Tiga

21 2 0
                                    

"Manusia sering kali berkata pada dirinya bahwa ia tidak apa-apa, tapi tidak dengan hatinya, ia sakit, sekalipun dirinya mengatakan aku baik-baik saja."

Pagi yang cukup cerah, matahari juga masih malu-malu menampakkan sinarnya. Saat ini Jihan sedang membeli sayuran pada pedagang sayur keliling bersama ibu-ibu tetangga yang lain. Mereka tampak ramah, meskipun ada beberapa yang terang-terangan mengatakan bahwa ia tidak menyukai penampilan Jihan.

"Liat pakaiannya, kaya teroris yang di berita itu loh"

"Iya bener, kita harus hati-hati"

"Berlebihan banget ya, padahal pakai jilbab aja kan udah"

Terdengar bisikan ibu-ibu yang tidak menyukai Jihan. Mungkin Jihan sudah terbiasa dengan perkataan orang-orang disekitarnya, tapi Jihan tidak suka jika ada orang yang menyalahkan sesuatu padahal mereka sendiri tidak tau.

"Maaf ya ibu, pakaian yang saya pakai ini bukan pilihan tetapi sunnah yang merupakan bagian dari ibadah" Setelah mendengar ucapan Jihan, ibu-ibu yang mengolok tadi diam tak berkutik. Ya mau mengelak bagaimana lagi, sedang mereka saja tidak punya alasan yang logis untuk menentang.

"Ini pakde uangnya pas ya, terimakasih. Wassalamu'allaikum" meskipun hatinya sakit dengan perkataan mereka, Jihan tetap berusaha tersenyum sebelum pergi, walau hanya cekungan matanya saja yang terlihat.

Tak mengapa bagi Jihan itu hanya ujian dari Allah untuk menguji tingkat ke istiqomahannya dalam menjalankan ibadah. Seolah olokan orang lain hanya dianggapnya angin lalu. Ingat! pujian tak membuatmu melambung, hinaan tak membuatmu terjatuh.

Setelah sampai di kost, terlihat Meera sedang mencuci piring, mereka berdua sepakat untuk membagi tugas pekerjaan rumah setiap hari.

"Jihan mau masak apa?" tanya Meera saat melihat Jihan membawa 2 kantung plastik berukuran sedang.

"Ini tadi aku beli daging ayam, kacang panjang, kangkung, tahu, sayur asem, sama jamur, yang lainnya bumbu" Jihan mengangkat 2 kantung plastik tersebut ke udara.

"Kok banyak banget?" Meera keheranan, karena biasanya Jihan hanya membeli 1 atau 2 jenis sayur untuk dimasak dalam sehari.

"Iya buat persiapan aja" elak Jihan. Padahal Jihan melakukan ini hanya untuk menghindari ibu-ibu yang suka mengoloknya ketika bertemu.

Sebenarnya tak apa bertemu mereka, hanya saja Jihan tidak mau ambil pusing dengan perkataan mereka yang sering kali menyakiti hatinya.
Benar, manusia sering kali berkata pada dirinya bahwa ia tidak apa-apa, tapi tidak dengan hatinya, ia sakit, sekalipun dirinya mengatakan aku baik-baik saja.

Mungkin lebih baik luka fisik daripada luka hati, karena luka fisik mudah terobati sedangkan hati membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pulih kembali, kecuali dengan hati yang benar-benar ikhlas dan merelakan apa yang telah terjadi.

"Meera, sayurnya mau dipedesin apa nggak?"

"Yang sedang aja, jangan pedes banget" Meera mencuci kangkung dan jamur yang sudah dipotong-potong, sedangkan Jihan menyiapkan bumbunya.

"Aku denger temen SMA kita ada yang nikah ya Meer?"

Meera menoleh, dan sedikit kaget.
"Hah siapa? Kok gak ada kabar gitu?"

"Zifa, kemaren dia kasih tau di grup alumni kok. Aku mau bilang, tapi katanya kamu ada kelas ya jadi aku nunggu kamu pulang aja, tapi abis itu aku lupa mau ngasih tau"

"emang kamu bener gak tau?" lanjut Jihan.

"Enggak, soalnya belum sempet beli kuota, tadi malem aja aku numpang hotspot sama kamu hehe"

Sontak Jihan menoleh.
"Ih kapan? Kamu aja gak bilang kok"

"Tadi malem, pas kamu mau tidur aku minta izin numpang hotspot tapi kamu diem aja, ya jadi aku keinget Fatimah yang diamnya adalah iya" Meera takut Jihan marah jika tau apa yang telah dia lakukan semalam.

"Kan beneran paketnya abis, Meera tega banget sih, kan masih 2minggu lagi aku ditransfer uang sama ibu"
Benar dugaannya, Jihan kesal karena Meera menghabiskan sisa kuotanya tadi malam.

"Lain kali bilang ya, ntar dosa loh."

"Terus kenapa tadi malem gak buka grup alumni?" sambung Jihan yang masih kesal dengan kelakuan sahabatnya.

"Ya males aja, chatnya banyak banget nyampe 300an gitu hehe" Sebenarnya Jihan ingin marah, tapi karena Meera adalah sahabat terbaiknya jadi marahnya lain kali aja. Lagian konon katanya orang yang suka marah itu cepet tua. Jihan tidak mau tua sebelum waktunya.

"Ish dasaran"

***

TMH🌷

Buat partnya pendek-pendek aja ya, biar gak bosen wkwk.
Syukron, Jaazakumullah khairan :)

Touch My HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang