Aroma obat obatan yang khas menyeruak di bangunan bernuansa putih dengan suara alat alat medis dan lalu lalang pekerja berpakaian putih cemerlang dengan nametag bertuliskan Asan Medical Center menghiasi hening dan sendunya koridor tempat Kay duduk, disalah satu kursi tunggu di depan ruang VVIP bernomor 247.
Tak berhenti linangan air mata terus mengalir, membasahi jaket winternya yg telah bersimbah darah. Sesak dan gemetar, dengan rasa cemas yang mendominasi. Takut, Kay takut hal hal yang tak pernah terlintas di pikirannya akan terjadi di depan matanya.
Dengan hati yang masih bergemuruh hebat, Kay membuka ponselnya dan menayangkan sebuah video di sebuah aplikasi kesayangannya. Makin sesak, video itu menayangkan funny moments dari 7 orang yang selalu menghiasi hari harinya semasa sekolah menengah, hingga saat ini -di waktu luang-. Isakannya makin menjadi, di simpannya kembali ponselnya itu dengan tangan yang bergetar.Bagaimana bisa lelaki yang selalu terlihat tegar dan tak bercela, kini tengah berbaring tak berdaya di ranjang pesakitan. Hening, Kay merasa tidak terima dengan keadaan ini, tapi tidak bisa dipungkiri inilah kenyataan yang memang sedang berhadapan dengan gadis kelahiran Agustus 20 tahun yang lalu ini.
Kay mencintainya, mencintai mereka, walau waktu belakang ini, Kay tidak menyisakan waktu untuk melihat perkembangan mereka, namun melihat salah satunya bersimbah darah tepat di depan matanya, tidak bisa tidak Kay menjadi sosok yang rapuh dibalik gelar "supergurl" yang disandangnya sejak sekolah menengah.-----
Enam laki laki bermantel dark purple dengan model yang berbeda terlihat sedang berkumpul didekat administrator rumah sakit, juga dengan dua pria yang sedang membicarakan hal hal yang nampak penting dengan sang admin.
Cukup lama enam pria yang menunggu dengan cemas, hingga akhirnya mengangguk serempak setuju saat salah satu dari pria yang tadi berbincang dengan administrator."Dia dibawa kesini oleh seorang Gadis muslim, sepertinya bukan warga sini, karena dia tidak bisa berbahasa Korea, dia agak sulit berkomunikasi dengan pekerja, karena tidak semua mahir berbicara bahasa Inggris. Tapi yang pasti, menurut informasi dari pihak rumah sakit, gadis itu tidak meninggalkannya, Ia tetap menunggu hingga pihak yang bersangkutan datang. Katanya, Ia sedang menunggu di depan ruangannya. Kita semua wajib menemuinya untuk berterima kasih dan membalas kebaikannya. Namjoon ah, kau perwakilan, kita tau kau yang paling tepat untuk bahasa Inggris". Jelas pria berwajah tampan dengan kisaran umur 30-35an itu.
"Baik Sejin Sunbaenim" sahut lelaki dengan tinggi berkisar 183 cm yang disebut Namjoon tadi.
----
Keenam lelaki tersebut bersamaan melangkahkan kakinya kelantai 22. Setelah lift berdenting menandakan mereka telah sampai di lantai yang dituju, mereka mencari kamarnya.
Dari ujung koridor terlihat Gadis berhijab dengan mantel yang penuh noda darah kering sedang diam tenggelam dalam lamunannya. Keenamnya mendekati gadis itu."Excuse me" Itu suara Namjoon.
Gadis itu tetap bergeming.
"Hmm sorry, excuse me" Ulang Namjoon seraya menepuk pundak gadis itu.
Gadis itu nampak tersentak dari lamunannya, dan makin terkejut tatkala melihat keenam pria yang sangat Ia kenali ini.
"Maaf, apakah kamu yang menolong dan membawanya kesini?" pertanyaan langsung meluncur dari bibir tebal Namjoon.
"Ehm, ya. Aku yang membawanya" Dengan terbata dan masih sedikit terisak Kay menjawab pertanyaan Namjoon dengan singkat.
"Hey? Kamu menangis?" Tanya salah satu yang lain dengan bahasa Inggris yang sangat khas aksen Korea
Gadis itu belum dapat menjernihkan otaknya. Tapi Ia tahu betul, yang sedang bertanya keaadaannya kini adalah main dancer dari mereka, Biasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Friend
أدب الهواةBagaimana saat kamu tak lagi memiliki tendensi pada Idolamu, yang ada hanya ketulusan. Hingga ketulusan itu yang membawamu lebih dekat dengan mereka, bukan lagi hanya sekedar penggemar, tapi sebagai satu satunya teman perempuan mereka yang sangat me...