1.

42 11 5
                                    

Bahkan saat seseorang itu melakukan suatu hal yang kejam dan kau tetap dapat melihat kelembutan hatinya. Percayalah kau sedang dalam tahap ingin mengetahuinya lebih dalam.

***

Hening

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hening. Hanya ada helaan nafas yang terdengar dari ruangan itu.

"Kak?" suara panggilan itu mengacaukan keheningan.

"Tak ada gunanya kau memaksaku. Hal itu adalah konspirasi dan kau akan mengangkat kasus itu untuk skripsimu? Apa kau sudah gila?" Seseorang berseragam polisi itu mengomel sembari membuka kasar lembar per lembar di atas mejanya.

Di seberang meja terlihat seorang gadis tampak berpikir keras. Ia adalah Jung Dera, mahasiswi hukum semester akhir yang sedang disibukkan dengan skripsinya.

Ia memilih mengangkat kasus yang sulit bahkan orang-orang menganggap bahwa kasus itu adalah konspirasi yang belum diketahui kebenarannya. Istilahnya masih asumsi publik yang belum terbukti. Dengan keras kepalanya ia tetap melanjutkan penelitiannya itu.

"Aku sudah sejauh ini dan kakak tetap tidak akan membantu? Huh, kakak macam apa kau ini. Ayolah, apa kau tega melihat adikmu yang cantik ini kesusahan?" Dera memohon kepada kakaknya yang bernama Ziro. Dengan sedikit berakting lucu mungkin dapat mengubah pikiran Ziro yang mampet itu, pikirnya.

Ziro adalah kakak Dera sekaligus kepala sipir di Seoul yang tentunya pangkatnya bukan main-main. Ia pasti memiliki banyak koneksi untuk membantu memecahkan masalahnya. Maka dari itu ia berharap mendapatkan sesuatu dari kakaknya itu.

"Aku tetap tidak akan membantumu, sudah dibilang itu hal konyol. Apa yang kau bilang? Nightmare? Mereka itu tidak ada, asal kau tau. Oh iya, satu lagi. Tidak ada yang bilang kalau kau cantik..." Dera melotot mendengar kalimat terakhir yang dikatakan kakaknya, sudah tidak mau membantu, malah mengejek lagi.

"Oke, kalau itu mau kakak. Aku akan cari tau sendiri."

Drrttt....

Tiba-tiba ponsel Ziro bergetar. "Halo... Apa?! Sel tahanan pusat terbakar? Aish... bagaimana bisa? Sudah kuduga bedebah-bedebah itu lagi. Aku segera kesana." Setelah mematikan panggilan, Ziro mengemasi barang-barangnya dan tak lupa membawa senjata api yang biasa ia bawa untuk berjaga-jaga dalam keadaan seperti ini.

"Kak? Ada apa?" Dera yang mendengar percakapan singkat itupun menjadi penasaran.

"Aish... bisa-bisanya kau masih bertanya. Aku akan pergi, kau tetap disini, diluar bahaya." Ziro dengan secepat kilat meninggalkan ruangan dengan Dera yang masih berdiri mematung.

"Tetap disini? Lalu apa yang akan aku lakukan?" Ia melihat sekitar lalu berpikir.

"Malu bertanya sesat dijalan. Kalau sudah bertanya tapi tidak ada jawaban, antara akan tersesat dan mati karena penasaran, atau rela tersesat tapi jawaban sudah ditangan?" Dera berbicara kepada dirinya sendiri.

Before The DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang