Bulan Pertama

24 0 0
                                    

Bulan. Itulah namaku. Iya, mirip dengan satelit bumi. Terlebih lagi, aku dilahirkan pada bulan pertama di tahun 2001 dan saat bulan sedang sangat bulat dan terang di langit. 

Ibu berharap, dengan nama ini aku bisa menjadi seseorang yang sama seperti bulan yang tetap bersinar walaupun dalam keadaan sekitarnya sedang sangat gelap dan Ibu berharap aku bisa menjadi manusia yang tak takut akan hal apapun yang akan aku lalui dan juga senantiasa kuat seperti layaknya bulan, yang harus bersinar sendirian saat semua bintang harus absen tak bisa membantu bulan menyinari bumi saat malam tiba.

Dari saat aku lahir ke bumi hingga saat ini, aku belum pernah bertemu dengan sosok yang bernama Ayah. Setiap aku bertanya kepada Ibu dimana Ayah dan aku ingin bertemu, ia selalu menjawab

"Ayah sedang bekerja sayang."

tetapi, ketika aku meminta bantuan Nenek untuk mencari Ayah, ia dengan nada yang tinggi selalu bilang bahwa Ayah ku orang yang tidak baik dan aku tidak perlu mencarinya. Menurut mu aku harus percaya kepada siapa, Ibu atau Nenek ?Jujur, aku ingin ke sekolah diantar oleh Ayah, seperti yang lain.

Ibuku punya toko kue. Toko nya lumayan banyak dan tersebar di beberapa daerah di Kota Bandung. Kue nya pun banyak sekali macam nya dan tentunya rasanya pun sangatlah lezat. Apalagi kue kering rasa coklat kesukaanku yang Ibu beri nama Bulan dan juga berbentuk seperti Bulan sabit.

Aku bersekolah di salah satu SMA swasta didaerah Bandung dan ini adalah tahun terakhir aku bersekolah disini. Aku berharap, setelah lulus nanti aku bisa melanjutkan sekolah di FSRD ITB. Iya aku sangat suka seni dan aku memilih untuk tetap di Bandung dan tak jauh dari Ibu dan Nenekku.

Kata temanku, aku orang yang ceria, pendengar dan pemberi solusi yang baik dan juga sangat pemberani. Aku tak pernah sendiri, teman-temanku selalu ada bersamaku. Merekapun sangat menerimaku dengan baik dilingkungan mereka, terlebih aku di sekolah dalam bidang apapun selalu menjadi nomor 1 di sekolah ataupun diluar sekolah. Banyak sekali event dan perlombaan yang sering aku ikuti, selain menambah teman, bisa mengobrol dan berbagi sesuatu dengan merekalah yang membuatku senang.

 Aku sama seperti yang lain, sering mendapatkan kesulitan akan suatu hal ataupun merasa senang atas sesuatu. Tapi, di bumi yang sedang aku pijaki saat ini, aku merasa aku sedang sendiri. Walaupun aku memiliki banyak teman, tetapi tetap saja, aku merasa sendiri.

Hm, iya. Mungkin, hanyalah Bulan yang mengerti keadaanku. Karena setiap aku merasa sendiri, aku selalu menunggu malam yang menghadirkan bulan dihadapanku, dan hanya ia yang bersedia untuk mendengarkan apa yang ini aku ucapkan.



You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 18, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

BulanWhere stories live. Discover now