Each Other's

2.8K 391 83
                                    

"Come back to me. I know it's hard to do that.
Now, the more I get hurt, I know I'm scared and I hate it.
On the day you left, it sounds like you're in big trouble. I regret to turn around and I'm sorry.

I'm sorry I'm just coming back.
I want to love again as we are."
- G-Dragon





Dengerin juga 'Let's Not Fall in Love'-nya BIGBANG. Itu cocok banget sama Taehyung - Jimin di sini :')


.
.
.


Sepulangnya dari liburan bersama ke Roma, Jimin dan Mina kembali menjalani kehidupannya seperti semula. Namun pekerjaan yang menumpuk membuat Jimin seringkali pulang terlambat, membiarkan Mina berada di tempat penitipan atau pun bermain di rumah temannya sampai sore. Taehyung juga tidak dapat membantu sejak dirinya mengurusi salah satu proyek lanjutan sang ayah di Jepang, membuat ketiga orang itu agak sulit berkomunikasi.

Keadaan ini telah berlangsung cukup lama. Jimin merasa tidak sanggup lagi jika harus menjalani hal yang sama secara terus - menerus. Terlebih ketika ponselnya berdering menunjukkan caller id sang guru dari sekolah anaknya, mengabari bahwa si cantik itu pingsan saat jam pelajaran olah raga. Secepat kilat dia membereskan meja kerjanya dan meminta izin untuk pulang lebih cepat. Meski selalu mendapat izin dengan mudah--kemungkinan karena ketertarikan pemimpin perusahaan padanya, Jimin tetap saja menangis di dalam taksi sepanjang jalan.

Jimin memaki dalam hati, jari - jarinya tidak berhenti bergerak di atas layar ponsel. Puluhan pesan yang dia kirim tidak dibalas, pun dengan panggilan yang tidak terjawab. Dia ingat bahwa Taehyung mengatakan akan pulang hari ini, tetapi mengapa ponselnya tidak aktif? Apakah dia masih dalam perjalanan? Atau terlalu sibuk sampai tidak sempat mengisi daya ponselnya?

Begitu sampai di rumah sakit, Jimin langsung menuju ruangan sang anak. Duduk di sisi ranjangnya dan mengusap sayang kepalanya. Mina mengalami demam yang sangat tinggi, dan dalam keadaan tidak sadar, bibirnya tidak berhenti memanggil sang papa.

Menghapus air mata yang mengalir di pipinya dengan keras, Jimin menarik nafas. Dia meyakinkan diri untuk mencoba mengabari orang tua Taehyung--tidak ingin memanggilnya sebagai mantan mertua, dan meminta bantuannya karena Jimin yakin, dia tidak akan sanggup sendirian.

"Haaah," Menenangkan dirinya terlebih dulu, dia kemudian menekan kontak Bunda yang akhir - akhir ini kembali memenuhi kotak pesannya.

"Halo?"

"Bun, hiks-" Jimin memang cengeng, Taehyung tidak salah ketika menyebutnya begitu. Sebab mendengar suara halus bunda saja dia bisa kembali menangis seperti ini.

"Jimin? Kamu kenapa, nak?" Nada suaranya berubah khawatir, bunda jelas mendadak tidak tenang di sebrang sana.

"Bun, Tae- Taehyung pulang ha- hari ini kan?"

"Iya. Taehyung udah pulang, tapi langsung ke kantor buat nemuin ayah. Kamu kenapa, sayang?"

Jimin semakin terisak. Merasa terlalu berlebihan mendapati bunda yang masih saja menyayanginya, tidak pernah berubah sejak pertama kali bertemu, bahkan setelah menceraikan anaknya begitu saja.

"Mina... Mina sakit, bun. Dia manggil - manggil papanya terus, hiks- Ji- Jimin udah coba hubungin, ta- tapi gak bisa." Dia berhenti sejenak untuk menarik nafas. "Jimin minta maaf ka- kalo ganggu waktu bunda, tapi tolong kasih ta- tau Taehyung ya, bunda. Jimin mohon, demi Mina."

Bunda tersenyum maklum di tempatnya. Sudah sangat hafal pada tabiat Jimin yang selalu merasa dirinya menjadi beban. "Jimin, kamu tenang dulu ya.. Dengerin bunda bicara."

[COMPLETED] We Can (not) be AloneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang