Semua orang yang berada dilapangan inti menoleh kearah suara tersebut.
Tidak dengan Gladys, Gladys tidak termasuk orang yang kepo. Dia sudah menebak sendiri, pasti ada siswa yang terlambat dan sembunyi.
Sampai akhirnya ada suara lain yang membuat Gladys menoleh.
"Gak usah pake dorong-dorong juga dong"
Wait? Suara itu.
Gladys pernah mendengarnya.
Iya, Gladys ingat.
Suaranya sama, sama banget.
Suara tadi persis sama suara...
'Eh tunggu dulu, yakin lu gak mau kenalan sama gue... Gladys? Gladys kan nama lu?'
YA! Itu suara cowok ngeselin yang ditemuin Gladys di koridor.Bisa-bisanya cowok itu berani ngomong gitu ke kakak kelas, batin Gladys.
Suara itu benar-benar membuat Gladys yang awalnya tidak peduli akhirnya menoleh ke asal suara tersebut. Dan benar, Gladys benar, dia masih ingat dengan suara itu. Saat menoleh, Gladys melihat cowok itu, cowok ngeselin itu.
"YA BERANI SEKALI KAU BERKATA SEPERTI ITU" teriak salah satu panitia.
"Wah nampaknya ada yang mau jadi sosok pemberani nih, buktinya berani ngelawan kakak kelasnya sendiri" kompor panitia lain.
Keadaan yang awalnya tenang, kemudian menjadi tidak teratur, terdengar bisikan dari orang-orang yang ada disini. Bahkan para panitia yang berada di depan barisan upacara, kini sudah berada di belakang semua.
"Maksud kamu apa hah, udah tau salah pake ngomong kayak gitu ke kakak kelasnya sendiri. Masih junior udah kayak gini, mau jadi apa nanti" YA! kali ini ketua osis ikut berbicara.
Gladys tidak habis pikir dengan cowok ini, apakah dia sama sekali tidak punya rasa takut sedikitpun? Seenggaknya sopan lah kalo ngomong sama kakak kelas. Udah salah tapi malah nyolot.
Gladys tidak peduli lagi dengannya, Gladys kembali baris diposisi semula. Memang sebenarnya Gladys tidak suka penasaran dengan urusan orang lain. Tapi gara-gara suara cowok itu akhirnya Gladys menjadi penasaran dengan apa yang sedang terjadi, dan tentunya penasaran juga dengan cowok itu.
Semua panitia kembali lagi ke tempat semula. Sedangkan panitia bagian kedisiplinan membawa cowok itu entah kemana. Gladys juga tidak peduli mendengar hal tersebut.
Gladys kok tau kalo cowok itu dibawa sama panitia kedisiplinan? Kan dia sudah tidak memperhatikannya lagi.
YA! Rissa yang memberitahunya, lebih tepatnya memberitahu dengan cara teriak-teriak dan memukul-mukul lengan Gladys.
"Dys liat tuh cowok itu sekarang dibawa sama panitia kedisiplinan, gak tau deh dibawa kemana, wah keren ya berani banget dia ngomong kayak gitu" teriak Rissa dan memukul-mukul lengan Gladys.
"Keren pala lu peak, gak sopan gitu lo bilang keren. Aduh udah deh Ris jangan pukul-pukul terus sakit tau gak" ketus Gladys. Gladys juga tidak peduli dengan Rissa yang sudah cemberut karena terkena omelan Gladys.
Setelah kejadian yang tidak direncanakan itu terjadi, upacara tetap dilanjutkan dan berakhir dengan baik, walaupun tadinya ada hambatan.
***
Setelah upacara, para siswa bubar dan berlarian menuju mading untuk mencari kelas gugus mereka.
Kelas gugus = kelas sementara selama MOS berlangsung
Gladys yang tidak suka keramaian pun mengajak Rissa duduk di pinggir lapangan inti dulu. Karena dia tahu, sudah pasti ada banyak siswa didepan mading.
Dulu pun, sewaktu MOS SMP, Gladys juga menunggu seperti ini. Jika sekiranya sudah sepi, Gladys akan menuju mading untuk melihat dikelas manakah namanya berada.
Sudah sekitar 15 menit Gladys dan Rissa duduk di pinggir lapangan inti. Rissa yang semulanya memainkan HP nya, pada akhirnya berdiri dan membuat Gladys yang sedang mendengarkan lagu lewat earphone menatap Rissa.
Seakan tahu dengan tatapan Gladys, "Ayo buruan kita ke mading, udah 15 menit juga, pasti udah sepi" ajak Rissa.
Gladys dan Rissa pun menuju ke mading sekolah. Sesampainya disana, mereka mencari nama mereka dan berhasil menemukan nama keduanya didalam satu kelas yang sama.
Senang? Tentu saja. Gladys dan Rissa sangat senang, bahkan saat ini mereka sedang berpelukan dan tersenyum senang.
"Seneng banget kayaknya ya"
Seketika Gladys dan Rissa melepaskan pelukannya, dan menoleh ke asal suara.
"Lu lagi lu lagi, kenapa sih gue harus ketemu lu lagi?" kesal Gladys.
"Yah bukannya seneng ketemu cowok ganteng kayak gue, malah marah-marah" balasnya, cowok itu. Cowok itulah yang mengganggu momen berpelukan antara Gladys dan Rissa.
"Eh lu kan cowok tadi yak. Ngomong-ngomong lu kok tadi berani sih ngomong kayak gitu?" tanya Rissa tiba-tiba.
"Ya suruh siapa mereka pake dorong-dorong, kasar lagi dorongnya" jawab cowok itu kesal.
"Ya jelaslah didorong kan salah sendiri kenapa gak ikut baris, tapi malah sembunyi" sewot Gladys.
"Gue gak sembunyi, gue cuman gak kedengeran kalo ada pengumuman itu"
"Halah udah deh gak usah ngeles, gak kedengeran gimana ceritanya. Secara disetiap sudut sekolah ini ada speakernya. Palingan telinga lu aja yang lagi bermasalah"
"Kenapa sih Gladys lu sensi amat sama gue, salah gue apaan sih ke lu. Gak percayaan juga jadi anak. Gue beneran gak denger, soalnya tadi gue ada di lapangan basket indoor, dan di area sana jauh dari speaker" jelas cowok itu.
"Curhat? Bodo amat" Gladys pergi meninggalkan cowok itu.
Rissa yang melihat Gladys pergi, dia pun berlari mengejar Gladys.
"Eh duluan ya, maafin temen gue, emang gitu anaknya, bye" pamit Rissa kepada cowok itu sebelum mengejar Gladys.
"Sante aja"
Selepas Gladys dan Rissa pergi. Cowok itu melihat namanya di mading. Dan betapa terkejutnya cowok itu saat tau kalo ternyata dia dan Gladys satu kelas.
Tapi, cowok itu masih belum yakin kalo nama yang dia lihat sekarang ini adalah nama lengkap Gladys yang dari tadi bertemu dengannya."Natasha Gladys Wijaya, nama yang bagus. Tapi apa bener ini nama lengkap tuh cewek. Ah semoga aja iya, kan asik tuh gue bisa sekelas sama tuh cewek" guman cowok itu.
***
To be continued:*
Haiiiii
Maaf ya baru bisa update hari ini
I Love You kaliannnn
Jangan lupa vote + comment nya juga ya:*
Thank You :*
KAMU SEDANG MEMBACA
Gladys
Teen FictionNatasha Gladys Wijaya Seorang gadis cantik yang polos, yang tidak mengerti cinta, pada akhirnya jatuh cinta kepada seorang lelaki yang dia anggap teman, tetapi lelaki tersebut tidak menganggapnya sebagai teman