Senja yang tak dirindukan

615 54 5
                                    

sore hari ini aku menuju taman yang ada di lantai atas rumah sakit, aku baru selesai melakukan operasi pasien, operasinya sukses aku bersyukur, jadi ku sempatkan diriku ke taman rumah sakit dulu sebelum pulang, entah kenapa kakiku melangkah begitu saja.

kududukan diriku di kursi panjang berwarna putih yang sudah lama ada disini, mengistirahatkan badanku yang sangat lelah lalu kupandangi kota tempat kelahiranku dari atas rumah sakit ini, rumah-rumah tampak kecil dilihat dari atas, indah, indahhh sekali

dulu aku sering melihat keindahan kota sore hari bersama seseorang yang selalu membuatku nyaman, dulu, itu duluuu sekali, sudah lama sekali tapi sampai saat ini aku belum bisa melupakan orang itu, sulit sangattt sulit, ia mengukir kenangan terlalu indah dalam hidupku hingga ingatanku sulit sekali menghapusnya.

langit telah berubah menjadi jingga, matahari juga tenggelam sudah hampir meninggalkan sang bumi

 indah ya ? 

senja memang indah tapi aku benci senja, aku sangat benci senja, senja pernah membuatku tersenyum tapi pada akhirnya senja juga membuatku menangis dan tidak pernah membuatku tersenyum lagi

sore pada tanggal 31 maret tepat dihari ulang tahunku, seseorang pergi meninggalkan dunia yang fana ini dan itu pada waktu senja, aku kehilangan kehangatan hidupku, sejak saat itu aku membenci senja

dulu senja membuatku merindu, karena pada waktu matahari tenggelam adalah waktu aku bertemu kekasihku, setelah lelah dari pagi, pertemuanku dengan kekasihku pada waktu sore hari melepas semua lelahku

ditaman lantai atas rumah sakit ini kami selalu bertemu melepas kerinduan, satu tetes air mata lolos dari mataku dan terjatuh, air bening yang lain ikut keluar membuat pipiku basah, kenangan tentang dia selalu berhasil membuat air mataku gampang sekali terjatuh

"Borutoo" lirihku

kupejamkan mataku mengingat wajah terakhir Boruto, kekasihku, aku menyaksikan sendiri Boruto pergi, satu tahun lalu itu aku berusaha keras agar Boruto tetap hidup tapi aku bukan Tuhan, aku hanyalah Dokter

jika aku tahu Boruto akan tetap pergi tak akan ku lakukan operasi itu, karena percuma, tanganku yang terbalut sarung tangan dan penuh darah lemas ketika bunyi alat pendektesi jantung menunjukan tidak ada lagi detakan pada jantung Boruto

aku terus mencoba memompa jantung Boruto agar berdetak kembali tapi percuma, operasi penyelamatan nyawa Boruto gagal, posisiku sebagai dokter sekaligus kekasih Boruto pada waktu itu membuatku terpukul sangat berat

Tepat dihari ulang tahunku aku seperti mendapat hadiah dari alam semesta dengan kepergian Boruto untuk selamanya, alam semesta sepertinya mempermainkanku memberikanku hadiah seperti itu

sejak saat itu aku tidak pernah merindukan senja lagi karena senja hanya membuatku sedih, hanya membuatku menurunkan air mata, tidak pernah ada senyuman dan tawa lagi ketika senja datang.

"kita akan bersama selamanyakan?" tanyaku

"tentu saja dokter Sarada" balasnya lalu merangkulku

"janji" ucapku seraya mengacungkan kelingkingku untuk mengikat janji, Boruto mengaitkan kelingkingnya dengan kelingkingku " iya janji"

"senja hari ini akan menjadi saksi janji kita" ucapnya membuatku tertawa kecil dan memeluk perut Boruto karena Boruto yang terlalu tinggi

aku tersenyum getir mengingat janji setahun lalu itu, Boruto berbohong, senja juga berbohong, alam semesta berbohong padaku, pada akhirnya kami tidak bersama,kami berpisah kami telah beda dunia dan kami tidak akan pernah bersatu.

aku tak ingin merindukan senja lagi.

~end~

Kumpulan Cerpen (Short Story collection)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang