i

755 86 10
                                    

Shihyun berjalan cepat, menyembunyikan wajah di balik rambut panjangnya. Kamera pengawas di sekolah putri mungkin tidak diawasi seketat sekolah putra, namun tetap saja ia tak ingin mengambil risiko lebih. Begitu kamera pengawas terakhir telah ia lewati, Shihyun segera berlari kecil menuju border.

Di balik kawat pembatas, Hyunjae tersenyum lebar menyambut kedatangan Shihyun. "Hai," sapanya. "Ada kesulitan, nggak?"

Shihyun menggeleng, memberi Hyunjae senyuman manis. "Nggak ada, semuanya lancar. Tapi... apa kita aman di sini?"

"Tenang saja. Ada kamera pengawas di ujung lorong, tapi sudah kuatasi."

"Sungguh? Gimana?"

"Lensa kameranya kusemprot cat hitam," kata Hyunjae santai.

Mata Shihyun membelalak kaget. "Ya ampun! Apa kamu nggak akan dapat masalah?"

Hyunjae mengangkat bahu tidak peduli. "Tadi aku pakai masker, kok."

Shihyun masih tampak sangsi, jadi Hyunjae menggenggam tangannya. "Jangan khawatir, Shihyunnie. Aku ragu para eksekutor itu bisa mengenali orang kalau yang terlihat cuma matanya saja."

Shihyun mencubit pipi Hyunjae gemas. "Iya deh, aku nggak khawatir lagi. Oh ya, aku bawa sesuatu."

Shihyun merogoh saku seragamnya dan mengeluarkan dua gelang yang terbuat dari manik-manik kayu. Hyunjae mengulurkan tangan dari balik kawat pembatas, ingin melihat gelang-gelang itu lebih dekat.

"Kamu buat ini sendiri?" tanyanya sambil mengamati. Dua gelang di tangannya sangat mirip, nyaris identik. Ah, couple bracelet, rupanya.

"Iya, jelek ya? Aku masih pemula, sih."

Hyunjae mengangkat sebelah alisnya. "Kamu mau jawaban jujur atau bohong?"

Shihyun cemberut. "Nggak usah komentar juga nggak apa-apa."

Hyunjae menjawil pipi Shihyun. "Duh, jangan ngambek, dong. Gelangnya dibuat dengan rapi banget, lho. Modelnya sederhana, nggak macam-macam, pas banget sama selera aku."

"Kata siapa itu untuk kamu?" Shihyun pura-pura mendengus.

"Hmm... Kata siapa, ya? Kata hatiku deh, kayaknya."

Shihyun seketika tertawa mendengar jawaban Hyunjae. Hyunjae sendiri tersenyum kecil melihat tawa lepas Shihyun. Ah, betapa ia rindu. Meski mereka sekelas dan bisa dibilang bertemu nyaris setiap hari, mengobrol bebas seperti ini adalah hal yang begitu langka.

"Pakaikan gelang ini untukku?"

Shihyun mengangguk. Ia melingkarkan gelang tersebut di pergelangan tangan Hyunjae dengan penuh kehati-hatian. Saat selesai, ia menatap gelang buatannya di tangan Hyunjae dengan bangga.

"Gelangnya cocok banget untukmu. Sekarang gantian, kamu yang..." Shihyun tanpa sadar mengarahkan pandangannya ke lorong di belakang Hyunjae, dan seketika membeku.

Hyunjae mengangkat alis, bertanya-tanya mengapa Shihyun tidak menyelesaikan perkataannya. Ia pun mengikuti arah pandangan Shihyun dan membalikkan badan. Oh, oh.

"Selamat siang, maaf mengganggu."

Suara itu begitu familiar di telinga Hyunjae.

"Saya akan menyampaikan dakwaan pada Lee Hyunjae."

Oh, sial sekali. Tidak ada siswa yang tidak mengenal redaksi kalimat tersebut. Redaksi kalimat yang merupakan momok mengerikan, salah satu mimpi terburuk para siswa.

Rasanya baru lima-sepuluh menit ia bertemu Shihyun, dan keberuntungan telah pergi meninggalkannya. Dari semua siswa yang bisa menangkap basah dirinya, tentu saja takdir mempertemukannya pada Choi Soobin dan Choi Beomgyu.

Choi Soobin dan Choi Beomgyu, dua dari lima siswa yang mengenakan ban lengan warna merah di lengan kanan seragam mereka.

Choi Soobin dan Choi Beomgyu, The Executors.

The ExecutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang