SECOND

6 0 0
                                    

SECOND

Bogor, Februari 2014

REKSA

Pagi yang cerah, udara yang sejuk, just a perfect situation. Tapi terasa ada yang kurang, manusia absurd di bangku sebelahku tidak terlihat batang hidungnya. Padahal biasanya ia sudah duduk santai di kursinya sambil entah menulis apa. Lalu saat aku datang, ia akan menyambutku dengan senyumannya yang sok manis lalu membuka jalan agar aku bisa lewat dan duduk di kursiku. Ah... sepertinya aku mulai merindukan si kunyuk itu.

Sampai jam pelajaran berakhir, Ares tak ada kabar sama sekali, bahkan statusnya di absen kelas pun jadi tidak hadir tanpa keterangan. Dari 30 siswa di kelasku, tak satupun yang mengetahui kabar Ares, termasuk aku di dalamnya.

"Eh, Re. Si Ares kemana, deh? Kok tumben gak masuk?"tanya Hana padaku saat kami keluar dari kelas.

"Lah? Mana gue tau, Han. Deket juga engga, gue sama dia."jawabku lalu disusul dengan tawa Hana.

"Ya ampun, Re. Lo sama Ares itu deket banget kali, udah kayak rumah sama atap tau gak sih? Hahaha."ucapnya sambil tertawa geli.

"Emang iya, ya? Sedeket itu? Perasaan gue biasa aja deh."

"Itukan lo nya yang biasa aja, kalo Aresnya?"ucapnya sambil mengerling jenaka.

"Kayaknya dia juga biasa aja. Gue sih ngerasanya gitu."ucapku sambil mengambil helm di tempat penitipan, lalu disusul Hana.

"Kalo dari pandangan gue, ada yang gak biasa dari deketnya lo sama Ares. Sumpah deh."

"Gak biasa gimana?"

"Ya gitu, Ares tuh agak maksa ngedeketin lo nya, kalo kata gue sih dia mau macarin lo."

"Hah? Macarin? Agak gak mungkin sih, Han."

"Ya ampun, Reksa. Please deh, lo sama Ares tuh udah SMA, udah cukup umur buat pacaran dan sejenisnya itu."

"Aduh, Han. Jiwa gue masih jiwa anak SMP kali, ya? Hehehe"ucapku lalu diiringi tawa garing yang membuat Hana menatapku sebal.

"Tapi saran gue, mending lo open your eyes, open your mind, and open your heart deh. Biarin Ares masuk ke hidup lo."

"Sejak awal gue masuk SMA juga si Ares udah ada di hidup gue, Han. Masuk list orang ngeselin yang selalu ganggu hal-hal pribadi gue."

"Nah, yang kayak gini nih. Awas hati-hati cinlok."

"Never in a million year."ucapku dengan tegas lalu mulai menyalakan mesin motorku.

"Just wait and see.Gue duluan, ya, Re."ucap Hana sambil menjalankan motornya keluar dari tempat parkir.

∞∞∞

Sudah seminggu sejak Ares tak masuk kelas. Selama itu pula tak seorangpun dari kami yang mengetahui kabar Ares. Bahkan teman terdekat Ares –Dilon– pun tak mengetahui keberadaannya. Hingga mulai beredar berita-berita aneh, mulai dari Ares kecelakaan dan meninggal, hingga Ares di deportasi ke luar negeri karena hutangnya pada ibu kantin.

Pak Sutardi, selaku wali kelas kami sudah mencoba menghubungi keluarganya, tapi hasilnya nihil, keluarganya sama sekali tak bisa dihubungi. Kami semua berusaha mencari alamat rumah Ares karena data diri Ares di bagian Tata Usaha belum lengkap, mulai dari bertanya ke teman-teman ekskulnya sampai bertanya pada tukang parkir sekolah.

Di hari kedelapan pencarian kabar Ares, akhirnya datang sebuah kabar menggembirakan. Salah satu teman ekskul basket Ares, tak sengaja bertemu dengan adik sepupu Ares di sebuah perlombaan basket dan berhasil mendapatkan informasi penting yang bisa ia sebarkan di sekolah.

ReksaDanaWhere stories live. Discover now