Part 4

19 3 0
                                    

Sekarang Rhingga sedang berada diruang tamu bersama Papa dan Mamanya, Rhingga berniat mengatakan keinginannya sekali lagi pada kedua orang tuanya.

"Pah Mah Rhingga akan tetap mendaftar dan masuk di Universitas yang sudah Rhingga pilih. Rhingga mohon restu dari Mama dan juga Papa, Rhingga berjanji akan menjadi orang yang sukses dan bisa membanggakan Papa dan Mama." Ucap Rhingga memohon pada kedua orang tuanya.

"Rhingga. Papa sama Mama mau yang terbaik untuk kamu. Jadi biar kami yang memilihkan untukmu, kamu tidak perlu repot-repot untuk memilih sesuai dengan keinginan kamu." Ucap Papa Ardi,  

"Iya betul Rhingga, lagian kalau nanti kamu sudah menjalaninya kamu bakalan senang juga. Jadi kali ini menurutlah dengan keinginan kami nak, kami hanya ingin yang terbaik untukmu kedepannya." Ucap Mama Dita menimpali perkataan Papa Ardi.

Rhingga menghela nafasnya panjang, selalu seperti inu jika dia membahas tentang kelanjutan pendidikannya. Selalu ada ketidaksamaan pendapat dengan orang tuanya. 

"Pah Mah, Rhingga selalu menuruti apapun keinginan Papa dan juga Mama. Kali ini Rhingga memohon agar Papa sama Mama mengabulkan permintaanku, aku berjanji akan membuat kalian menangis karena bahagia. Rhingga mohon izinkan Rhingga Pah Mah." Ucap Rhingga mantap, terlihat air matanya yang terbendung di pelupuk matanya yang sebentar lagi akan jatuh.

Jika kamu mempunyai mimpi, wujudkanlah mimpi itu. Dan janganlah takut untuk meraihnya, semua butuh waktu, proses dan juga perjuangan. Jadikan sebuah rintangan sebagai penyemangan untukmu kembali berjuang untuk masa depan. Masa depan ditentukan buka dari orang lain, namun dari diri kita sendiri. SEMANGATLAH!!!

Papa Ardi membuang nafasnya kasar.

"Kenapa kamu jadi keras kepala seperti ini! Kami hanya menginginkan yang terbaik untuk masa depanmu! Jadi diamlah dan menurut saja!!" Bentak Papa Ardi pada anak semata wayangnya itu, pertama kalinya Rhingga dibentak seperti itu terkejut begitu juga dengan sang Mama. 

"Pah Rhingga bakalan buktikan ada Papa dan juga Mama bahwa Rhingga pasti bisa sukses dengan jalan yang Rhingga pilih. Rhingga mohon kali ini saja biarkan Rhingga menentukan jalan hidup Rhingga sendiri." Ujar Rhingga meyakinkan orang tuanya yang sudah diiringi dengan isakannya.

Bukan tanpa alasan Rhingga menangis, namun dia sangat menginginkan restu dari orang tuanya. Rhingga yang sekalipun tak pernah menangis saat itu juga dia mengeluarkan isakannya karena permohonannya pada orang tuanya.

"Pah sudahlah, Papa jangan sampai terlewat batas seperti ini. Sekarang Mama sadar bahwa kita selalu mengekang Rhingga, jadi kali ini biarkan Rhingga yang memilih sendiri Pah. Mama yakin Rhingga pasti bisa karena dia orang yang pekerja keras Pa." Pinta Mama Dita, Ibu tetaplah seorang ibu yang tak akan tega melihat anaknya yang dipenuhi dengan kesedihan.  

"Sudahlah Ma, jangan berdebat dengan Papa. Ini tetap menjadi keputusan Papa, dan Rhingga kamuharus menurut dengan Papa." Pinta Papa Ardi yang masih tetap keras kepala dengan pendiriannya itu.

Rhingga membuang nafas kasar.

"Kenapa Pah, kenapa sedikit saja Papa nggak mau ngertiin perasaan Rhingga? Rhingga bukan robot Pah! Rhingga manusia. Rhingga mau sukses dengan restu Papa dan juga Mama, mengapa itu sangat sulit untuk Rhingga dapatkan? Rhingga selalu menuruti semua keinginan Papa, tapi kenapa baru kali pertama ini aku meminta Papa tidak mau mengabulkan permintaanku ini?" Ucap Rhingga frustasi,

Rhingga sadar perkataannya sudah mulai meninggi. Namun Rhingga susah untuk mengendalikannya karena dia sangatlah kacau hari ini.

Papa Ardi diam tak bergeming begitu juga dengan sang Mama yang sudah sedikit terisak melihat sang putra seperti itu.

Rhingga pergi berlalu menuju ke kamarnya menumpahkan segala rasa kecewanya pada sang Papa sedangkan sang Mama yang melihat anaknya pergi berlalu sangatlah merasakan kekecewaan yang sedang dialami anaknya itu, namun sifat suaminya yang keras kepala membuat Mama Dita sulit untuk membujuk Papa Ardi. Dengan diiringi tangisan Mama Dita pergi berlalu untuk masuk kedalam kamar dan meninggalkan suaminya sendiri agar bisa merenungi sifat dan perbuatannya yang sudah keterlaluan itu.

Rhingga hanya mampu berdiam diri dikamarnya, merenungi segala perkataan Papanya tadi.

Dia melirik sekilas gitar dipinggir ranjangnya, Rhingga mengambil dan mulai memainkannya. Menumpahkan segala apa yang kini dia rasakan, selalu seperti itu caranya menenangkan fikiran yang sedang kalut. Dia memilih lagu kesukaannya untuk dinyanyikan dengan diiringi suara gitarnya itu ..

Jjreeenggg ..

Mimpi adalah kunci
Untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah
sampai engkau meraihnya ..

Laskar pelangi
takkan terikat waktu
Bebaskan mimpimu di angkasa
warnai bintang di jiwa ..

Menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia...
selamanya ...

Cinta kepada hidup
Memberikan senyuman abadi
Walau hidup kadang tak adil
tapi cinta lengkapi kita...

Laskar pelangi
takkan terikat waktu
Jangan berhenti mewarnai
jutaan mimpi di bumi...
Ooo!
Menarilah dan terus tertawa
walau dunia tak seindah surga
Bersyukurlah pada Yang Kuasa
cinta kita di dunia...
Selamanya ..

(Nidji_Laskar Pelangi)

"Kenapa Papa keras kepala seperti itu Pa? Aku yakin Pa bahwa aku pasti bisa membuat Papa bangga, namun kenapa sekarang semua menjadi seperti ini Pa?" Ucap Rhingga lirih.

Di sisi lain sang Papa yang masih duduk termenung diruang tamu.

"Maafkan Papa Rhingga, Papa hanya menginginkan yang terbaik untuk kamu. Bukan maksud Papa mengekang dan memperlakukanmu seperti robot. Maafkan Papa nak." Batin Papa Ardi menyesal.

Piknik PrestasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang