Aku pun menurunin tangga dengan sangat hati-hati. Ada yang mendorongku, aku pun terjatuh. Tetapi ada yang menahanku.
"Lu lagi, kenapa harus lu lagi," menjauh dari Andhika.
"Masih mending gue tolongin, coba enggak. Kaki lu bisa sakit lagi."
"Yaudah, terima kasih udah mau nolongin gue," senyum agak kesal.
"Gitu dong, ternyata kalo lu senyum. Cantik banget," mengambil sesuatu.
"Hilih, udah ya, gue pulang dulu," meninggalkan Andhika.
"Ehh? Lu gak ikut rapat osis? Nanti dimarahin sama kak Ustman," menarik tangan Ananda.
"Emang ada rapat osis? Kok gue gak tahu sih."
"Makanya itu, gue ingin ngabarin lu. Lagian juga dikabarinnya mendadak."
"Yaiyalah mendadak, ketua osisnya kek gitu. Gak punya hati," menurunin tangga.
"Yaelah, kak Ustman kan anak yang super sibuk di sekolah ini," menurunin tangga juga.
Sesampai diruang osis, aku pun duduk berseblahan sama Andhika. Beberapa menit kemudian semua anak osis pun datang.
"Sebentar lagi, 17 Agustus. Sekolah kita berencana ingin mengadakan perlombaan. Menurut kalian perlombaan apa yang harus diadakan?" memandangi seluruh anak osis.
Tiba-tiba guru pkn aku masuk. Membuat seluruh murid tertuju ke guru pkn aku.
"Permisi," menuju kearah Ustman.
"Ada apa, bu? Ada yang bisa kubantu?"
"Ibu, ingin minta izin ke kamu. Agar Ananda segera keruangan ibu," bisik ke Ustman.
"Tentu boleh," senyum.
"Kalo begitu, ibu permisi dulu," menuju pintu dan keluar dari ruang osis.
Ustman berjalan menuju Ananda "Ananda, kamu disruh sama bu Susanti tuh keruangannya."
"Ehh? Tapi kan," bingung.
"Udah sana dulu. Mungkin ada urusan penting yang ingin dibicarakan."
"Yaudah, kalo begitu aku permisi dulu," meninggalkan ruang osis menuju keruang bu Susanti.
☆☆☆
Sesampai diruang bu Susanti. Ananda mengumping pembicaraan bu Susanti dengan bu Wijayanti. Tiba-tiba raut wajah Ananda berubah menjadi sedih.
"Kita harus mencari perwakilan yang lebih mantap lagi bu," sambil duduk.
"Tapi kan, kita udah setuju memilih Ananda untuk ikut olimpiade matematika."
"Tapi, kalo dipikir-pikir lagi, lebih baik Ustman aja yang ikut," menuju keluar.
Dalam hati "Kenapa sih, cowok sok kegantengan itu merebut semua dari gue. Gue bener-bener benci dengan dia," Ananda pun ngumpet agar tidak ketahuan.
"Dimana Ananda ya? Kok belum datang juga?"
"Ada apa bu? Kenapa saya disuruh kesini?" menyimpan kekecewaan.
"Ibu hanya ingin membicarakan soal olimpiade matematika," senyum manis.
"Bu, sekali lagi. Saya minta maaf bu. Lebih baik ibu mencari orang yang tepat aja."
Tiba-tiba Ustman datang. Tetapi, dia tidak disadari kedatangannya oleh bu Susanti dan Ananda. Dia pun mengumping pembicaraannya.
"Kenapa Ananda, ini impian kamu bukan? Kamu harus coba terlebih dahulu."
YOU ARE READING
Heart Choose
Romance"Cinta tidak memandang apapun. Cinta hanya memandang dari ketulusan hatinya." Bener nggak sih? Kalo cinta tidak memandang apapun. Well, gue aja bingung harus memilih siapa? Jujur, gue takut jika salah memilih orang. Semenjak keluarga gue hancur, gu...