"Kring...Kring..."
Jam weker ungu itu berbunyi. Bunyinya seperti jangkrik. Memekakkan telinga. Siapapun yang mendengar pasti akan terbangun. Begitu pula dengan gadis itu.
"Apa sih. Berisik tau!" Syifa berguman kesal. Padahal tadinya dia sedang asyik bermimpi indah.
Jam weker itu masih berdering. Seketika Syifa langsung menghempaskan jam weker itu. Brak..... Tentulah jam weker itu akan langsung pecah. Suatu kebiasaan bagi Syifa ketika marah pasti selalu menghempaskan barang. Entah sudah keberapa kalinya barang rusak gara gara Syifa.
"5 menit lagi lah." Batin Syifa.
🍃
Ross membuka pintu kamar Syifa."Syifa!!! Kamu pikir jam berapa sekarang? Kamu sudah terlambat sekolah!!!" Ross meneriaki Syifa dengan nada kesal.
"Huaaam... Tunggu sebentar lah mami Ross. Syifa masih ngantuk." Syifa menguap.
"Sekarang sudah jam 9 Syifa, masih bisa bilang ngantuk?"
"Cuti sehari ya mami Ross, kurang enak badan nih." Syifa memohon dengan pose imutnya.
"Terserah kamu lah Syif," Ross berlalu pergi.
Tiba tiba...
Krek... Krek...
"Apa ini Syif?" Ross melihat ke bawah.
"Bukan apa-apa mami Ross," jawab Syifa sambil mengendap-ngendap keluar.
"Tunggu dulu, mau kemana?" Ross berusaha menahan amarahnya.
"Cuma ke dapur, mami Ross. Mau makan. Hehe.." jawab Syifa nyengir.
"Sudah berapa kali mami bilang. Mami itu bukan orang kaya yang bisa membelikan jam weker setiap harinya. Kalau begini terus bisa bangkrut bandar." Ross berkacak pinggang.
"Maaf mami Ross. Papi Robhi kan kaya, nanti bisa mintak beli baru lagi," ujar Syifa.
"Ya lah tu. Bersihin lagi nih. Untung mami nggak kena kacanya. Gimana kalau kena kacanya? Bisa hilang kecantikan mami"
"Iya, mami Ross."
Syifa mulai membersihkan pecahan jam weker itu. Ternyata lebih sulit membersihkan ketimbang memecahkannya.
Setelah selesai membersihkan jam weker itu Syifa kembali ke rutinitas awalnya. Bermain PUBG. Memang, setiap hari Syifa memainkan game itu. Pagi, siang, sore, malam. Tak pernah bosan ia memainkannya.
Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul sebelas, lama juga Syifa bermain PUBG. Syifa mulai merasa lapar.
"Aku lapar, bagusnya makan apa ya... makan diluar aja deh." Batin Syifa.
Syifa mengambil jaketnya dan memakai celana jins. Tanpa mandi dong. Walaupun tidak mandi beberapa hari Syifa masih tetap cantik kok, kata emaknya.
Akhirnya Syifa memutuskan untuk makan di warteg yang sedikit jauh dari rumahnya. Orang kaya kok makan di warteg sih. Wkwkwk. Memang warteg memiliki kesan yang bagus dari Syifa. Dari pada makan di resto dikejar cogan kaya, mending di warteg. Semuanya pada bapak bapak sih
Syifa hanya berjalan kaki kesana. Ngitung-ngitung bakar lemak.
Sesampainya di warteg Syifa langsung memesan makanan kesukaanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Prolonged Regret
RomanceKisah tentang seorang gadis yang ceria, feminim, dan polos. Ia terpaksa mengubah karakternya itu karena sahabatnya. Dibuang dari keluarga. Tidak dianggap sama sekali. Semua orang perlahan menjauh darinya. Hingga datang sosok ketika zaman smp dulu. M...