iv

370 68 9
                                    

Seluruh mata di ruangan itu menatap proyektor yang menampilkan gambar lapangan basket yang direkam kamera pengawas. Jam kecil di sudut layar menunjukkan bahwa waktu kejadian sangatlah larut, nyaris tengah malam.

Rekaman tersebut merupakan rekaman milik Divisi Kedisiplinan, bukan Divisi Eksekusi. Lapangan basket tersebut terletak di dekat asrama, bukan di wilayah yang diawasi oleh eksekutor. Eksekutor hanya memantau kamera yang terletak di lingkungan sekolah hingga senja, sedangkan Divisi Kedisiplinan mengawasi kamera yang tersebar di berbagai titik pada malam hari.

"Nggak ada orang yang benar-benar terekam di kamera ini. Tapi, jika kalian perhatikan baik-baik lokasi ini," Chanhee menunjuk sebelah kanan ring basket, "kalian akan mendapatkan sesuatu yang menarik."

Benar saja. Tampak bayangan dua orang melintas di bagian yang ditunjukkan Chanhee tadi. Tidak lama berselang, muncul bayangan dua orang lainnya. Beberapa saat kemudian, muncul bayangan tiga orang.

Yeonjun mengangkat alis. "Apa artinya ini?"

"Ini adalah rekaman dua bulan yang lalu," Chanhee menjelaskan. "Awalnya kami nggak benar-benar memikirkan tentang ini. Memang terlalu malam, tapi mungkin hanya beberapa murid yang sedang berkumpul untuk belajar bersama atau apa. Namun, semakin lama, jumlah bayangan yang terekam semakin banyak. Dan semakin sering."

"Jadi?"

"Perkumpulan ini memiliki semakin banyak anggota, dan mereka menjadi lebih sering bertemu. Kami mulai menduga bahwa ini bukanlah kelompok belajar biasa, mengingat aktivitas ini terjadi bukan di saat menjelang ujian."

"Anggaplah mereka memang bukan kelompok belajar, lalu kenapa? Nggak ada peraturan yang melarang murid-murid untuk berkumpul, kan?"

Chanhee mengangguk. "Benar. Tapi, untuk apa mereka berkumpul tengah malam? Selain itu, ada beberapa kejanggalan tentang kelompok ini. Mereka hanya terekam di kamera pengawas yang ini, namun tidak ada di yang lainnya."

"Ada beberapa kamera pengawas, sebelum dan setelah kamera di lapangan basket. Namun mereka tidak pernah terekam di kamera-kamera itu. Padahal tidak ada jalan lain yang memungkinkan mereka untuk lewat di sini tanpa melewati kamera pengawas lainnya sama sekali."

Soobin mencubit-cubit bibir bawahnya. "Maksudmu, mereka sengaja bersembunyi dari kamera pengawas?"

"Ya," jawab Chanhee tegas. "Mereka nggak akan bersembunyi, kecuali kalau mereka nggak mau apa yang mereka lakukan diketahui, kan?"

"Dan saat mereka nggak mau apa yang mereka lakukan diketahui, biasanya itu karena mereka melakukan sesuatu yang ilegal. Pelanggaran," Kai menimpali.

"Ada hal lain yang harus diperhatikan," Sangyeon menambahkan. "Sejumlah perkakas milik sekolah telah hilang dalam kurun waktu dua bulan ini."

"Beberapa obeng, palu, linggis, dan peralatan lainnya lenyap dari gudang. Hilangnya tidak sekaligus, melainkan sedikit demi sedikit, jadi tidak langsung disadari."

Taehyun bersiul. "Terlalu mencurigakan untuk jadi kebetulan, aku setuju."

Kai menoleh padanya, bingung. "Kenapa mencurigakan? Karena perkumpulan mereka senang bertukang?"

Soobin mengacak rambutnya gemas. "Bukan, lah. Obeng, palu, dan linggis itu emang peralatan bertukang, tapi bisa juga dijadikan senjata. Coba aja bayangkan kalau ada orang dipukul pakai palu atau ditusuk pakai obeng. Sakit, kan? Luka, kan?"

"Ah, benar juga!" Kai mengangguk paham.

"Ya. Dan hal yang membuat kami, Divisi Kedisiplinan, yakin bahwa ada sesuatu yang benar-benar tidak beres adalah paket ini."

Proyektor kini menampilkan foto selembar nota pengiriman paket. Seluruh paket yang diterima oleh siswa memang akan diperiksa terlebih dahulu oleh Divisi Kedisiplinan. Di nota pada foto, tertera bahwa paket tersebut berisikan baseball bat.

"Ada apa dengan paket ini?" tanya Beomgyu.

"Cuma bat saja, seharusnya nggak ada masalah, kan? Mungkin klub baseball sedang butuh bat baru. Tadinya kami pun berpikir demikian, namun lagi-lagi ada kejanggalan."

"Jumlah bat yang dikirimkan pada paket ini adalah empat puluh. Bukan hal normal, mengingat selama ini klub baseball tidak pernah mengeluh kekurangan meski cuma punya lima bat. Kalaupun mereka memutuskan untuk membeli lebih banyak, aku yakin jumlahnya tidak akan mencapai empat puluh."

Soobin menghela nafas. Tidak dapat disangkal lagi, sesuatu yang mencurigakan telah terjadi. "Apa hipotesa kalian tentang semua ini? Tawuran pelajar?"

"Er...." Sangyeon tidak langsung menjawab.

"Dan Eksekutor dibutuhkan untuk mengatasi keadaan jika tawuran benar-benar terjadi?"

Sangyeon dan Chanhee saling berpandangan selama beberapa saat, kemudian Sangyeon berdehem.

"Sejujurnya, Divisi Kedisiplinan akan lebih senang jika memang tawuran antar pelajar yang akan terjadi."

Sontak seluruh eksekutor ternganga.

"Sori, kayaknya aku salah dengar. Bisa tolong ulangi?" kata Beomgyu gugup.

"Kalian... bercanda, kan?" bisik Kai.

Sangyeon menggeleng. "Sangat serius."

Chanhee melancarkan delikan maut ke arahnya. "Tolong dengarkan penjelasan kami dulu sebelum bicara macam-macam."

"Mungkin kalian lupa, tapi nggak seperti eksekutor yang tinggal dan belajar terpisah dari murid lainnya, kami Divisi Kedisiplinan belajar bersama dengan murid lainnya. Kami bergaul dengan mereka, dan akan tahu jika ada yang berseteru hebat."

"Nyatanya, hubungan semua murid relatif baik-baik saja. Nggak pernah ada bullying ataupun pertengkaran besar terjadi di sekolah. Kami nggak bisa bilang apa-apa tentang kondisi asrama karena Divisi Kedisiplinan tinggal di gedung yang berbeda dari murid lainnya, tapi sepertinya memang nggak ada masalah berarti."

"Mungkin ada yang berkelahi saat di asrama. Karena nggak mau ketahuan Divisi Kedisiplinan, jadi di sekolah mereka pura-pura nggak terjadi apa-apa," celetuk Kai.

"Tentu saja kemungkinan semacam itu ada," Sangyeon menyetujui. "Namun, kami sadar benar bahwa sebagian besar murid cenderung mengabaikan masalah-masalah kecil di antara mereka demi menghadapi musuh bersama."

Taehyun menggigit bibir. Siapakah musuh bersama para siswa? Tidak perlu disebutkan, semua kepala di ruangan itu mengetahuinya. Tentu saja, Eksekutor.

Eksekutor belajar dan tinggal di gedung terpisah dari siswa lainnya. Mengapa? Karena tidak sedikit siswa yang membenci Eksekutor. Tidak heran, karena Eksekutor adalah pihak yang membuat siswa babak belur saat melakukan pelanggaran. Tidak sekedar fisik yang terluka, harga diri para pelanggar pun dilumat habis saat mereka hanya bisa terkapar tak berdaya di depan siswa lainnya.

Soobin menghela nafas. "Apa yang ingin kamu katakan sebenarnya, Sangyeon?"

Sangyeon tersenyum pahit. "Semua orang tahu, nyaris mustahil untuk mengalahkan Eksekutor dalam duel satu lawan satu. Jika tidak bisa satu lawan satu? Keroyokan adalah solusinya."

"Tentu saja ini cuma dugaan, namun lebih baik waspada dan berhati-hati daripada menyesal," Sangyeon buru-buru menambahkan.

"Sekarang kalian paham, kan?" Chanhee meringis. "Kalian adalah rekan kami, dan kalian dibenci hanya karena melaksanakan tugas. Ketimbang melihat kalian dikeroyok berdarah-darah, secara pribadi aku dan Sangyeon lebih suka melihat siswa lain tawuran sampai puas."








The ExecutorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang