4

357 51 3
                                    

----------

Stella melempar kartu nama pemberian pria yang bernama Zico di atas kasurnya yang empuk. Gadis itu menjatuhkan tubuhnya di atas kasur, ia mengerjapkan kelopak matanya berulang kali mengingat kejadian di sekolah tadi yang sangat melelahkan.

Tiba-tiba terdengar suara teriakan yang berasal dari ruang keluarga. Ia sudah dapat menebak darimana sumber suara itu berasal.

Dengan berat hati ia bangun dar ranjangnya, lalu berjalan keluar dari dalam kamar.

Ia melihat Ibu dan Ayahnya sedang bertengkar dari atas tangga depan kamarnya. Stella mengusap wajahnya menggunakan kedua tangannya berharap ini adalah mimpi.

"Kamu pikir uang yang selama ini kamu kasih. Cukup buat menuhin kebutuhan aku dan Stella?" Teriak Ibunya emosi

"Untuk kebutuhan Stella? Selama ini kamu tidak pernah ngurusin Stella, Bahkan dari kecil Stella tidak pernah merasakan kasih lembut seorang Ibu. Yang ada  di otak kamu hanya UANG UANG DAN UANG!"

Stella mendengarkan kedua orang tuanya bertengkar rasanya ia ingin melompat dari atas tangga ini.

"Jadi kamu nyalahin aku? Sekarang aku tanya sama kamu, Selama ini kamu kemana? Kamu selalu berangkat pagi pulang malam bahkan kamu tidak pernah pulang. Sekarang kamu nyalahin aku karna aku tidak mengurus Stella?

"Aku kerja, Sonya!

"Kerja? Yakin kamu selama ini kerja? Jadi siapa perempuan itu----

"Mah Pah, Udah cukup!" Teriak Stella  menengahi.

Kedua orang tuanya langsung menoleh ke atas tangga, Tepat dimana Stella berdiri.

"Kalian semua memang gak pernah ada waktu buat aku gapapa. Aku sudah biasa, tapi tolong jangan bertengkar. Aku malu Mah Pah!"

Stella berlari menuruni tangga melewati kedua Orang tuanya yang masih berdiri membisu di tempat.

"Kamu mau kemana, Sayang?" Panggil Ayahnya.

Stella tidak menggubris. Gadis itu terus berlari.

**

Waktu sudah menunjukan pukul 17.30 Malam. Stella berjalan menulusuri jalanan kota Jakarta yang ramai. Gadis itu masih mengenakan seragam sekolahnya.

Dinginya udara malam telah menusuk kulitnya. Berulang kali ia mengusap-usap lengannya yang terasa dingin.

Sambil menangis ia kembali memikirkan nasib hidupnya kedepan. Sampai kapan ia harus hidup dalam rumah yang baginya tak lebih dari neraka. Luka yang ia rasakan selama hampir 16 Tahun terlalu dalam untuk ia lupakan.

Stella menghentikan langkahnya tepat di sebuah jembatan layang. Gadis itu duduk di pinggir trotoar sambil menutup wajahny menggunakan kedua tangannya.

Ia menangis sesunggukan, ia mencoba meluapkan semua rasa sakit yang ia pendam selama bertahun-tahun. Rasa sakit yang tidak bisa dijelaskan oleh mulut namun terlihat oleh air mata.

"Lo ngapain disini?" Tiba-tiba suara serak khas Cowok terdengar di telinga Stella.

Dengan berat hati, Stella mengangkat wajahnya. Ia melihat ada sosok David yang sedang berjongkok di depanya dengan memasang wajahnya yang dingin.
Dengan sigap Stella menghapus air matanya, Bagaimana pun juga ia tidak boleh kelihatan lemah dengan cara ia menangis seperti ini.

"Kakak ngapain disini?" Stella berbalik nanya.

David mendengus "Suka-suka gue dong! Lo ngapain cewek malem-malem disini pake nangis segala?! Mana masih pake baju seragam sekolah pula" David meneliti penampilan Stella dari atas sampai bawah, Gadis itu masih mengenakan Seragam sekolahnya yang sudah tampak--lusuh.

"Mau bunuh diri!" Jawab Stella ketus.

David tertawa mendengar perkataaan Stella "Mau bunuh diri kok di Jembatan, kaya gaada tempat laen aja. Kalo lo mau bunuh dirii, sekalian aja lo berdiri di atas Rel kereta Api terus tabrakin diri lo di Kereta. Beres kan?

Stella diam mendengarkan dengan kepala tertunduk.

"Hidup cuma sekali, Jangan sia-siain hidup lo dengan ngelakuin hal bodoh kaya gini"

Stella mengangkat wajahnya. Kemudian ia menarik senyum sumir "Gak ada gunanya gue hidup. Bahkan, kedua orang tua gue pun gak pernah mengharapkan kehadiran gue di dunia ini" Setetes air mata Stella telah jatuh, Langsung ia hapus menggunakan tangannnya.

"Maaf, gue jadi nangis kaya orang bodoh gini di depan Kakak" Ucapnya lirih.

David mengulurkan tangannya untuk membawa Stella dalam pelukannya.
"Lo kenapa? Cerita sama gue"

"Gue gabisa" Stella terisak dalam pelukan David.

Hati David seketika terhenyak. Ia mengerti bagaimana kondisi hati Stella saat ini walaupun ia belum mengetahui apa penyebab Stella seperti ini. Yang pasti, saat ini Gadis itu sedang bersedih.

Tangan David tergerak untuk mengusap-usap punggung Stella. Ia mencoba memberikan ketenangan sekaligus kenyamanan pada Stella supaya Gadis itu berhenti untuk menangis.

Perlahan-lahan Stella melepaskan pelukan David "Lo ngapain peluk-peluk gue sih!"

David mengernyitkan keningnya sejenak. Kemudian pria itu langsung bergidik jijik.

"Lo mau mesum ya sama gue!" Tuduh Stella lagi.

"Mesum? Sama lo? Ogah amat!" Sewot David kesal.

"Teerus lo ngapain peluk-peluk gue!"

"Ishhhh, Diem Stella!" David membungkam mulut Stella menggunakan telapak tangannya "Nanti gue di kira ngapa-ngapain lo disini"

Stella melotot pada saat David membungkam mulutnya. Tiba-tiba munculah niat jahil, Stella menjilat telapak tangan David. Sontak David langsung melepaskan bungkamannya di mulut Stella.

"Stella! Lo jorok banget sih!!!" Umpat David kesal sambil mengusapkan telapak tangannya di celana Jeans miliknya.

Stella sontak tertawa saat melihat reaksi wajah David yang terlihat lucu.
"Sekarang gue tau kelemahan lo. Besok-besok kalo lo mau jahat sama gue di sekolah, gue gigit tangan lo bila perlu gue jilat"

"Terserah lo deh! Dasar cewek Aneh!" Gerutu David kesal. Pria itu melangkah kan kakinya meninggalkan Stella dan menaiki Motornya.

"Cewek aneh?

"Iya aneh. Kenapa?" Timpal David sambil memasang helm di kepalanya.

"Aneh kenapa?

"Besok sekolah jangan lupa make kaos kaki biar gak di bilang aneh"

Stella terdiam sambil berfikir.

"Mau sampe kapan disitu? Ayo pulang!" Kata David lagi membuyarkan lamunannya.

"Emang lo tau rumah gue dimana?"

"Naek aja dulu. Udah mau hujan ini" David melihat ke arah Langit yang sudah gelap. Bulan dan bintang sudah bersembunyi di balik awan yang hitam.

**

N/B Stella nyebelin ya hehe

Vote jangan lupa ya cintaque😙

Dunia DavidTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang