Prolog

23.6K 1.8K 240
                                    

"Ha... gila panas banget anjir," keluh Sona.

Jam ketika upacara terasa begitu lama, mereka yang berbaris mendengarkan hanya mengeluh karena matahari berdiri tepat di atas mereka.  Kaki pegal dan keringat yang membasahi dahi, guru-guru pun berjaga di belakang barisan untuk menarik siapapun siswa yang mengobrol di depan sana. Bahkan beberapa dari siswa mulai berakting pura-pura sakit atau atau pergi ke toilet dan tidak kembali lagi.

Tak lama kemudian, gerombolan siswa di tarik ke depan lapangan. Mereka yang sudah terbiasa hanya menghela napas panjang. Siapa  yang tak kenal mereka, pentolan dari SMA Harapan yang sering membolos, merokok, tawuran, balapan, minuman keras, menggoda cewek sana sini.

Tapi siapa sangka salah satu dari 9 cowok nakal di depan sana ada yang membuat Thania tertarik. Si gadis polos nan lucu ini jatuh hati pada salah satu berandalan sekolah. Apa kata orang, jika mengetahui seorang gadis polos seperti Thania jatuh cinta sama Arnesh si berandalan sekolah.

Karena menurut Thania, Arnesh itu masih punya hati, buktinya beberapa bulan yang lalu cowok itu menolongnya ketika dia dibully oleh teman seangkatannya. Tapi karena Arnesh tak tertarik dengannya, dia selalu di abaikan meskipun Arnesh mengetahui bahwa Thania adalah adik dari sahabatnya, Galant.

"Tuh cowok nggak ada bosan-bosannya bikin onar," cibir Anna.

"Lo yakin suka sama modelan kayak dia tha? gue sih amit-amit, seganteng apa pun dia kalau dia brengsek mana mau gue," sahut Sona dengan sinis.

Thania tak mengindahkan perkataan teman-temannya, dia memilih untuk memandang crush yang berdiri di depan sana dengan pakaian berantakan dan rambut panjang dengan tindik pada bibirnya.

"Susah ya kalau udah jatuh cinta, mendadak buta sama tuli," sahut Karin yang berdiri di belakang teman-temannya.

Thania melirik teman-temannya dengan sinis. "Arnesh itu cuman telat, bukan cari onar," ujarnya.

Sona mendengus kesal, ingin sekali dia mengusir setan yang ada dalam tubuh Thania.  "Satu kali itu wajar, kalau berkali-kali itu namanya di sengaja," ketus Sona.

"Kalian bersihkan lapangan sekolah, sampai bersih!" perintah Pak Aris, kepala sekolah.

Setelah upacara selesai Thania segera menghampiri Galant yang masih di hukum di lapangan. Sebenernya dia hanya ingin modus saja agar bertemu dengan Arnesh, dan karena tak ingin membuat kakaknya marah jika terang-terangan mengatakan niat dia yang sebenarnya, akhirnya Thania mengunakan nama Galant agar di beri ijin untuk mendekat.

"Ini buat kakak," kata Thania seraya menjulurkan air mineral pada Galant.

Galant tersenyum tipis. "Makasih cantik."

Thania menganggukkan kepala, iris matanya melirik ke arah Arnesh yang terlihat semakin tampan dengan keringat di wajahnya. Kaeil yang melihatnya sedang memerhatikan Arnesh pun mendekat dan berkata.

"Thania, kamu suka banget sama Arnesh ya," ujar Kaeil tiba-tiba.

Thania membalasnya dengan senyuman kecil dan anggukan pelan. Kaeil pun menatap Galant yang hanya diam dan mengalihkan pandangan. Dia benci melihat adiknya yang tergila-gila dengan Arnesh, meskipun dia adalah sahabatnya, namun tetap saja Galant tak setuju jika Thania menyukai cowok itu.

"Memang Thania nggak takut? Arnesh kan jahat, nakal lagi, sering berantem juga," ucap Kaeil, jujur saja dia pun merasa heran kenapa orang seperti Thania menyukai cowok seperti Arnesh.

Thania menggelengkan kepala. "Aku percaya kok sama Arnesh. Dia pasti berubah jadi lebih baik," jawabnya.

Selalu itu jawaban Thania dan tidak berubah sama sekali. "Kamu mending masuk kelas, sebentar lagi bel masuk," suruh Galant.

Sebenernya dia mengusir Thania agar tak berlama-lama di sana dan terus memperhatikan Arnesh di ujung sana.

"EZRA!" panggil Galant dengan kencang, hingga si pemilik nama menoleh ke arahnya.

Ezra segera menghampiri Galant dan bertanya. "Kenapa?"

"Bawa Thania ke kelas sana! nanti keburu ada guru," pinta Galant.

Ezra yang paham dengan keadaan hanya menganggukkan kepala dan menarik kerah baju Thania seperti memungut anak kucing. "Ayo pergi!" ajaknya.

"Ih tunggu dulu! Kak Galant..." Galant hanya melambaikan tangan dengan senyuman manis. "Belajar yang benar ya!" katanya.

Sementara itu, di ujung sana Arnesh masih sibuk membersihkan daun bersama teman-temannya yang membicarakan Thania. Arnesh tahu Thania menyukainya, dan di jadikan bahan gosip seluruh penghuni sekolah membuatnya merasa kesal.

"Dia kayaknya cinta mati sama lo deh," celetuk Mino.

Arnesh membalasnya dengan tersenyum bangga. "Jelas! secara gue ganteng," katanya.

Ravin menoyor kepala Arnesh. "Kepedean lo goblok! lagian lo kenapa gak notice dia balik sih heran gue," tanyanya.

"Tahu tuh, gue dengar dia pindah dari sekolahnya gara-gara mau ketemu lo," timpal Mino.

"Gue baru ingat! Dia cewek yang pernah ketemu lo di kafe kan?" tanya Saron.

Arnesh masih ingat, beberapa minggu lalu dia bertemu dengan cewek cantik, dan itu adalah Thania. Mereka bertemu tak sengaja dan entah bagaimana cewek seperti Thania bisa suka dengannya padahal mereka baru pertama bertemu, aneh bukan?

"Kenapa nggak lo deketin aja dulu, dia cantik."

Arnesh tersenyum miring. "Berani bayar berapa lo kalau gue deketin dia?"

INNOCENT Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang