Dan tak beberapa lama seorang wanita paruh baya berseragam mendekat dan tersenyum padaku. Aku hanya membalas senyumnya.
"Kamu Audy bukan? Mari ikut dengan ibu, kamu masuk ke kelas 3-B. Dan ibu walikelasnya," ucapnya ramah.
"Iya, bu."
Kami pergi meninggalkan ruang guru yang terlihat masih ramai itu.
Rupanya, kelasku ini cukup dekat dengan kelas Dzafar. Jadi, kalau pulang aku hanya menunggunya saja di depan kelas. Mmh koridor sekolah ini nampak sunyi jika bel sudah berbunyi, tidak seperti tadi yang kondisinya sangat ramai dan gaduh.
Setelah sampai di depan kelas, aku di beri nasehat agar masuk ketika ibu guru memanggil namaku. Tak beberapa lama, diapun masuk ke kelas dan mengucap salam.
"Anak-anak, kita kedatangan murid baru. Tolong kalian jaga sikap ya."
"Baik, bu." Terdengar jawaban semua siswa dari dalam kelas, aku masih menunggu beberapa saat sampai ibu guru memanggilku.
"Audy, kemarilah dan perkenalkan dirimu pada teman-teman barumu di sini."
Dengan cepat aku membuka pintu kelas yang tadi hampir tertutup. Sontak semua orang di dalam kelas menatapku hingga membuat wajahku memerah.
"Anak-anak, ucapkan salam pada Audy."
"Selamat pagi, A.. Audy.." ucap mereka terbata-bata, mungkin karena belum mengenal dan masih canggung denganku.
"Pagi juga." Aku tersenyum pada mereka agar terlihat lebih manis hehe.
Ibu guru menengadahkan kepalanya sambil tersenyum padaku, seketika aku paham apa yang dimaksud olehnya. Akupun mulai memperkenalkan diri.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh." Aku sedikit meringis.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh." Jawab mereka serempak.
"Perkenalkan, namaku Audy Angelina Meyrin. Aku dari Prefektur Itabashi, Tokyo, Jepang. Mohon bantuannya ya! Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."
Tak lama kemudian, seorang laki-laki tiba-tiba berdiri sambil mengangkat tangan kanannya.
"Kalau boleh tahu, siapa nama panggilanmu?" Tanyanya.
"Keluargaku biasa memanggilku Audy atau Ody, tetapi teman-temanku di Jepang memanggilku Lina-desu. Kau dan yang lain boleh memanggilku dengan salah satu namaku."
Tiba-tiba teman di sebelahnya menarik seragam laki-laki itu dan berkata, "Lo ini gimana sih?! Tadi kan Bu Ayu nyuruh kita manggilnya Audy. Kenapa malah nanya lagi bego! Gue jadi malu punya temen kayak lo!" Ujar teman laki-laki itu dengan wajah datar dan sedikit kesal pada laki-laki yang bertanya padaku itu.
"Ehehe... kan gue lupa bro." Balasnya dengan menyunggingkan gigi.
"Sshh... sudah-sudah, kalian ini bikin ribut saja. Malukan sama murid baru." Tukas ibu guru yang baru kutahu namanya Bu Ayu.
"Baik, bu." Jawab dua laki-laki tadi.
"Ada yang mau ditanyakan lagi sama teman baru kalian ngga?" Bu Ayu kembali bertanya kepada murid-muridnya hingga seorang siswi di depanku berdiri.
"Umurmu berapa? Dan... salam kenal ya! Namaku Riana Aurelia. Panggil saja Riana atau Riri." Tanyanya sembari menyodorkan tangan kanannya ke arahku dan tersenyum.
"Umurku 15 tahun. Terimakasih, salam kenal juga!" Balasku sambil menjabat tangannya dan tak lupa membalas senyum manisnya tersebut.
"Sama-sama." Riri pun kembali duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Secret ❣
Teen Fictionseorang gadis blasteran Eropa-Asia yang diam-diam menyukai dua laki-laki di sekolahnya. Yang satu, laki-laki super cuek, pendiam, nolep, hobi nge-game. Dan yang satunya lagi, ngeselin, ceroboh, lumayan bego, hobi nge-game juga. Disatu sisi, ada tiga...