Episode 1

23 4 0
                                    

Bunyi dentingan spatula dan wajan terus beriringan dengan suara sibuk dari tempat itu. Satu persatu pesanan diteriakkan dan para koki mulai memainkan peran mereka. Dengan telaten mereka mulai menggerakkan spatula dan mulai tercium aroma yang menggugan selera. Ditempat yang sama, Alicia sedang bergelut dengan piring yang sangat menumpuk.

Prangggg

Terdengar suara piring yang hancur lebur karena berbenturan dengan lantai. Tangan Alicia mulai bergetar dan dingin karena takut. Pasalnya, ini bukan pertama kalinya ia membuat masalah pada hari ini. Tadi siang dia menumpahkan satu gelas jus saat akan mengantarkan pesanan pada pelanggan. Beruntung pelanggan tersebut mau memaafkan dan tidak memperpanjang masalah. Memang akhir-akhir ini, pikiran Alicia sedang bergelut dengan masalah-masalah yang menerpa dirinya.

Seorang manager datang dengan tergesa-gesa dan menampilkan raut wajah yang merah karena memendam amarah.

"Alicia! Rupanya kamu mulai bosan bekerja di tempat ini." Pak Martin  berbicara dengan emosi.

"Maaf pak atas kecerobohan saya." Kata  Alicia yang hanya mampu menunduk.

"Kelihatannya kamu mulai ngelunjak karena yang merekomendasikan kamu bekerja di tempat ini adalah pak Jonathan."

"Bukan begutu pak, saya tidak pernah mengandalkan pak Jonathan sebagai bakingan saya selama bekerja di tempat ini."

"Wah berani yah kamu ngelawan saya. Udah mulai ngelunjak yah. Karena saya nggak bisa mecat kamu karena yang akan lindungin kamu itu Direktur hotel ini bukan berarti saya takut dengan kamu. Sebagai hukumannya kamu harus bersihin kamar suite room di hotel ini selama 1 minggu penuh."

"Tapi kan pak itu pekerjaannya Merlyn kenapa dilimpahkan ke saya. Lagipula saya itu bekerja di bagian restoran bukan untuk membersihkan kamar." Sela Alicia karena tidak terima. Terlihat seringaian dari sudut bibir Merlyn yang ternyata menonton dari belakang pak Martin.

"Tidak ada tapi-tapian kalau kamu masih sayang sama pekerjaan kamu." Pak martin langsung pergi meninggalkan dapur.

"Mampus. Makannya jangan mau jadi simpanannya pak Jonathan, nggak pantes tau. Dasar murahan" Merlyn mengatakannya sambil tertawa. Mukaku mulai merah padam karena emosi. Aku mulai menggerakkan tanganku berniat untuk menjambak rambut kusut Merlyn agar mulut cabenya berhenti nyerocos.

Grebbb

"Aaaaaa" Merlyn berteriak dengan kencang karena kesakitan. Tapi tunggu, aku merasa tanganku belum sampai di kepala semut rangrang itu tapi kenapa dia sudah berteriak?

"Viona!" Teriakku dengan suara tertahan.  

"Siapa yang lo bilang simpanan kak Jona? Eh ngaca dong yang simpanan itu siapa. Lo pikir gue nggak tau kalo lo itu simpanan pak Martin kan? Cihh udah tua bangka juga masih di embat, udah punya cucu lagi." Kata Viona dengan senyum smirk nya. Semua yang ada di dapur ini kaget mendengar penuturan Viona yang blak-blakan. Memang mulut Viona itu sangat pedas, sebelas dua belas dengan mulut kakanya, Jonathan.

"Bbu bu Viona?" Kata Merlyn dengan suara yang sedikit bergetar.

"Udah Vio cukup" Aku berusaha menghentikan Viona karena sejak tadi tangannya masih bertengger di kepala semut rangrang itu.

"Lo juga! Kenapa tadi diam aja dikatain kaya gitu. Emang terima lo digituin sama  telor kutu dadar macam ini?" Aku terdiam. 'Yaelah tadi juga ni tangan udah lepas landas dan hampir mendarat di rambut kusut Merlyn cuma keduluan lo'. Kataku dalam hati karena tidak mau memperkeruh suasana.

Aku segera menarik Viona dan berjalan keluar untuk menaiki lift. Selampainya di lantai 17, kami turun dan memasuki ruangan Jonathan.

"Onet!" Panggilku yang memunculkan kepala dari antara pintu yang terbuka. Jonathan yang terlihat sedang menerima telepon langsung mematikannya setelah bilang "Nanti Gue Telepon Lagi".

"Eh alis miper ngapain jam kerja udah nongol aja disini? Kangen ya." Kata Jonathan dengan senyum smirk sambil menaik turunkan alisnya.

"Yee kepedean lo." Kataku yang berjalan masuk diikuti Viona dibelakangku.

"Maap maap. Yaudah langsung aja ke intinya gue sibuk nih." Kata Jonathan sambil melirik jamnya.

"Yaelah sok sibuk lo, kerjaan cuma main onet tiap hari aja blagu." Timpalku sambil terkekeh. Jonathan melihatku dengan tatapan jengkel. Memang Jonathan suka sekali memainkan permainan menghubungkan binatang itu makanya kami sering memelesetkan namanya menjadi Onet.

"Pokoknya lo harus naikin jabatan Alicia titik ngga pake koma." Sambung Viona sambil duduk disofa. Mataku terbuka lebar.

"Eh apaan, orang kita kesini cuma mau nenangin macan ngamuk. Pokoknya engga ada yah pembicaraan ini lagi, udah bosen gue dengernya." Kataku sambil berjalan tergesah-gesah keluar dari tempat ini karena tidak mau melanjutkan percakapan ini. Terdengar suara Viona dan Jonathan yang memanggil namaku dari belakang.

Aku sudah berteman dengan Jonathan dan Viona dari kecil. Umur Jonathan sekarang 23 tahun cukup muda untuk menjadi seorang direktur sedangkan aku dan Viona berumur 20 tahun dan sementara berkuliah. Memang mereka tidak setuju saat aku melamar kerja part time menjadi seorang pelayan restoran di hotel ini dan menawarkan pekerjaan dengan jabatan yang lebih tinggi yaitu menjadi sekertaris Jonathan tapi aku menolak karena tidak enak dengan karyawan lain karena aku belum pantas untuk jabatan tersebut. Akhirnya, aku menjelaskan kepada mereka panjang lebar dan mereka menyetujuinya.

____________________

Jam menunjukkan pukul sepuluh malam. Biasanya aku pulang jam sembilan malam, tapi karena pak Martin terus saja menyuruhku ini itu aku jadi telat pulang. PAK Martin bahkan menyuruhku untuk memisahkan tangkai dari cabe padahal setauku cabe yang biasa di pesan sudah tidak ada tangkainya. Aku tau ini kerjaannya pak Martin untuk balas dendam karena jalang kesayangannya dijambak oleh Viola. Cihh sungguh kekanak-kanakan.

"Jangan lupa untuk membersihkan suite room di lantai dua belas." Kata pak Martin sambil menekankan kata lantai dua belas. Oh sial aku melupakan hukuman itu. Dengan langkah gontai aku melangkahan kaki untuk menuju kamar tersebut. Aku tidak habis pikir housekeeping apa yang membersihkan kamar pada jam sepuluh malam? Bukannya orang-orang sudah pada tidur?  Ah sudahlah aku tidak ada pada posisi yang bisa melawan.

Ting

Lift telah sampai di lantai dua belas. Aku mengernyit heran memandang sekelilingku. Kenapa di lantai ini hanya ada satu kamar? Apa aku salah tempat? Aku memang tidak pernah berkeliling di hotel ini selain ke ruangan Jonathan dan di area restoran, tapi ini memang lantai dua belas. Aku masuk dengan acuh ke ruangan tersebut dengan menggunakan kartu akses khusus untuk housekeeping hotel ini.

"Waw." kataku begitu masuk ruangan ini. Tempat ini seperti di disain bukan seperti kamar hotel pada umumnya. Warna di kamar ini dominan abu-abu dan putih yang terlihat sangat elegan dan nyaman. Disini juga banyak barang-barang yang terlihat tidak mungkin tersedia di kamar hotel pada umumnya seperti piano, miniatur mobil dan berbagai karakter animasi, dan lain-lain. Ini terlihat seperti kamar di rumah yang dipenuhi barang-barang pribadi milik kita. Aku berjalan menyusuri satu per satu ruangan yang ada di tempat itu dan pada saat aku akan membuka satu pintu ruangan...

Deg...

Terasa suatu benda yang dingin seperti besi menempel di belakang kepalaku yang aku tau dengan pasti apa itu.

Pistol

"Anak suruhan siapa lo?"
Suara dingin dan rendah seorang laki-laki terdengar di belakangku.

To be continued...

Visual Jonathan

Visual Jonathan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
A MistakeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang