3.Pulang

11 3 0
                                    

Bel pulang berbunyi sebelum waktunya, dikarenakan rapat dewan guru yang diadakan mendadak. Seluruh siswa mau tak mau harus mengakhiri pelajaran dan pulang ke rumah masing-masing. Meskipun pada akhirnya tak semua langsung pulang. Begitu pula dengan Dhira yang telah selesai berkemas dan bersiap untuk pulang.

"Naik bus lagi?" tanya Clara.

"Ya, iyalah mau naik apa lagi," jawab Dhira.

"Kenapa sih lo ngga minta keadilan sama bokap lo? Gue masih ngga sampai gitu mikir, kenapa bokap lo bisa ngga suka sama lo sampai segitunya. Lagian alasannya juga ngga masuk akal banget sih," ucap Clara.

"Gue bukan lo Clara, gue ngga bisa. Gimanapun juga dia bokap gue. Lagian gue juga masih berharap suatu saat nanti bokap gue sadar kalau gue itu ada dan gue bisa jadi apa yang diharapkan bokap gue," ucap Dhira sambil merapikan bangkunya.

"Tapi sampai kapan Dhira, sampai lo nikah? Sampai lo punya anak? Sampai anak-anak lo tanya, kenapa kakek ngga suka sama mama? Iya?" tanya Clara sambil berjalan keluar kelas bersama Dhira.

"Ya ngga sampai segitunya lah Clar. Tapi gue yakin bokap gue bakal sadar kalau gue juga anaknya. Gue juga bisa dibanggakan," ucap Dhira.

Mereka duduk di halte depan sekolah sambil menunggu bus, kecuali Clara sudah dipastikan dia pulang bersama Ryon.

Tin tin

Suara klakson mobil Ryon memutuskan perbincangan mereka. Akhirnya Clara berpamitan pulang lebih dahulu dari Dhira.

***

Hampir 2 jam Dhira menunggu bus tapi tak kunjung datang, sedangkan langit yang tadinya cerah berubah kelabu. Awan-awan hitam menggantung menandakan hujan akan segera datang.

Tiba-tiba seorang menggunakan sepeda motor sport berhenti dihadapan Dhira. Cowok mengenakan jaket kulit dengan helm fullface itu menoleh ke arah Dhira sambil melepaskan helm yang dikenakannya.

"Lagi nunggu jemputan ya?" tanya cowok itu yang ternyata adalah Benjamin, yang disebut-sebut sebagai prince charming oleh siswi-siswi di sekolah.

"Eh? Ngomong sama gue?" tanya Dhira kebingungan.

"Ya iyalah mau ngomong sama siapa lagi kalau bukan lo," jawab Ben.

"Engga, lagi nunggu bus," jelas Dhira.

"Ternyata lo ngga sedingin yang mereka bilang ya," gumam Ben.

"Kenapa?" tanya Dhira yang tak begitu jelas mendengar gumaman Ben.

"Eh, em mau pulang bareng ngga?" tawar Ben.

"Ngga usah nanti ngerepotin," tolak Dhira.

"Ngga ngerepotin kok, lagian setau gue tuh jam segini sulit banget bus. Dan lo tau sendiri daerah sini rawan kalau menjelang maghrib," ucap Ben memberitahu Dhira.

Akhirnya Dhira ikut pulang bersama Ben, selama perjalanan hanya ada keheningan diantara mereka. Sampai akhirnya mereka tiba di depan rumah Dhira. Dhira segera turun dan berterima kasih pada Ben.

"Ben, terimakasih sudah mengatar pulang," ucap Dhira.

"Iya, gue pamit," kata Ben, tersenyum.

***

Hallo akhirnya balik lagi setelah seminggu ngga update.  Semoga kalian suka dengan part kali ini yang terbilang flat. Jangan lupa vote dan komen. Mungkin selama bulan Ramadhan akan rajin update.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ZerbrechlichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang