Keadaan dalam pos pelayanan kesehatan di sebuah kamp pengungsi tiba-tiba riuh. Pemuda relawan berlarian ke arah pos guna mengetahui sesuatu yang terjadi hingga membuat seorang anak pengungsi menangis sesenggukan.
"Ada apa?." Chanyeol mendekat dengan tergesa-gesa.
"Baekhyun jatuh kakinya ter-kilir." jawab Rose.
"Bagaimana bisa?."
"Ngambil boneka Lisa yang ngambang diair tadi." ujar Rose sambil menenangkan Lisa, gadis kecil yang tengah memeluk boneka beruang basah yang menjadi sebab keributan ini terjadi.
"Gila!." Chanyeol mengumpat seraya berdecak kesal. Pasalnya semua relawan yang ikut bersamanya adalah tanggung jawabnya, kalau salah satu terluka otomatis ia yang akan menanggung akibatnya.
Baekhyun duduk dengan kaki berselonjor, sesekali ia meringis dengan mata terpejam erat dan kening bercucuran keringat sebesar biji jagung, menahan sakit.
"Bagaimana Bu?." tanya Chanyeol.
"Salah urat, harus di urut." jawab seorang ibu yang tengah mengompres kaki Baekhyun.
"Biar saya." Chanyeol maju kedepan. Berlutut tepat didepan Baekhyun. Ketika akan menyingkap handuk basah bekas kompresan. Pundaknya ditahan.
"Jangan!." pekik Baekhyun. "Tolong Jangan sentuh." lirihnya kemudian.
Chanyeol mendongak. "Saya pernah kaya gini dan ini harus cepet-cepet dibenerin kalo kamu gak mau kaki kamu bengkak." ujar Chanyeol meyakinkan.
Tapi Baekhyun tetap menggelengkan kepala lemah sambil terisak-isak.
"Kita harus pulang sore ini. Kalo kaki kamu masih gini gak ada pilihan kita harus nginep."
"Yeol-." Rose hendak ingin protes.
"Kita berangkat sama-sama pulang juga harus bersama."
Chanyeol kembali mencoba menyentuh kaki Baekhyun. Namun sekali lagi pundaknya di dorong. Chanyeol menatap Baekhyun, gadis itu menggeleng lemah sambil terisak.
"Sakitnya cuman sebentar." ujar Chanyeol meyakinkan. "Kamu harus percaya padaku!."
Baekhyun berhenti terisak dan menatap Chanyeol. Sebaliknya Chanyeol menatap Baekhyun penuh keyakinan. Merasa telah mendapat celah, Chanyeol melanjutkan aksinya, namun sebelum jemarinya tangannya menyentuh pergelangan kaki Baekhyun, Baekhyun bergerak mundur. Ia sempat meringis karena kakinya digerakan paksa. Chanyeol mendengus kesal dengan kebebalan Baekhyun.
Chanyeol mengubah posisi duduknya bersila didawah Baekhyun. Saat tangannya bertumpu pada lutut mengalihkan perhatiannya. Ia menatap telapak tangannya dan mulai mengingat kejadian pagi tadi. Dengan ragu ia menyentuh rok gamis Baekhyun, menariknya kebawah dan menutup kaki Baekhyun.
Mereka saling menatap beberapa saat. "Kamu percaya padaku?." Chanyeol menggeam pergelangan tangan Baekhyun yang tertutup kain gamis.
Tatapan itu semakin dalam. Entah mengapa ada semacam percikan ketika bola mata berwana coklat terang itu menatap Baekhyun, rasanya ia akan tenggelam didalamnya. Tatapan itu seakan mengatakan Kamu tidak ada pilihan lain selain menyerah padaku. Namun ia juga menemukan sebuah keraguan dan jalan buntu dari tatapan pemuda beralis lurus tegas itu.
Dengan mata tergenang air dan bibir yang bergetar, Baekhyun mengangguk lemah.
Chanyeol melemaskan urat urat dipergelangan kaki Baekhyun dengan lembut. Mencoba merileksasi otot Baekhyun yang tegang karena menahan sakit. Tak menyisakan waktu terlalu lama, dengan sekali hentak kuat Chanyeol menarik kaki Baekhyun hingga empunya memekik kencang disertai tangis yang tak terbendung lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Islamic : Theory Of Love (END)
Novela JuvenilKisah cinta remaja muslim the series...