RODE ROOS

73 0 2
                                    

RODE ROOS

Malam yang dipenuhi kabut tebal dari asap rokok yang mengepul memenuhi ruangan terasa biasa saja untuk Mawar. Matanya mencari mangsa saat mengitari ruangan yang penuh sesak oleh orang-orang yang melikukan tubuhnya dengan lihay, bercembu tanpa tahu malu. Bibirnya yang seksi berlapiskan lipstick merah terang seakan mengundang kaum Adam untuk segera menyeretnya ke kamar hotel atau ke toilet terdekat. Tubuhnya yang seksi dan montok dibalut dengan gaun hitam yang begitu pas membungkus gundukan- gundukan seksi yang bahkan mengundang untuk segera dijelajahi. Hawa panas dan suara music dari DJ seakan menambah pekatnya malam ini. Mawar memesan tequillan pada Bartender yang sudah lama ia kenal. Berry kadang menemai Mawar hanya untuk mengobrol santai atau mabuk bersama.

''Kau Mawar yang serupa Melati'' katanya pada Mawar . Mawar bahkan tak tau apa maksud dari perkataan Bartender itu.

''Kau tau Be, aku sudah mulai bosan dengan tempat ini.'' Mawar berkata sambil menyesap minumannya, memutar-mutar gelasnya sambil memperhatikan cairan beralkohol itu denga penuh minat.

''Kau ingin insaf?'' Berry menghentikan aktifitasnya dan mulai focus pada Mawar.

''Entahlah, aku hanya bosan saja''

''Apa lelaki itu sudah tidak menghubungimu sehingga kau berkata bosan?''

''Dia bahkan memasang GPS di handpone ku.'' Mawar melihat sekilas jam di tangannya dan menatap cincin berlian di jari manisnya.

'' 15 menit dari sekarang dia akan menyeretku'' Seakan menjadi cenayang, Mawar hanya perlu ke Club malam untuk membuat lelaki itu marah lalu menyeretnya.

'' Wah, mengerikan. Kurasa kau benar-benar tawanannya.''

''Yah, aku memang tawanan yang menyedihkan. Bahkan ketika aku mati kau tak akan bisa menemukan kuburanku. Ah, mungkin aku akan di bakar dan abuku di buang ke laut yang penuh sampah''

''Terkadang adakalanya kau harus berkenalan dengan sampah- sampah itu. Bahkan kau akan tau mengapa mereka menjadi sampah. Kadang dari tumpukan sampah pun kau akan menemukan sesuatu yang berharga''

''Gaya bicaramu rumit, aku tak mengerti''

'' apa kau tak pernah mencium bau busuk di sini? Sampah-sampah disini bahkan sudah tidak bisa didaur ulang. Sampah di sana bahkan jauh lebih berharga. Lebih baik abumu dibuang di laut yang penuh sampah dibandingkan terkurung dan membusuk di sini. Bahkan jika kau terlalu menikmati ini, kau lebih buruk dari sampah''

''Aku ingin menjadi burung tanpa kawanan. Biar, biar aku menikmati udara sendiri. Tapi sebelum aku menjadi burung yang bebas, aku sudah tertawan di sangkar emas. Jeruji-jerujinya di penuhi aliran listrik. Aku akan mati jika aku memaksa keluar. Dan dia tidak akan membebaskan aku bahkan jika ia bosan, dia lebiih senang aku membusuk dan sangkarku terlupakan.''

Berry menatap iba pada wanita itu. Hidup yang bahkan lebih buruk dari budak. Bahkan Mawar tak diijinkan untuk mati, bebas adalah hal yang mustahil dalam hidupnya.

Sudah 10 menit berlalu, Mawar mulai menikmati menit demi menit, detik demi detik dirinya diseret oleh pria yang menawannya tanpa memberikan pilihan. Mawar menutup matanya, mencoba mempertajam pendengarannya. Sekelebat ingatan-ingatan masalalunya muncul bagai film yang sebenarnya tak ingin ia ingat. Wajahnya dahulu tanpa makeup, bajunya dulu yang hanya kaus dan celana jeans belel, dan rambutnya yang merah karena sering tersengat matahari.

Dahulu ia adalah burung dara berbulu putih yang bebas menari tanpa rasa takut, menjelajahi lorong-lorong kumuh, rumah-rumah tikus, tumpukan sampah dan gorong-gorong tempat pembuangan limbah. Dahulu ia bebas berteriak, menyanyi bahkan tertawa lepas. Dahulu ia tak takut waktu berganti, tak pernah melirik angka-angka dalam bingkai yang terpasang di dinding-dinding rumah, ia tak pernah tau tanggal bulan bahkan tahun. Ia tak pernah perduli angka-angka yang terus berganti. Dahulu ia tak pernah mempermasalahkan nominal-nomilal di saku nya, tak pernah menyentuh mesin-mesin ATM.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 17, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RODE ROOSWhere stories live. Discover now