Sepupuku

20 9 2
                                    

"Oh, benar juga. Kenalkan namaku Dzafar Al-azmi. Panggil saja Dzafar." Ucapnya sembari mengulurkan tangan kanannya.

"Namaku Audy Angelina Meyrin. Nice to meet you!" Ku genggam tangannya.

"Panggilan?"

"Kamu boleh panggil aku apa saja."

"Apa saja? Ya sudah. Apa saja, ayo jalan lagi!" Dzafar melanjutkan langkahnya.

"Hey kau ini! Maksudku bukan memanggilku apa saja. Tapi terserah kau mau memanggilku Audy, Angelina, atau Meyrin. Bukan apa saja!" Ku tatap sinis wajahnya.

Dzafar memalingkan wajahnya ke arahku. Dia nampak menahan tawanya. Astaga! Kalau saja dia orang yang sudah lama ku kenal sudah ku hajar laki-laki itu!

"Baiklah-baiklah. Kalau aku memanggilmu Meyrin, gimana?" Dia sedikit tertawa.

"Yayaya, boleh-boleh saja. Asal jangan memanggilku apa saja!"

Aku semakin kesal padanya, sebelumnya belum pernah ada yang memanggilku Meyrin. Orang-orang biasa memanggilku Audy atau Ody. Ya, Ody yang sangat cantik pastinya hehe. Ah sudahlah, hari mulai petang, kami pun pulang dengan membawa sejumlah makanan tradisional yang sempat kubeli di jalanan. Sebelum Dzafar pulang, dia mengantarku sampai ke depan rumah.

"Besok kau mulai sekolah, bukan? Lebih baik tidurlah lebih awal, aku akan mengantarmu besok pagi. Tenang, tak usah malu-malu." Rasanya pipiku mulai memerah.

"Baiklah, terimakasih untuk waktunya dan... Terimakasih untuk makanannya. Aku suka sekali!"

"Ya, terimakasih kembali. Sudah-sudah, masuk sana. Ini sudah Maghrib. Jangan keluyuran malam-malam nanti digondol setan!" Celetuknya yang tak bisa ku mengerti apa yang ia katakan?

Aku hanya menatap polos wajahnya. Dia justru tertawa melihat wajahku yang mungkin sangat imut ini.

"Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh Meyrin!" Dzafar melambaikan tangannya dan berjalan pergi meninggalkanku.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh."

Ketika masuk ke dalam rumah, terlihat beberapa keluarga Papa datang ke rumah kami. Ada Oma, Opa, Om Billy, Om Bobby, Tante Carla—dia sahabat Mama— dan... Entahlah, mungkin dia anak Tante Carla dan Om Bobby.

Aku segera masuk kedalam kamar untuk berganti baju. Rasanya malu menaiki tangga disaat yang lain sedang dibawah. Karena itupun aku berlari menuju kamarku yang ada dilantai dua. Setelah selesai mandi dan berganti pakaian, aku pun turun. Disambut keluarga yang tengah bersiap untuk makan malam. Mama memanggilku untuk segera duduk dimeja makan.

"Subhanallah, cantiknya anak kau ini." Oma menepuk pundakku pelan.

"Hehe. Terimakasih, Oma..."

"Kamu nggak mau kenalan sama sepupumu?" Papa memotong pembicaraan.

"Hehe:v Hai, namaku Ody." Tanganku menutupi sebagian makanan yang ada dimeja ererere.

"Ody, aku Zaskia. Selamat datang di Indonesia." Dia nampak tersenyum, ya walaupun kelihatan malu-malu.

"Kalian sudah lapar, bukan? Lihat, Mama buatkan kalian Ramen, Okonomiyaki, Kebab dan Roti Tortilla! Lezat, bukan?" Mama menunjukkan makanan-makanan yang tadi ia buat.

"Omegad! MAMA YOUR ARE THE BEST! DAISUKI DESU," aku berteriak girang didepan semuanya.

Orang-orang heran menatapku, semula hening lalu akhirnya mereka tertawa melihat aksi konyolku. Ya Tuhan salah apa daku.

Setelah itu, kami bersama-sama memakan masakan buatan Mama yang pasti enak bukan main.

Setelah selesai makan, kami berbincang-bincang di meja makan.

"Ody, tadi gimana jalan-jalannya sama anak tetangga sebelah?" Papa membuatku terhenti saat hendak meminum coklat panas.

"Ano, ya... Seperti itulah. Dia baik, dia mengajarkanku banyak hal, Papa. Mulai dari bahasa daerah, tempat-tempat bersejarah. Dia juga mengajarkanku sopan santun yang ada di Indonesia, Papa! Hebat bukan!"

"Wah... Ter..." Belum sempat Papa melanjutkan ucapannya sudah ku potong lebih dulu hehe.

"Dan satu lagi! Dia juga membelikanku makanan khas Jakartaaaaaaaaa! Demi Tuhan itu enak sekali, Papa!!!"

"Emang makanan apa?" Papa nampak cemberut hihi.

"KERAK TELOR!!!" Ku hentakkan meja makan dengan kedua telapak tangan.

Astaga, itu sangat memalukan. Semua orang memperhatikanku.

"Kau ini kenapa Ody? Sepertinya senang sekali bertemu dengan anak tetangga sebelah." Celetuk Om Billy yang tengah menatap layar ponselnya.

"Ehe, tidak! Aku hanya senang saja ada di sini. Tapi aku rindu Jepang. Kaka bagaimana kabarnya ya?"

"Alvyn baik-baik saja. Dia lagi sibuk nongkrong sama temen-temennya di Harajuku. Btw cara ngomongnya tolong diubah deh Dy. Lugu amat lu jadi orang." Om Billy memang menyebalkan.

"Dih, apaan sih Om! Kan aku orang baru, jadi kalo cara bicaranya salah atau tidak tepat, itu sama sekali tidak masalah!"

"Apaan! Di sini itu ga tertarik sama orang yang lugu banget kayak kamu! Entar kamu ga ada temennya mau? Trus kamu cuma dimanfaatin sama temen-temen kamu mau?"

"Papa! Om Billy jahat!"

"Billy! Kamu ini nakal banget sama Ody. Udah sana lanjutin skripsimu yang belum rampung!"

"Hehe, maap Bang. Abisnya Ody bikin ngakak aja sih! Ngomong-ngomong tau aja skripsiku belum selese." Om Billy menekuk bibirnya ke atas.

Aku cuma bisa menjulurkan lidahku pada Om Billy yang kelakuannya masih seperti anak-anak. Dia akhirnya pergi meninggalkan kita di meja makan, sembari membawa laptop kesayangannya.

Karena belum puas dengan ledekanku, ku buntuti dia sampai ke dalam kamar. Dan menepuk punggungnya dengan sangat keras.

"EH KAMBING! KAMBING!" Om Billy terkejut bukan main.

"Dasar jantungan! Hahaha!" Aku tertawa puas melihatnya terkejut sambil melompat ke atas kasur.

"Ketek lu! Gue mo ngerjain skripsi malah kedatengan makhluk goib." Mulutnya sampai monyong astaga.

"Kalian lagi ngapain?" Suara lirih Zaskia membuat kami saling bertatapan, kemudian menatap gadis super pendiam itu.

"Eh, sini masuk. Gabung bareng setan sama vampir yuk!" Apaan nih Om Billy enak banget ngasih nama!

Zaskia cuma menatap kami datar, tatapannya lebih datar dari dadanya, eh gimana.

Kemudian, ruangan itu hening beberapa saat. Sampai akhirnya aku berteriak-teriak tak karuan di atas kasur sembari melempari Om Billy dengan bantal, guling, selimut dan boneka yang ada dikamar, tepatnya kamarku.

Selama ku berulah dikamarku, tak sedikitpun Zaskia mengikutiku untuk membantu membully Om Billy. Dia hanya terduduk di sisi kasur sembari tertawa kecil, melihat aksi konyolku.

"Zas?" Ku tatap matanya.

"Ada apa?"

"Hey, kau tak mau membantuku melawan om-om sialan ini?"

"Heh! Gue bukan om-om sialan! Lagipun gue belum punyak anak woi!"

"Bodoamat."

Zaskia hanya terdiam memandangi kami. Astaga dia ini polos atau memang tidak peduli sih!









Yee buset gabisa nglawak akunya:(
Maap klo garing amat:">
Selanjutnya tunggu ±1 bulan lagi yaaaaa!
Aku bakal publish 2 chapter setiap ¼-1 bulan sekali:v jadi klo kelamaan ya maklumin ae.
Beteweh klo udh lebih 1 bulan tolong ingetin ya soalnya akutu forgertan:(
Yoda drpd banyak bcd:* mending JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE NI CERITA GUE!

My Secret ❣Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang