Audy Angelina Meyrin
Seorang gadis berumur lima belas tahun, anak kedua dari pasangan suami istri bernama Yusuf Ali Alaydrus dan Mia Caterina Alaydrus. Dia juga punya seorang kakak laki-laki, namanya Adam Alvyn Alaydrus
Ayahnya seorang tentara asal Indonesia. Ibunya seorang penulis asal Jerman yang sudah lama tinggal di Indonesia. Sedangkan kakaknya, kini tengah mengejar pendidikannya di Jepang setelah selesai S1 di Finlandia. Kini Mey dan orang tuanya tinggal di Indonesia setelah pindah dari Jepang.
🌻🌻🌻
Hari itu, disebuah sekolah menengah pertama di Jakarta Selatan, terlihat seorang perempuan yang berjalan dengan didampingi dua orang yang nampaknya adalah orang tuanya. Sepertinya mereka menuju ke ruang kepala sekolah. Siswa siswi disekolah tersebut nampak kagum melihat rupa perempuan itu.
"Aku ngga pernah liat cewe seputih dia. " bisik salah seorang siswi kepada temannya.
"Yee, artis sinetron juga putih kali. " Balasnya.
"Ah elu pikirannya sinetron mulu, suka nonton ajab ye lu."
"Hehe...."
Perempuan itu sangat menawan, dengan rambut panjangnya yang indah. Dari depan tampak kedua orang tuanya yang terlihat berbeda dari orang-orang pribumi pada umumnya. Sang ayah mungkin dari pribumi. Sedangkan ibunya nampak seperti Londo (sebutan untuk orang-orang Belanda).
Meyrin POV
Pagi ini, aku bersama orang tuaku mendatangi sekolah baruku di Indonesia untuk mengikuti tes penerimaan siswa baru. Tepatnya di SMP Islam Al-Azhar 2, Jakarta Selatan.
Di sini memang macet, tak seperti di Itabashi-Tokyo, Jepang, tempat tinggalku yang dulu. Mungkin hampir semua orang kenal dengan Tokyo, tempat kelahiran aktor Jepang favoritku, Yamazaki Kento. Namun di sini juga sangat indah. Jakarta sangat penuh dengan bangunan-bangunan pentingnya.
"Mama, apa aku akan tinggal di sini selamanya?" Tanyaku pada Mama.
"Mungkin begitu, hingga kau dewasa."
"Jadi, jika aku sudah cukup umur untuk pergi ke Jepang, aku boleh tinggal di sana lagi?"
"Itu semua tergantung padamu."
"Oh, baiklah. Mmh... Aku akan masuk kelas apa Mama?"
"Kata Kepala Sekolah, besok hasil tes mu akan keluar dan mulai besok kau bisa berangkat sekolah seperti biasa." Jelas Mama yang semakin membuatku penasaran.
Aku hanya mengangguk —mengerti—. Selama dua jam kami di sini untuk membahas kedatanganku sebagai murid baru. Setelah itu, kami pulang dengan mobil Papa yang sudah terparkir sejak pagi. Kami pun sampai di rumah lama Papa yang jaraknya cukup dekat dari sekolah baruku. Tak beberapa lama, suara ketukan pintu terdengar. Cepat-cepat aku berlari menuju pintu, dan kubukakan pintu perlahan. Aku melihat dua orang tengah berdiri didepan pintu rumahku. Sepertinya mereka seorang ibu dan anak laki-lakinya. Ibu-ibu ini membawa sebuah kotak yang dihias manis, aku tak tahu itu. Dan satu lagi di samping ibu itu, berdiri seorang laki-laki yang tampak sepantaran denganku hanya mungkin dia lebih tinggi dariku. Ketika aku meliriknya dari bawah sampai atas, dia tersenyum padaku. Senyumnya manis, raut wajahnya yang tadi terlihat kaku dan judes sekarang tampak berbeda.
"Assalamualaikum, nak. Apa bener, kalian ini keluarga Pak Yusuf yang pindahan dari Jepang?" Tanya sang ibu padaku di ikuti Mama yang berjalan ke arah kami bertiga.
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Benar, ibu. Apa ada yang bisa kami bantu?" Jawab Mama dengan lembut.
"Maaf mengganggu, kami kesini untuk memberi bingkisan ini pada kalian sebagai ucapan selamat datang." Jelas ibu itu sambil tersenyum.
"Alhamdulillah, terimakasih banyak. Tunggu sebentar, kami ada sesuatu untuk kalian." Ucap Mama yang kemudian berlari menuju meja makan dan mengambil sejumlah aksesoris mini yang kami bawa dari Jepang.
Ketika Mama mengucap kata 'Alhamdulillah' mereka berdua langsung bertatap muka, bingung pikirnya mungkin.
"Mmh... Maaf, Ibu nya Muslim?" Tanya ibu-ibu tadi padaku.
"Ah iya, Bu. Sebelum menikah dengan Papa, Mama masuk Islam." Jelasku.
Mereka hanya mengangguk. Sembari menunggu Mama, Papa datang kepada kami.
"Ya Allah, Bu Nisa! Apa kabar, Bu? Sudah lama nggak ketemu. Eh ini anaknya, Bu? Waduh udah gede ya!" Ucap Papa riang.
"Alhamdulillah baik , Pak Yusuf. Iya ini anak saya yang kedua."
"Loh! Yang pertama dimana, Bu?"
"Oh, si Zikri udah pindah bareng istrinya ke Bandung."
"Owalah, sudah nikah toh! Lah yang ini umurnya berapa, bu?" Papa mengelus-elus kepala laki-laki anak Ibu Nisa.
"Enam belas tahun."
"Wah cocok nih sama anak saya:v selisih satu tahun doang." Papa melirik genit ke arah ku diikuti tawa Bu Nisa dan anaknya.
"Ih, apaan sih, Pa. Orang belum cukup umur udah dijodoh-jodohin"
"Dih gapapa dong serah serah Papa," nih orang kalo ngomong bikin gemes deh, Papa ciapa ci...
"Oya, nak. Kamu ajak dia keliling sana. Beritahu dia semua yang ada di kota ini." Perintah Bu Nisa pada anaknya tersebut sambil menatapku.
"Baik, Bu." Laki-laki itu bersalaman dengan ibunya dan kemudian dengan Papa.
Setelah itu dia mengulurkan tangannya padaku, seperti menyuruhku untuk mengikutinya. Aku meminta izin pada Papa dan akhirnya pergi bersama laki-laki yang belum ku tahu namanya. Kami berjalan kaki menyusuri tempat- tempat indah dan penting. Dia juga memberitahuku banyak tempat-tempat penting di Jakarta, seperti Monas, Masjid Istiqlal, Istana Merdeka, gedung-gedung pencakar langit, dan lainnya.
Di sela-sela perjalanan kami, dia menatapku.
"Apa kau sudah tahu namaku?" Tanyanya.
"Tentu saja belum, kau juga belum tahu namaku bukan?" Jawabku sambil tertawa kecil
Ketemu lagi sama author:v ini adalah karya kedua dari author. Jadi jangan lupa baca karya author yang pertama ya^^ [OHAYOU MIRAI]
Dan pastinya JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE cerita ini dengan orang terdekat kalian —jauh juga gpp kok:v—!
Bantu author jadi seorang penulis:D
Tasuketekudasai Minna 🙏
Arigatou Gozaimasu:>
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret ❣
Teen Fictionseorang gadis blasteran Eropa-Asia yang diam-diam menyukai dua laki-laki di sekolahnya. Yang satu, laki-laki super cuek, pendiam, nolep, hobi nge-game. Dan yang satunya lagi, ngeselin, ceroboh, lumayan bego, hobi nge-game juga. Disatu sisi, ada tiga...