“Saudari Qaisra?”
“Yeah?” jawabku kaku ketika ia memanggilku dengan nama depanku.
"Can we talk?"
"Sure.. "
Jadilah pertemuan yang tiba-tiba dan hanya sebentar itu menghasilkan sebuah kontrak yang cukup menggiurkan bagiku, mungkin kini jalanku menuju dunia model semakin dekat. Aku harap begitu.
Pukul 12.15 kelasku usai, aku menelepon Zarri untuk segera menjemput. Aku tahu dia akan sangat lama, ah sebenarnya aku sangat benci menunggu. Tapi beginilah aku, aku akan langsung pulang begitu kelas usai, aku tidak seperti teman-temanku yang akan bersenang-senang bersama sebelum malam tiba. Aku tidak terlalu suka keramaian yang seperti itu.
“Tidak sholat neng?”
“Ah, ya. Duluan saja.. mas,"
Aku memang sedang berdiri didepan sebuah masjid besar, tepat didepan kampusku. Sholat? Hmm, seringkali aku bertanya pada diriku sendiri. Kapan terakhir kali aku sholat? Apakah pernah? Apakah bisa? Ah, bahkan ayah, ibu, maupun kakakku tak pernah melakukannya. Dan aku tak pernah ambil pusing, ajakan sholat dari teman maupun orang yang tak dikenal hanya aku iyakan saja, tetap saja tak kujalankan. Meskipun tak bisa kupungkiri bahwa terkadang hatiku menuntunku, mengatakan aku seorang muslimah, menggetarkan jiwaku yang panas, atau menyejukkan kalbuku yang kerontang tapi ah entahlah.
“Hei, manis. Kok sendirian? Lagi nunggu siapa?”
Aku berdiri dengan sewot. Dasar Zarri!
“Lama banget sih! Ah nyamannya, aku mau tidur.”
“Silahkan tuan putri, sudah tugas saya membuat anda nyaman.”
“Apa sih mas? Cerewet banget, bisa diam?”
“Wah! Makin manis saja neng kalau marah.”
Kalau aku teruskan tak akan ada habisnya, Zarri memang sangat senang menggangguku. Baginya tiada hari tanpa mengolokku, kadang aku kesal kalau bercandanya sudah melampaui batas. Aku memejamkan mata, diam.
“Eh, mas?”
“Hmm?”
“Besok sore, aku ada pemotretan.”“Wah! Hebat tuh, jadi model dong sekarang? Enak dong?”
“Aishh! aku nggak bercanda, mas.”
“Iya, iya. Terus kenapa?”
“Pak Ramdan kan lagi cuti, gimana ya?”“Bilang saja kalau kamu mau minta mas mengantarkan kamu, iya kan?”
“Hehehe, iya.”
“Asalkan, jangan lupa traktir. Oke?”
Dasar!
🍀🍀🍀
Akhirnya, waktu yang sudah lama kunantikan datang juga. Sore yang indah, langit yang cerah. Ah, sepertinya Dewi Fortuna juga sedang berpihak padaku. Aku sampai disebuah gedung tinggi berpintu kaca, disana tertulis dengan indah rangkaian kata ‘Paradise Style’ dengan ukuran jumbo. Aku terdiam takjub kala membuka pintu utama itu.
Gedung ini terletak ditengah - tengah kota besar yang penuh hiruk-pikuk manusia dan berjejeran dengan gedung-gedung usaha lainnya, tapi tak pernah kusangka kalau didalamnya sangat tenang, sejuk pula. Dindingnya berwarna putih, lantai putih, segala sesuatu yang berada disetiap ruangan itu didominasi dengan warna putih bersih tapi tak sedikitpun kotoran atau debu terlihat. Dan aku baru menyadari, orang-orang yang berada di dalam gedung ini memakai pakaian tertutup baik laki-laki maupun perempuan. Bermacam-macam model sehelai kain yang sangat modis menutupi kepala mereka, sebagian besar dari wanita-wanita yang ada.
“Kamu, Qaisra?”
To be continued....
KAMU SEDANG MEMBACA
Kerudung
Genel KurguQaisra Shahraz, gadis cantik sempurna serta memiliki segalanya yang diimpikan oleh gadis - gadis lain. Dibalut nuansa islami, cerita kisah hidupnya berubah bermula dari sehelai kain penutup kepala. Kerudung.