Kapan tepatnya seseorang pertama kali mulai menyadari sesuatu telah berubah?
Hidup manusia selalu penuh dengan fase berbeda, sampai transisi dari satu ke yang lainnya terkadang tidak lagi terasa. Kita yang hari ini, tiba-tiba saja bukan lagi kita yang kemarin.
Seorang ibu yang pernah selama sembilan bulan mengandung anaknya, tiba-tiba saja dua puluh lima tahun kemudian berdiri di pelaminan anaknya. Seseorang yang dulunya sakit selama bertahun-tahun, lalu keesokan harinya bisa menjalani aktifitas normal karena bisa sembuh berkat keajaiban dunia medis saat ini. Anak yang masih mengenakan pakaian sekolah warna putih merah, dan tanpa terasa sudah mengenakan toganya di hari wisuda.
Tentu saja perubahan-perubahan besar seperti itu bisa mudah dirasakan. Namun yang sedang kubicarakan saat ini adalah the overwhelming feels of realization. The one moment when you look back for a while, and it hit you, nothing is the same anymore.
The one moment when you look back, and suddenly, everything has changed.
"Ngapain sih lihatin hujan dengan khidmat sambil ngeteh di pinggir jendela gitu?"
Aku menoleh, menatap sosok yang baru masuk pantry dan mengambil tempat duduk di sampingku seraya tersenyum tipis.
"Belum pulang?" Tanya Fatiha.
Aku menggeleng pelan, "Tadinya mau pesan ojek, tapi malah hujan."
One moment he was here, ready to drive me anywhere and anytime. One moment, he was gone.
Untuk beberapa saat kami berdua diam. Fatiha mendekap kedua tangannya, sementara aku sesekali menyesap teh dari cangkir yang kupegang. Being the girl i know for years, i know what she is going to say before she say it.
"Biasanya dia bakal jemput lo ya pas pulang, apalagi kalau hujan gini. Mungkin udah stand by satu jam sebelum lo dibolehin pulang sama si Bos." Kata Fatiha pelan, "Isnt it weird not having him around?"
Mengenalku sejak bangku SMA, Fatiha tahu aku tidak suka membahas perpisahan. Apalagi yang terjadi setelah perpisahan itu. She knows I usually dont do flashback. It pissed me to reminisce something in the past, something that will never happen again.
Mungkin efek hujan. Mungkin teh yang kuminum ini bukan teh gopek biasa dan sudah dicampur alkohol, jadi penilaianku agak kabur sekarang. Tapi kali ini, aku tidak kesal.
"It will be even weirder to still have him around, Fat. You know that."
Perempuan itu mengangguk pelan, "But you are fine now, right?" Tanyanya memastikan.
He used to ask me the same question, with worry line in his forehead whenever I got sick or had some bad day. He used to distract me by playing musics i love on our ride to dinner, trying to make me feel better. He used to hand me some hot tea in a cup, bought before he come to pick me on rainy day like this.
He used to be a lot of things before we broke up. He used to be a lot of things, until he is not anymore.
"I'm fine." Dustaku, sempurna dengan segaris senyum tipis.
Except the fact it just hit me, hard, that we are not together anymore; I'm fine.