Bogor, April 2016
REKSA
Aku menggeliat di tempat tidurku yang super nyaman, meraih ponselku yang sudah berisik sejak tadi. Jujur saja, aku malas sekali bahkan hanya untuk menggeser posisiku. Ini hari pertama aku libur dari kegiatan sekolah. Kemarin baru saja aku menyelesaikan soal Ujian Nasional yang sialnya benar-benar ingin membuatku tak beranjak dari tempat tidur seharian karena muntah-muntah. Tapi setidaknya aku optimis kali ini nilaiku pasti besar lagi seperti waktu SD dan SMP. Kenapa aku optimis? Karena aku Reksa Savana Adistria, manusia tangguh ciptaan Tuhan yang dititipkan pada dua manusia super yang bisa bersabar atas kelakuan 'barang-barang titipan'-Nya.
Walaupun namaku Reksa, tapi papaku yang kadang suka sok Inggris itu lebih suka memanggilku 'Re' yang ia ucapkan menjadi 'Ri', jadilah nama panggilanku Riri. Walaupun namaku Reksa, kalian jangan pernah mengira bahwa aku laki-laki, karena aku perempuan tulen sejak lahir. Ya menurut kalian saja, apa ada anak laki-laki dengan nama Savana di tengahnya? Menurutku, nama itu terlalu feminine, dan jika ada anak laki-laki dengan nama begitu, kurasa ada yang salah dengan orang yang memberinya nama. Walaupun namaku Reksa, aku tidak begitu menyukai pelajaran ekonomi, walaupun aku sebenarnya cukup berbakat dalam pelajaran itu, hanya saja aku lebih suka sosiologi, lebih realistis dan lebih 'aku'. Walaupun namaku Reksa, aku percaya aku pasti bisa hidup melampaui batas impianku, menjadi lebih hebat dari dugaan orang-orang. Karena aku Reksa Savana Adistria.
Waktu SD, aku pernah menangis karena ada yang mengejek namaku dan mengatakan bahwa aku seharusnya anak laki-laki, besoknya papa langsung menghampiri anak itu dan membuatnya minta maaf padaku. Sampai sekarang papa tak pernah memberi tahu apa yang papa lakukan sampai anak itu jadi baik padaku setelah papa menemuinya. Setiap kutanya apa yang papa lakukan pada anak itu, papa hanya menjawab, "Pokoknya, kalo ada yang nakal lagi sama kamu, atau ngejekin nama kamu, bilang aja sama papa. Nanti papa kasih dia pelajaran." Ucapan papa yang satu itu akan selalu kuingat sampai kapanpun.
Di rumahku, ada 6 anggota keluarga, tiga laki-laki dan tiga perempuan. Laki-laki yang pertama tentu saja papa, yang kedua kakak tertuaku –bang Rendra–, yang ketiga adikku–Rio–yang menyebalkan tapi tetap kusayang. Perempuan yang pertama tentu saja mama, yang kedua kakak keduaku–Kak Rivada–, yang ketiga sudah pasti aku yang cantik ini. Dengan jumlah anggota keluarga yang lumayan banyak, sudah pasti rumahku selalu ramai setiap harinya, terutama saat pagi hari saat kami memulai aktifitas.
Pagi ini, Mama sudah berdiri di balik kompor untuk menyiapkan sarapan, papa duduk di meja makan sambil membaca koran terbaru, bang Rendra sibuk di depan televisi mencari berita tentang pacarnya yang memang seorang aktris sinetron sambil merecoki Rio yang sibuk memakai dasi sekolahnya, kak Riva membantu mama menyajikan sarapan, dan aku sudah pasti duduk santai di ruang keluarga sambil menatap layar ponsel dan sesekali tertawa karena pesan masuk dari teman-temanku. Jam sudah menunjukkan pukul 6.15, itu artinya beberapa detik lagi Mama akan meneriaki kami semua.
"Rendra, Riri, Rio, ayo ke sini. Sarapan dulu."nah kan, apa kubilang barusan.
"Papa, tutup dulu korannya. Riva, nanti lagi cuci piringnya. Sarapan dulu."ucap mama sambil menuangkan air minum untuk kami.
"Mama gak cape apa teriak begitu setiap pagi?"tanya Rio sambil menyomot chicken wings dari piring saji.
"Kalian gak cape apa bikin mama teriak begitu setiap pagi?"balas mama sambil menyendokkan nasi goreng untuk papa.
"Rio sama Mama nih gak cape apa tiap hari tanya jawabnya itu terus?"tanya papa lalu mengucapkan 'terima kasih' pada mama.
"Lagian si Rio kok kepo gak abis-abis, sih?"tanyaku sambil mengoleskan selai kacang ke roti panggangku. Alhasil, aku dihadiahi pukulan sendok di dahiku. Pelakunya sudah pastilah si kecil keparat tukang rusuh itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/184378883-288-k121847.jpg)
YOU ARE READING
ReksaDana
Lãng mạnReksa bukan manusia multi-talenta yang selalu sukses dengan semua hal yang ia lakukan. Ia hanya manusia biasa, yang cerita hidupnya dituangkan dalam novel ini. Ia hanya manusia yang tumbuh dari masa ke masa. Ia hanya manusia yang merasakan jatuh cin...