Ia beruntung karna masih hidup, ia kan tinggal terpisah dari keluarganya.. anak buangan."

Benar-benar harus dibungkam, dalam hati [Name], ia merasa kesal dan tidak suka mendengarnya, ingin menatap sinis pada mereka namun nyatanya hanya ekspresi datar yang ia tampilkan.

Tidak mungkin membungkam mereka sekarang, bagaimana bila sepulang sekolah? hehehe...

[Name] mendudukkan diri di kursinya, paling pojok dan paling belakang, menikmati suasana tenang di pojokan.

Walau kelas sudah mulai berisik saat bell masuk berbunyi keras, jangan tanya seperti apa bellnya.

Ia hanya menatap kosong saat guru memasuki ruang kelas, tidak berkedip, karna ia memang hampir tidak pernah berkedip sedikitpum, karna itulah mereka ketakutan?

Bahkan sang guru kini terlihat ketakutan saat menjelaskan, [Name] memutuskan untuk melirik ke luar jendela, hanya mendengar penjelasan guru.

Apakah semenakutkan itu?

___

Gadis itu kini berdiri di dalam sebuah hutan, dengan mayat dan darah dimana-mana, bahkan kini baju seragamnya dipenuhi darah, gadis itu menyembunyikan pisau penuh darah yang dibawanya ke dalam tas- tentu saja setelah membersihkannya.

Ia menatap datar pada mayat-mayat itu lalu mengambil korek api dan minyak tanah, ia menumpahkan minyak tersebut ke sekitar mayat-mayat itu.

"Bye."

Ia menjatuhkan korek api yang hidup, membiarkan api menjalar dan makin membesar, gadis itu dengan santainya pergi dari sana, tanpa takut ada yang melihatnya, oh iya... disinikan area yang paling sepi.. mengingat ia berada di hutan.

[Name] berjalan tak tentu arah, ia hanya terus berjalan kedalam hutan tanpa tau arah tujuannya, kini ia merasa tidak pantas untuk pulang dan bertemu sang sepupu yang mungkin kini sedang menunggunya.

Maafkan aku, batinnya, lagi-lagi air mata tumpah dari matanya tanpa sadar, ia hanya diam dan tak bersuara, menatap kosong.

Ia berhenti di sebuah mansion tua dan besar yang bernuasa suram, ia menatap datar dengan penuh keheranan, gadis itu tanpa pikir panjang langsung masuk ke dalam mansion itu.

Pintunya tak dikunci.

[Name] terdiam begitu melihat sosok gurita putih yang tinggi bagaikan tiang listrik tepat didepannya, walau terkejut, [Name] tetap tidak berekspresi karna memang begitu ekspresinya selama ini.

"Nona [Name]?" Tanya gurita itu, tunggu, dimana mulut gurita tiang listrik itu?! Iris [Name] sedikit berbinar kagum walau ekspresinya masih datar.

"Y." Jawabnya.

Singkat, padat, jelas.

"Selamat datang nona, tak disangka anda datang dengan sendirinya."

[Name] hanya mengangguk walau tak mengerti, ia hanya memandang datar pada tiang gurita itu.

Apasih sebenarnya yang ia katakan?

Sosok pemuda dengan wajah yang terlihat tampan (mungkin) terlihat dari balik tubuh gurita(?) tinggi ini.

"Siapa ini Slendy?" Tanya pemuda itu dengan suara seraknya.

"Perlakukan nona ini dengan baik, Mad."

Lalu gurita tinggi yang dipanggil Slendy itu menghilang secara mendadak.

"Penghuni baru ya?" Gumam pemuda bernama Mad itu, ia tersenyum sangat lebar, gadis dihadapannya cantik.

"Selamat datang di markas para pembunuh!! Pria tinggi itu Slenderman, dan namaku adalah Mad, bagaimana denganmu?" Pemuda itu memperkenalkan dirinya dan gurita tinggi tadi.

Oh gurita itu pria?

[Name] hanya menatap pemuda gila itu datar, memang gila kan? Namanya kan Mad, berarti gila.

[Name] yang dari awal tidak tau apa yang terjadi langsung berbalik dan berniat keluar dari mansion itu mengabaikan Mad, membuatnya menganga melihat perlakuan gadis itu.

"Eh-- tunggu!! Kau mau kemana?"

Lagi-lagi [Name] hanya mengabaikannya, ia hanya menatap lurus kedepan dengan pandangan datar miliknya.

bruk.

Dan akhirnya ia malah tertabrak oleh tubuh tinggi tegap milik seseorang, siapa lagi ini?

[Name] mengangkat kepalanya ingin melihat siapa penabraknya, dan yang terlihat adalah pemuda dengan topeng aneh di wajahnya, postur tubuh pemuda ini persis seperti si mad itu.

"Huh? Kau siapa? Bajumu penuh darah... orang baru?" Tanya sang pemuda sambil memegang bahu si gadis, [Name] hanya menatap datar pada sang pemuda.

"Ya?"

"Virus, dia berniat kabur dariku!!" Suara Mad terdengar kesal dari balik tubuh [Name].

"Oh? Siapa namamu?"

[Name] hanya diam, ia merasakan getaran aneh, jantungnya berdetak kencang saat bertatapan dengan pemuda yang kini telah membuka topengnya, ah, wajahnya dan Mad itu sama, namun pemuda bernama Virus itu membuat jantungnya berdetak kencang.

[Name] menepis tangan Virus yang masih memegang bahunya, ia memalingkan wajah.

Menganggap kalau terlalu berbahaya jika sering berada di dekat si pemuda bernama Virus.

Namun anehnya, ia malah semakin ingin berada di dekat sang pemuda.

"[Name]." Jawabnya singkat sambil tetap memalingkan wajahnya.

"AAAA!!! INI TIDAK ADIL VIRUS!!! IA MALAH MENURUT PADAMU!!" Teriak Mad tak terima.

Virus hanya mengangkat bahunya tak perduli, sedikit tersenyum melihat [Name] yang kini sedang memalingkan wajah, walau gadis itu tetap tak berekspresi.

Virus menganggap itu tingkah yang manis, apa ia jatuh cinta? Haha...

____

|Syndrome : Moebius Syndrome| Cry!Virus x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang