Seorang wanita membuyarkan imajinasi, ah lebih tepatnya kekagumanku. Lagi-lagi menggunakan penutup kepala, berwarna coklat muda yang menutupi bagian dadanya. Dia terlihat ramah dan hmm bermata teduh.
"Eh, iya benar."
"Mari ikut, kamu sudah ditunggu diatas."
Dia membawaku menuju lantai 3, menuju sebuah ruangan yang cukup luas berisi peralatan-peralatan yang pastinya digunakan untuk pemotretan. Disini aku tidak sendiri, banyak model yang tampaknya sudah berpengalaman.
"Shahraz? Ayo saya bantu berpakaian."
"Hmm, iya."
Ruangan ganti yang juga cukup luas dilengkapi dengan kaca besar. Beberapa model terlihat tengah asyik dengan riasan mereka. Aku melihat pakaian yang akan aku kenakan. Sontak saja aku terkejut.
"Mbak, saya harus memakai ini?" tanyaku ragu.
"Iya, ada apa Shahraz?"
"Tidak, tapi kan ini. . ."
Ah aku menatap ragu pakaian itu, pakaian dengan logo PS berwarna merah muda yang panjangnya kira-kira selututku, sisi bawahnya sedikit terbelah. Berbahan sejuk. Dipadu dengan penutup kepala dan celana, celana dasar berwarna putih. Dan sepatu tinggi berwarna merah muda, terlihat sederhana tapi berkelas.
"Kenapa?"
"Saya kan tidak pernah memakai pakaian seperti ini mbak, apakah cocok? Saya merasa tidak nyaman."
"Ah, sudahlah dicoba dulu."
Akupun berganti pakaian. Wanita yang kuketahui bernama Lia itu membantuku berhias dengan riasan yang sangat tipis, agar terlihat lebih natural. Dia juga memakaikan sehelai kain penutup kepala itu padaku. Semua selesai. Aku membuka mataku, takjub. Entah kenapa bergetar hatiku, dan aku merasa ada kupu-kupu yang mendesak keluar dari perutku. Aku terlihat lebih anggun, bahkan dari biasanya. Ah, mungkin karena memang aku cantik, lagi-lagi keangkuhanku menyeruak.
"Wah! Kamu terlihat semakin mempesona."
Semua mata memandangku, memujiku. Aku hanya tersenyum dan beberapa kali mengucapkan terimakasih. Aku melakukan sesi pemotretan dengan beberapa kali berganti pakaian. Sesi pemotretan terakhir, tinggal aku saja yang belum selesai. Karena aku harus beberapa kali diarahkan, ini yang pertama untukku. Harus berwajah lugu, manis, santun. Benar benar bertentangan dengan diriku yang sebenarnya. Tapi jujur saja, aku menikmatinya. Mereka semua ramah."Ahhh, selesai sudah untuk hari ini. Kerja yang berat."
Para kru merenggangkan otot-otot mereka, dengan menggerakkan tangan ke atas, ke kiri, ke kanan dan sesekali menguap. Kami pun tertawa. Aneh rasanya aku seperti sudah mengenal mereka dengan begitu lama, nyaman. Selesai berganti pakain, kami pun berkumpul. Pihak perusahaan, maksudku para kru, pengarah, designer, photographer, juga penata busana berbasa-basi mengucapkan terimakasih atas kerja samanya. Sepertinya mereka begitu menjaga silaturahmi agar terus terjalin dengan baik.
Aku tidak terlalu fokus dengan pembicaraan mereka, aku sibuk melirik kekanan dan kekiri. Aku baru menyadari bahwa hanya akulah yang berpakaian terbuka sedangkan mereka semua sangat tertutup, sampai kepala. Aku merasa canggung. Baru kali ini dalam hidupku, aku merasa kurang percaya diri. Tapi, mereka biasa saja. Tidak ada yang memandang rendah kearahku ataupun mengomentari gayaku. Mereka tetap tersenyum ramah, menyapa dan mengajakku berkenalan.
"Hei, kamu yang diujung."
Tiba-tiba seorang lelaki yang sepertinya memimpin pemotretan ini menunjukku.Terang saja aku kaget, semua mata memandangku. Aku gugup.
"Pemula yang baik." Lanjutnya sambil mengacungkan satu jempolnya keatas.
"Hmm? Tte - terimakasih mas." Jawabku gelagapan.
"Hahahaha. . ." semuanya kembali tertawa dan memberikan tepuk tangan.
Ahhh leganya. Hari yang melelahkan namun juga menyenangkan.
☘☘☘
To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerudung
General FictionQaisra Shahraz, gadis cantik sempurna serta memiliki segalanya yang diimpikan oleh gadis - gadis lain. Dibalut nuansa islami, cerita kisah hidupnya berubah bermula dari sehelai kain penutup kepala. Kerudung.