Ch. 2

222 15 16
                                    

Chaeun pun keluar dari gedung kantornya dan berjalan pulang menuju apartemennya. Ia lagi lagi melewati jalan 'tikus' sebagai jalan pintas. Saat ia memasuki jalan tersebut ia baru teringat kalau dia harus menemui Jeno di jalan ini. Chaeun langsung melihat jam tangannya dan ia terkejut bahwa sudah pukul 10.30. Ia harus menemui Jeno pada pukul 10 dan dia sudah terlambat 30 menit.

"Baiklah, mungkin ini sudah waktunya." Chaeun mengehela nafasnya kasar dan berjalan menuju jalan itu.

Bagaimana pun ia harus menemuinya walau sudah terlambat 30 menit. Ia pun berjalan dan melewati gang dimana ia melihat pembunuhan  kemarin dan melanjutkan perjalanannya lagi. Ia pun mulai sampai di gang dimana Jeno memintanya untuk menemuinya. Ia pun berjalan dengan cepat melewati gang tersebut.

"Song Chaeun!" panggil seseorang. Chaeun pun melihat ke sumber suara dan ternyata itu adalah Jeno yang menggunakan hoodie hitam.  Chaeun hanya berpasrah di detik terakhirnya untuk hidup.

"Kamu tau apa kesalahanmu?" tanya Jeno yang bermain main dengan pisaunya. Chaeun hanya bisa terdiam dan berpasrah pada takdir.

"Aku sudah bilang untuk menemuiku pukul 10. Dan sekarang?" ucap Jeno.

Jeno pun menarik tangan Chaeun dengan paksa dan mendorong tubuhnya ke dinding. Jeno menatapnya dengan tatapan yang sangat mengerikan. Chaeun hanya menutup matanya untuk berjaga jaga.

"M-maafkan aku. A-aku lupa harus menemui mu. Silahkan b-bunuh saja aku." mohon Chaeun yang benar benar ketakutan. Jeno menyeringai kepadanya.

"Hei, apa aku gila akan membunuh seorang perempuan yang cantik ini? Aku tidak akan membunuhmu." jelas Jeno.

Chaeun membuka matanya dan seketika hatinya terasa lega.

"Aku mengancam mu agar kamu tidak lupa. Mana mungkin juga aku membunuh seorang yang sudah mengisi hatiku." katanya.

Chaeun masih terdiam namun wajahnya mulai memerah karna kata kata Jeno tadi.

"Aku menyuruhmu untuk menemui ku disini untuk menemaniku." kata Jeno. "U-untuk apa?" tanya Chaeun

"Aku ingin mengajak mu berjalan jalan menikmati suasana malam. Berdua." bisiknya.

Jeno pun menarik tangan Chaeun untuk mengikuti nya. Chaeun pun menyamakan langkah kaki Jeno dan mereka berdua pun berjalan bersebelahan. Mereka berdua pun berjalan menuju pusat kota yang terdapat banyak tempat untuk dikunjungi.

Tangan Jeno dan Chaeun saling bergandengan satu sama lain. Jantung Chaeun berdetak lebih cepat dari biasanya.

"Ah, perasaan apa ini? Kenapa jantungku terus berdebar debar saat bersamanya. Bukan karena takut tapi apa ini?" batin Chaeun.

"Kenapa kamu diam saja?" tanya Jeno yang masih menggandeng tangan Chaeun.

"T-tidak apa apa." jawabnya. "Tidak adakah yang ingin kamu beli?" tanya Jeno lagi.

"T-tidak." balas Chaeun. "Aku yang belikan. Pilih saja yang kamu mau." tawar Jeno.

"Tidak Jeno, aku tidak mau." balas Chaeun yang tersenyum ke arah Jeno.

Jeno pun membalasnya juga dengan senyuman. Ia menunjukkan eyesmile nya yang meluluhkan hati. Seketika senyumannya pudar setelah melihat sekelompok pria dengan jas dan kacamata hitam. Dia pun mengehentikan langkahnya yang membuat Chaeun juga berhenti.

Chaeun terheran heran dengan kelakuan Jeno. Jeno pun menarik Chaeun agar berhadapan satu sama lain.

"A-ada apa?" tanya Chaeun. "Chaeun, cium aku sekarang!" kata Jeno. Chaeun pun membelakkan kedua matanya terkejut.

"T-tunggu, apa?" tanya Chaeun yang masih tidak percaya. "Cium aku, sekarang." jelas Jeno sambil memegang dagu Chaeun.

"T-tapi..." seketika bibir mereka saling bersentuhan satu sama lain. Jeno memainkan alur bibirnya secara perlahan. Chaeun pun mulai bisa mengikuti alur Jeno dan Chaeun mulai masuk kedalam nya.

Beberapa detik setelah itu mereka pun melepaskan ciuman mereka. Jeno menatap Chaeun dengan tatapan sayu sedangkan Chaeun masih terkejut namun juga bahagia. Wajah Chaeun seketika berubah menjadi merah seperti tomat. Chaeun masih terheran heran apa yang sebenarnya terjadi. Jantungya masih berdetak dengan tidak karuan.

"Ehh.. I-ini sudah jam 12. Aku harus segera kembali ke apartemen ku." kata Chaeun yang melihat ke arah jam tangannya. "Baiklah kalau begitu, aku akan mengantarmu sampai ke apartemen." kata Jeno.

Ia pun menggandeng lagi tangan Chaeun dan melanjutkan perjalanannya menuju apartemen Chaeun.

Sesampai nya mereka di depan apartemen, Chaeun pun berpamitan dengan Jeno.

"E-eh, ngomong ngomong terima kasih ya sudah mengantarku pulang." ujar Chaeun. "Bukan masalah. Lagipula tidak baik seorang perempuan jalan di malam hari seperti ini." kata Jeno. Sebuah senyum terukir pada wajah mereka berdua.

"Kalau begitu, aku pergi dulu ya." Chaeun melambaikan tangannya pada Jeno.

"Tunggu," Chaeun pun menghentikan langkahnya dan berbalik arah. "Ehh.. terima kasih ya untuk hari ini. Ngomong - ngomong k-kamu hebat juga dalam hal berciuman." wajah Jeno seketika berubah menjadi memerah.

Chaeun pun kembali ke tempat Jeno berdiri dan menatap ke wajahnya. Chaeun pun memberikan ciuman di pipi kanan Jeno. Tanpa berkata apa apa lagi, Chaeun hanya tersenyum dan langsung menuju ke pintu masuk apartemennya.

Jeno masih terdiam di tempat dan hatinya terasa sangat gembira dan berbunga bunga.

"Dia benar benar mencium ku. Apakah dia menyukai ku?" batin Jeno

Chaeun pun membuka pintu kamar apartemennya, langsung menutupnya dan menyenderkan badannya pada pintu.

"Apakah aku jatuh cinta padanya? Walau dia memiliki latar belakang sebagai pembunuh tetapi entah kenapa jika aku bersamanya, aku menjadi lebih nyaman." pikir Chaeun

Tbc

Lebih panjang dari pada yang kemaren. Iya gue tau ini one shot tapi kan harus ada kronologinya dulu biar makin mantap gitu...

seperti byasah
vote&komen gaes... <3


Kill or Kiss; ljnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang