"Jika bahagiamu bukan bersamaku lalu aku bisa apa? Menahanmu hanyalah akan menyiksa dirimu dan aku benci saat kau merasa tidak nyaman."
•
•
•
•
Jangan lupa untuk vote and comentnyaThank you and happy reading guys :)
•
•
•C
oklat panas dan musik akustik merupakan hal yang sangat disukai oleh gadis berambut sebahu itu. Tangannya menggenggam secangkir coklat panas, menyalurkan kehangatan yang ditimbulkan oleh minuman panas tersebut. Sesekali gadis itu menyeruput coklat panas favoritenya untuk menghilangkan rasa kering ditenggorokannya. Matanya memandang lurus orang-orang yang berlalu-lalang, mengamati semua kegiatan mereka melalui kaca yang ada di depannya. Hari ini cuacanya sangat dingin sama seperti keadaan hatinya yang hampir membeku. Hatinya menerawang kembali kejadian yang membuatnya marah dan kecewa dalam waktu bersamaan. Gadis itu tersenyum masam mengingat kembali betapa konyolnya takdir yang ia terima.
Hari ini adalah hari kelulusan untuk SMA Jaepong, hari bahagia karena para siswa telah melewati masa SMA mereka dengan penuh suka duka dan hari dimana mereka saling merelakan satu sama lain berpisah untuk menentukan hidup mereka masing-masing. Sama seperti gadis yang tengah duduk di bawah pohon rindang, hari ini adalah hari berhaga untuknya, namun tidak ada raut bahagia yang terpancar dari wajah cantiknya. Yang dia lakukan hanyalah mengamati teman-temannya tersenyum bahagia di hari kelulusannya. Mereka sibuk berfoto ria untuk dijadikan kenang-kenangan yang hanya datang sekali seumur hidup mereka. Iri? Tentu saja. Gadis itu sangat iri dengan teman-temannya, dia sangat ingin merasakan upacara kelulusan ditemani oleh orangtuanya. Saling memancarkan aura kebahagiaan dan kehangatan. Meski ia tahu hal itu tidak akan pernah terjadi. Tetapi bolehkan ia tetap berharap pada Tuhan? Berharap bukan perilaku yang dibenci Tuhan bukan? Untuk kesekian kalinya gadis itu berharap orangtuanya datang membawa senyum ceria dan rasa bangga karena ia mendapat nilai terbaik di angkatannya pada ujian akhir. Matanya memanas. Dadanya sesak. Hatinya penuh kesepian. Dirinya ingin menangis tapi ia tidak bisa. Air matanya tidak mau keluar dan hanya menggenang di pelupuk mata indahnya. Gadis itu menghela nafas sebentar lalu mendongak melihat betapa rindangnya dedaunan dan mencoba untuk memejamkan matanya menikmati terpaan angin di musim dingin ini. Rasanya halus dan menyakitkan karena hawa dingin menerpa langsung kulit wajahnya. Kulit pipinya yang berwarna putih pucat mulai berubah warna menjadi kemerahan.
Sahabatnya datang menghampiri lalu menangkup pipi kemerahan gadis itu. Mencoba menyalurkan kehangatan yang ia punya. Sang empu hanya membiarkan dia melalukan apa saja pada pipinya. Karena gadis itu tahu siapa pemilik tangan ini hanya dengan mencium aroma parfumnya dan merasakan kehangatan yang ia berikan.
"Aera-ya, kau baik-baik saja? Ada apa denganmu? Apa yang terjadi?" Gadis yang bernama Aera tersadar dari lamunannya, dengan perlahan membuka kelopak matanya lalu menoleh ke belakang menatap sahabat yang telah bersamanya dari masa penerimaan siswa baru di SMA.
"Eoh Jisa-ya. Aku baik-baik saja. Kau tak usah khawatir." Aera tersenyum tulus menyakinkan sahabat satu-satunya yang ia punya, sahabat yang selalu ada untuknya tak pernah meninggalkannya dan selalu memberi support penuh atas hal yang dilakukan Aera.
"Choi Aera, kau membohongiku." Nada bicara Jisa terdengar kesal. "Kau tau melihatmu seperti ini hatiku sakit."
Sangat peka itu lah sifat Jisa. Berucap dusta pada Jisa sangat mustahil karena ia akan tahu hanya dengan menatap mata lawan bicaranya. Kepekaan Jisa di atas rata-rata, ia bahkan bisa melihat kebohongan dan mengetahui perasaan seseorang yang tidak dikenal .
"Percayalah aku baik-baik saja. Aku hanya ingin menikmati udara segar ini." Aera menggenggam tangan sahabatnya, menatap dengan tatapan baik-baik saja agar sahabatnya mau mempercayainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAN I?
FanfictionChoi Aera gadis riang penyuka cokelat yang harus bertahan hidup dengan senyum yang ia punya, hidup yang menyedihkan bahkan kata bahagia pun tidak ingin singgah di hidup nya. Ketika sedikit demi sedikit Aera mulai menerima takdirnya, memulai agar dia...