PROLOG

18 2 2
                                    

SIENNA ~ 669 KATA

Kisah ini kupersembahkan untuk
Bumi Nusantara
dan
Para Pelindungnya


"Ramalan si Tua itu menjadi kenyataan Sienna... Kita akan mengalami peperangan besar. Terbesar sepanjang masa di negeri Deasville. Ketika kedua negeri adidaya beradu menjadi satu di gurun merah. Dan banyak nyawa tak berdosa melayang di sini. Di tempat ini. Di depan mata kita. Peperangan terbesar dalam sejarah akan terjadi beberapa menit lagi."

Sienna mengangguk mendengar kata-kata Arween. Kata-katanya bergetar. Penuh kesedihan dan kesakitan yang tertahan. Yah, Sienna tahu rasa sakit itu. Sienna juga merasakannya. Begitu juga semua orang yang berdiri di gurun merah ini. Rasa sakit dalam dada karena bersiap menghadapi perang, bersiap kehilangan negeri sendiri, kehilangan orang-orang yang dicintai, dan kehilangan... nyawa sendiri.

Bagaimanapun juga, Sienna masih sangat muda untuk mengalami semua ini. Ego kecilnya menginginkan untuk pergi dari semua ini. Ketakutan mendera dirinya tak terbatas. Ia tak sanggup melihat orang-orang yang ia cintai mati di depan matanya. Ia juga belum siap menghadapi rasa sakit luar biasa ketika ajal menghampirinya di perang ini. Semua membuat tubuhnya menggigil tanpa batas.

"Sial. Jadi ini takdir kita. Alasan kita dilahirkan di dunia ini. Untuk melihat semua kengerian ini. Untuk berjuang dan mati dalam perang ini."

Andai waktu bisa terulang, Sienna ingin memperbaiki semua hingga perang ini bisa terhindarkan. Tiba-tiba momen hidup Sienna memenuhi pikirannya seperti kaleidoskop hidup. Banyak hal yang terjadi dalam dua tahun terakhir di hidup Sienna. Dua tahun kejadian dengan perbedaan yang sangat kontras. Dua tahun yang lalu, Ia masih berada di pulau terkecil dan paling utara bernama Weisse, masih bermain dengan teman-teman kampungnya, belajar berburu dengan kakaknya, pergi berlayar dan menangkap ikan dengan ayahnya dan masih berada di pelukan sang ibu. Masa-masa yang begitu indah untuk dikenang di masa mudanya. Setahun kemudian, hidup di dalam persembunyian di tengah gunung dan hutan, dan karena kesalahan dan kecerobohannya, dia terpilih menjadi pengantar pesan penting untuk sang Raja.

Dan saat ini, dia memegang erat pedang perak bermata biru safir, berdiri bersama orang-orang yang ia sayangi menuju pertempuran yang tak bisa terhindarkan lagi.

Sienna menatap sekelilingnya dengan jelas. Ketika satu persatu tangan orang-orang saling berpaut, saling berpegangan tangan, untuk memberikan kekuatan dan semangat satu sama lain. Permandangan yang begitu haru. Dan menyesakkan. Perasaan Sienna berkecamuk hebat.

Tiba-tiba seorang berdiri di samping Sienna dan memegang erat tangan kirinya. Sienna menoleh kearah pemuda itu, pemuda yang selama ini menemaninya melakukan perjalanan panjang. Kini pemuda itu memakai baju zirah perak dengan pedang di tangan kirinya.

"Jangan takut Sienna, kita pasti akan memenangkan peperangan ini." Kata pemuda itu tanpa menoleh Sienna. Tetap berdiri menatap ke depan. Dan kata-katanya meyakinkan. Sienna tergelak tertawa. Baginya, kata-kata itu tak lebih dari kata-kata bohong sang ibu agar anaknya tidak ketakutan.

Namun wajah pemuda itu serius. Dibalik ketampanannya, ada keyakinan terdalam. Sienna terdiam untuk beberapa saat. Ketika ia melihat wajah pemuda itu berkilau diterpa mentari pagi. Begitu memukau. Andai ia masih diberi kesempatan untuk melihat orang yang ia cintai seperti ini lebih lama lagi...

"Apa-apaan ini? Hei jendral pemimpin perang, apa yang kau lakukan disini? Kabur dari posisi terdepan di detik menjelang peperangan hanya untuk ini?" kata Raven menyindir. Pemuda di samping Sienna tergelak.

"Biarkan aku menikmati detik terakhirku dengan bahagia, Raven. Sebelum ajal menjemput kita."

Pemuda itu menarik tangan Sienna dan mendekapnya ke dalam pelukannya dalam-dalam. "Berjanjilah, " bisiknya. "Berjanjilah padaku. Jangan mati. Tetaplah hidup sampai perang ini berakhir."

Tanpa sadar air mata Sienna membasahi pipinya. Ia balas pelukan pemuda itu erat. "Iya. Kau juga harus berjanji. Kau tidak boleh mati."

Di saat bersamaan, bunyi genderang perang terdengar sekali. Tanda waktunya akan tiba.

"Tentu saja." Katanya yakin. Dia melepas pelukan Sienna lalu berlari kembali ke posisi terdepan. Diikuti Raven di belakangnya.

Bunyi genderang perang terdengar lagi untuk kedua dan ketiga kalinya. Tanda perang telah dimulai. Sienna dan ratusan orang Deasville lainnya mulai mengambil posisi siaga. Di kubu lawan, tampak orang-orang Venola mempunyai massa yang jauh lebih banyak, dengan persenjataan perang yang jauh lebih modern.

Sienna mulai menegang. Jari kanannya memegang erat pedang perangnya.

Komando dari sang jenderal perang terdengar keras.

Semua orang di gurun merah berteriak.

Sienna, dan semua orang Deasville berlari ke depan, menuju perang penghabisan...

************************************

Cuap - Cuap Arya :

Selamat datang di Arya~Multiverse

Cerita ini adalah fiksi kedua yang aku publikasikan di Wattpad

Gara-gara mengecek harddisk lama, Thor menemukan cerita ini.

Daripada menjadi sarang laba-laba, alangkah baiknya cerita ini aku publikasikan di sini bukan?

Sienna ini rencananya ada 3 trilogi lho...

Jadi...

Thor sangat mengharapkan semangat dan dukungan kalian dengan meninggalkan jejak berupa vote, comment, kritik, saran, jejak tangan maupun jejak kaki.

Welcome to Sienna Universe and Happy reading...

SIENNA - TRILOGI 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang