past

4.3K 492 120
                                    

"I know, I can't survive another night away from you. You're the reason I go on. And now I need to live the truth."
- Céline Dion


Play the multimedia with 'I Surrender - Céline Dion' in it.

.
.
.

Park Jimin (28 y

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Park Jimin (28 y.o)

Kim Taehyung (30 y

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Taehyung (30 y.o)

Kim Mina (6 y

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kim Mina (6 y.o)

.
.
.

Terhitung sudah satu tahun lamanya Kim Taehyung dan Park Jimin bercerai. Hubungan yang (sebelumnya) di mata publik dan teman - temannya baik - baik saja, hubungan yang terasa begitu manis dan harmonis. Namun apa yang terlihat tidak selalu berarti sama dengan apa yang terjadi di balik layar.

Perjalanan kisah cinta mereka sejak remaja hingga akhirnya menikah dan memiliki anak--yang berlangsung hampir setengah waktu dari kehidupan mereka, tidak bisa menjamin bahwa segalanya akan berjalan baik - baik saja tanpa hambatan. Tiga tahun yang lalu, ketika Jimin telah bersusah payah menyiapkan kejutan untuk memperingati hari jadi pernikahan yang ke-3, dia justru lebih dulu dikejutkan oleh kabar miring tentang suaminya. Menunggu Taehyung pulang dari perjalanan bisnisnya selama seharian, Jimin nyatanya tidak mendapati sang suami pulang ke rumah. Dia masih ingat dengan jelas isi pesan yang dikirimkan oleh Seokjin saat itu,

[Min, Taehyung gak jadi balik? Gue liat dia sama Jiyeon di Daejeon.

Kebetulan gue ikut Namjoon ngurus urusan kantor.]


Dan, oh, kalian tidak akan tahu rasanya seperti apa. Tangan Jimin yang gemetar menjadi bukti betapa takutnya dia pada asumsi negatif yang selalu memutari otaknya. Takut jika apa yang selama ini dia pikirkan, akan menjadi kenyataan.

Namun sepertinya pepatah lama memang benar adanya. Semakin dipikirkan, semakin besar kemungkinan suatu hal terjadi. Taehyung mengabarinya, mengatakan bahwa ia harus menunda satu hari karena Jiyeon, sekretarisnya, tiba - tiba saja jatuh sakit. Jimin pikir, berbanding terbalik dengan foto yang dikirim Seokjin, yang menunjukkan Taehyung sedang asik makan siang bersama wanita itu.

Kebohongan pertama Taehyung membawanya pada kebohongan - kebohongan lain. Jimin terkadang diabaikan, janji - janjinya dengan mudah dilupakan. Puncaknya adalah ketika Jimin mendatangi kantor suaminya tanpa memberi kabar lebih dulu, dan harus merelakan hatinya hancur melihat orang yang dicintainya tengah bercumbu dengan sekretarisnya.

Taehyung telah menyelingkuhinya, dan Jimin tahu itu.

.
.
.

Jimin masih diam saat itu. Menunggu suaminya berkata langsung dan berharap memberikan alasan yang dapat dimengerti. Tapi sayang, semua itu tidak terwujud. Taehyung bersikap seolah tidak ada yang terjadi dan Jimin terus tenggelam dalam rasa penasarannya, tetapi juga tidak memiliki keberanian untuk mengutarakannya.

Selama berbulan - bulan, ada hari di mana Taehyung tidak pulang. Jimin tidak ingin tahu di mana suaminya menghabiskan malam, tidak ingin tahu juga dengan siapa suaminya mengikis waktu.

Jimin memang hanya diam selama itu, tetapi ketika dia tidak sengaja berkunjung ke salah satu toko bunga langganan Taehyung, sesuatu benar - benar mengusiknya. Salah satu pelayan yang mengenalnya, bertanya dengan nada yang ringan dan jenaka, melemparkan senyum geli pada candaannya sendiri,

"Kak Jimin, emangnya masih belum puas ya dikirimin bunga setiap minggu sama Kak Tae? Sampe sekarang dateng langsung ke sini. Haha."

Siang itu, di tempatnya berdiri, Jimin termangu beberapa detik sebelum merubah raut wajahnya menjadi ceria. Bertingkah malu - malu dengan pipinya yang memerah, yang justru timbul karena mati - matian menahan tangis. Taehyung mengirimkan bunga pada orang lain, setiap minggu, ulangnya dalam hati.

Dan malam hari ketika Taehyung pulang ke rumah, Jimin tidak sanggup lagi menyimpan semuanya sendiri. Rentetan kalimat sarat kesakitan dia utarakan, air mata yang mengalir deras meninggalkan jejak. Jimin terlihat kacau malam itu, dan Taehyung terdiam menyadari betapa bodoh dirinya telah menyakiti malaikat di hidupnya.

Selama bertahun - tahun, sejak memutuskan untuk menjadi teman hidup Jimin--setelah kedua orang tuanya meninggal, Taehyung berjanji untuk tetap tinggal di sisinya. Dia tidak pernah membayangkan orang lain setiap kali menyebut kata bahagia. Taehyung tidak pernah ingin bersama orang lain ketika ditanya siapa yang ia cinta. Dan ketika akhirnya dia menyakiti Jimin, bahkan ketika suaminya itu merawat putrinya dengan sangat baik, Taehyung tidak dapat berkata apa - apa.

Dia tidak mengerti apa yang telah dilakukannya selama beberapa bulan terakhir. Tidak tahu apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Namun yang ia tekankan pada dirinya sejak saat itu, adalah dia harus berhenti sebelum menyakiti suaminya semakin dalam. Dan Taehyung melakukannya.

.
.
.

Taehyung telah kembali. Jimin tidak lagi merasa takut untuk sendiri. Kebaikan hatinya membuat Jimin kembali percaya seutuhnya dan semuanya terasa sempurna.

Mina, putri kecil mereka, telah tumbuh semakin besar. Dia membuat kedua orang tuanya bersyukur dari hari ke hari, atas parasnya yang rupawan dan kecerdasannya dalam segala hal. Mina bahagia, dapat memiliki segalanya dengan mudah dengan dua orang tua yang sempurna di matanya.

Namun sayang, lagi - lagi keluarga kecil itu kembali tersandung. Kali ini bukan hanya kerikil, karena salah satu orang tuanya tidak berhasil melewatinya sendirian. Jimin menyerah setelah mendapat teror berisi foto dan isi pesan berkesan romantis antara sang suami dan lelaki lain, yang tidak Jimin kenali.

Menuruti egonya, Jimin meminta teman baiknya, Yoongi, untuk menjadi pengacaranya. Mengirimkan surat gugatan cerai pada sang suami tanpa mau meminta penjelasan lebih dulu, juga telfon Taehyung yang tidak ia angkat sama sekali. Jimin menghilang bersama Mina tanpa meninggalkan jejak, meninggalkan Taehyung dengan segala bayangannya.

Pun ketika hari persidangannya tiba, Jimin tidak menampakkan dirinya. Dia menyerahkan segalanya pada Yoongi, memohon untuk menyelesaikan perceraiannya secepat mungkin. Sejak saat itu, Jimin berusaha bertahan dengan memulihkan hatinya dan menghabiskan waktu sebanyak mungkin dengan sang anak. Sampai pada bulan ketiga setelah status perceraiannya resmi, Jimin bahkan belum berani menerima telfon dari mantan suaminya.







[COMPLETED] We Can (not) be AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang