1. Ini aku

24 4 0
                                    

Pagi yang cerah, seorang gadis cantik sudah siap dengan seragam putih abu-abu yang melekat sempurna ditubuhnya. Aku Andhira Larasati, nama yang indah dan sederhana diberikan oleh bundaku.

Andira diambil dari bahasa Sanskerta yang artinya kuat dan berani. Sedangkan Larasati diambil dari bahasa Sanskerta juga yang artinya jauh lebih dalam. Harapannya ketika sangat jabang bayi lahir memiliki kekuatan dan keberanian yang lebih dalam, untuk membela kebaikan dan kebenaran untuk orang disekitarnya.

Sayangnya aku seperti tak memiliki harapan seperti yang bunda harapkan untukku. Ya aku tak pernah berani melawan ketidak adilan yang dilakukan oleh ayah dan adik perempuan ku.

Hanya bunda yang menyayangiku. Bahkan aku memiliki sosok ayah dari kakekku. Aku merasa kakekku adalah ayahku. Lalu bagaimana dengan ayahku. Entahlah aku tak bisa menjelaskan aku mengenalinya sebagai apa.  Yang jelas dia ayahku tapi dia tak menganggap ku.

Cukup sampai disini aku tak akan mengungkapkannya dengan sekaligus. Satu persatu semua tentangku akan terungkap,  tapi tak sekarang.

Setelah siap dengan seragam dan tas berisi buku pelajaran aku segera turun untuk sarapan bersama kedua orang tuaku dan adikku.

Ini mungkin akan menjadi pagi yang buruk seperti pagi-pagi sebelumnya. Tapi biarlah, semoga saja ayahku segera sadar bahwa aku juga membutuhkan sosok ayah yang sesungguhnya.

Aku segera dudukd di kursi yang tersisa. Mengambil selembar roti dan mengoleskan selai coklat sebagai isian. Aku tak pernah mengambil selai lain karena pasti nanti adikku akan mengadu pada ayah dan berakhir aku dimarahi.

Selesai makan aku segera berpamitan pada bunda dan ayah.

"Bun, Dhira berangkat dulu ya,  assalamu'alaikum." Pamit ku pada bunda.
"Hati-hati, belajar yang benar ya sayang,"ucap bunda sambil menyerahkan sejumlah uang. "Buat jajan kamu,"ujar bunda.

"Tapi bun, uang yang kemarin masih sisa dan cukup buat aku,"tolak ku.

"Udah bawa aja nanti kalau ada kebutuhan mendadak kan bisa kamu pakai,"ucap bunda.

Mau tak mau aku mengambil uang pemberian bunda. Karena aku pun tak mendapat uang saku dari ayah. Ayah hanya memberikan uang untuk kebutuhan sekolah. Selain itu ia tak memberi. Terkecuali pada Lexa. Mungkin karena Lexa sejak kecil sudah menjadi model jadi dia butuh uang lebih dari ku untuk kebutuhannya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ZerbrechlichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang