Part 2♥

45 12 4
                                    

Benci, bukan berarti musuh kan?

-Ranya

"dih muka pas pas an di bilang ganteng". cibir Ranya

"wahhh.. gak terima gue, seorang Refan Andriano di bilang muka pas pas an". ujar Refan tidak terima "lagian daripada lo jadi cewek judes, kelamaan jomblo tau rasa". lanjut Refan.

"lo juga jomblo, ngaca dong". kesal Ranya pasalnya Refan selalu saja menghinanya dengan kata JOMBLO padahal dirinya sendiri juga berstatus JOMBLO.

"gue mah bebas, cewek cewek juga pada ngefans sama gue" Refan tersenyum bangga.
Ranya beranjak pergi meninggalkan Refan, Ia malas mendengarkan ocehan Refan yang membuatnya kesal.

"RANYA JADI CEWEK JANGAN GALAK GALAK". teriak Refan sambil tertawa senang sekali rasanya dia mengganggu Ranya.

****
pagi ini adalah jadwal upacara bendera setiap hari senin, hari yang sangat dikeluhkan oleh para murid karena harus berdiri lebih lama di lapangan dan pancaran sinar matahari. seperti Tyas yang sedari tadi mengeluh kepanasan hingga Ia memakai topi sampai menutupi wajahnya.

"Ran gue pura pura sakit aja ya, biar ke UKS lumayan bisa liat Cogan anak PMR juga". modus Tyas sambil berbisik ke arah Ranya yang baris disebelahnya.

Ranya memutar bola matanya malas, sahabatnya yang satu ini pikirannya Cogan saja
"Modus lo". cibir Ranya

"lo tuh ya liat sahabatnya seneng aja susah amat". kesal Tyas

"serah lo deh". cuek Ranya

sedangkan Tyas sudah tidak sabar, Ia ingin cepat cepat kembali ke kelasnya cahaya matahari sudah semakin panas.

****
Bel istirahat sudah berbunyi, inilah yang dinanti nantikan oleh semua murid untuk mengisi perutnya yang kelaparan.

"gue mau beli siomay, lo mau beli apa?". tanya Ranya kepada Tyas

"samain aja"

Ranya mengangguk, lalu Ia langsung memesan siomay, butuh perjuangan memang karena suasana kantin sangat ramai, Ranya harus antri ekstra sabar setelah selesai, Ia beranjak menghampiri Tyas yang sudah menunggu, tapi tiba tiba pergelangan tangannya dicegah oleh Refan.

"Ran itu siomay nya gue beli ya, lo ngantri lagi" ujar Refan tanpa bersalah.

"enak aja, ngantri sendiri dong" ketus Ranya

"galak amat sih lo jadi cewek". ujar Refan tak kalah ketusnya.

sedangkan Ranya hanya menatap Refan tajam. tanpa mengatakan apa apa Ranya pergi meninggalkan Refan begitu saja Tyas pasti sudah menunggunya, Refan menatap punggung Ranya yang semakin menjauh.

"lo cantik kalo galak". ujar Refan dalam hati tanpa disadari Refan tersenyum.

****
sudah lama Ranya menunggu jemputan Ayahnya di halte depan sekolahnya, tak lama kemudian ponselnya berbunyi ternyata pesan dari Ayahnya.

Ayah
maaf Ayah gak bisa jemput kamu ada keperluan mendadak di kantor, kamu pulang sendiri gapapa kan? hati hati.

Ranya
iya Ayah gapapa, nanti Ranya naik angkot aja.

Read

Ranya menghembuskan nafas pelan padahal sepulang sekolah ini Ranya ingin mengajak Ayahnya ke suatu tempat yang sangat Ia rindukan, tiba tiba sebuah motor berhenti didepan Ranya, Ranya sudah menduga cowok itu lagi, Ya Refan.

"ngapain lo".ketus Ranya

"mau bareng ngak?, mumpung gratis nih". celetuk Refan

"gak".

"yakin?"

Ranya masih diam.

"yaudah". Refan kembali memakai helm nya, saat Ia hendak pergi Ranya mencegahnya.

"Anterin gue ke suatu tempat".

****
hari pun berganti malam Refan baru saja merebahkan tubuhnya di kasur, Ia masih mengingat sepulang sekolah tadi bersama Ranya.

Flashback on

saat diperjalanan keduanya sama sama diam, Ranya hanya fokus pada jalanan yang sangat ramai dan Refan fokus berkendara, hingga kemudian Refan membuka suara untuk menanyakan kemana sebenarnya tempat yang Ranya maksud.

"kita kemana lagi?". tanya Refan

"itu di depan belok kiri, udah kok sampe".

setelah sampai tempat yang ditujukan Ranya, Refan bingung untuk apa Ranya kesini, sedangkan Refan hanya mengikuti Ranya dibelakang. Ranya berhenti, didepannya sudah ada nisan Bundanya yang bertulis Fani, yah tempat yang ditujukan Ranya adalah pemakaman Bundanya.

Ranya berjongkok begitu juga diikuti dengan Refan, Ranya menaruh bunga disamping Nisan Bundanya.

"siapa?" tanya Refan

"Bunda gue".

"kalo boleh tau, bunda lo meninggal karena apa? " tanya Refan hati hati takut pertanyaan itu membuat Ranya sedih.

"kecelakaan, saat gue masih bayi".

"lo harus nerima ikhlas, lo harus yakin kalo Bunda lo tenang disana, jangan terus terusan sedih, nanti Bunda lo juga ikut sedih". ucap Refan

Ranya mengerutkan dahi, mengapa tiba tiba Refan berubah menjadi bijak.
"lo lagi gak sehat?, tumben banget jadi sok bijak".

"daripada nanti lo nangis, sedangkan sekarang gue gak punya balon buat lo". tawa Refan pecah.

"tadi sok sok bijak, sekarang mulai lagi gangguin gue, mau lo tuh apa sih". protes Ranya dan langsung pergi meninggalkan Refan.

"Ran tungguin, gitu aja ngambek". Refan langsung mengejar Ranya yang langkahnya semakin menjauh.

Flashback off

Refan tersenyum mengingat kejadian tadi lucu itulah sifat Ranya menurutnya, tak lama kemudian Refan terlelap dalam mimpi.


Part 2 segini dulu ya, maaf kalo masih banyak typo jangan lupa Vote sama koment.

salam

Alfi Sasia





Ranya HauraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang