Third <Truth>

752 104 4
                                    

Note : Bold = Flashback On
             *** = Flashback Off
            Italic = Flashback

Happy reading! Mi luv yu💜

🐱🐻🍭

"Ongiewu! Tunggu!"

Bukannya berhenti, Seongwoo semakin mempercepat langkahnya. Perasaan marah, kesal, kecewa bercampur aduk menjadi satu. Dia tak mau seperti ini, tapi seseoramg yang saat ini mengejarnya yang membuatnya seperti ini.

Air mata Seongwoo mengalir deras meski sudah berulang kali diusapnya. Andai saja ada Daniel, dirinya tak perlu bersusah payah mengusap air matanya. Sekali saja Daniel mengusap pipinya untuk menghapus air mata, sudah cukup untuk membuat Seongwoo berhenti menangis.

Tangan Seongwoo ditarik paksa hingga tubuhnya berbalik. Matanya yang berair menatap nyalang sosok dihadapannya. Bukannya bermaksud tidak sopan, tetapi sosok itu yang meminta.

"Dengerin gue dulu! Gue nggak maksud ngomong gitu, sumpah!"

Seongwoo menghentakan tangannya untuk melepas cengkraman orang dihadapannya. "Apalagi yang harus didengerin?! Kakak udah seenak jidat ngehina aku! Mana ada nggak maksud?!" Emosi Seongwoo sudah dipuncak kepala. Sedikit lagi terpancing, sudah tidak tahu lagi bagaimana nasib sosok dihadapannya ini.

Semuanya bermula dari,

"Hai, Ongiewu!"

Seongwoo menghela nafas perlahan. Hanya ada satu orang yang memanggilnya demikian. Salah satu musuh bebuyutan Daniel. Mengapa? Karena sudah tak terhitung berapa kali Seongwoo akan diambil alih dari Daniel.

Sayangnya Seongwoo masih berbaik hati. Dirinya berbalik lalu menampakan senyuman manisnya. "Iya, Kak? Ada apa?"

"Udah selesai kelas, kan? Jalan yuk!"

Senyum Seongwoo sedikit menghilang. Tak sepenuhnya tentu saja. Untuk penghormatan. "Nggak bisa, Kak. Gue harus buru-buru pulang. Ada tugas," alibi Seongwoo. Sebenarnya tubuh ringkihnya luar biasa lelah. Kepalanya pun berdenyut sakit.

Sosok dihadapannya mencebik kesal. Pandangannya teralih pada objek lain. "Halah, palingan lo juga mau nangisin pacar lo yang sok kegantengan itu!" Benar-benar keputusan yang salah ketika sosok itu mengucapkan kalimat yang mengandung unsur menjelekan Daniel.

Mata Seongwoo sudah memicing tajam pada sosok dihadapannya. Dirinya beralibi baik-baik tetapi dibalas seperti itu. Parahnya, mengeluarkan kata-kata yang seakan-akan Daniel adalah sosok yang tak perlu ditangisi. Bibir Seongwoo terkatup rapat serta kedua tangannya sudah mengepal erat dikedua sisi tubuhnya.

Sosok itu mengetahui perubahan emosi Seongwoo. Salah satu ujung bibirnya terangkat, mengejek Seongwoo yang terpancing emosi. "Kenapa? Gue bener? Segitu cintanya sama Daniel. Cuih bucin!" Matanya kembali menatap Seongwoo yang masih setia terdiam. Senyum kemenangan tercetak diwajahnya. "Segitu cintanya atau emang abis dijebolin dan nggak ditanggung jawabin? Nggak nyangka, semurah itu."

"PARK CHANYEOL!"

PLAK!

"Cukup sampai disini, jangan ganggu hidup gue lagi! Enyah lo!"

"Gue minta maaf, Ongiewu. Gue kelepasan, nggak niat gitu, sumpah!" Tangan Chanyeol berusaha untuk meraih tangan Seongwoo. Sayangnya, sudah berkali-kali Seongwoo menampik tangan Chanyeol. Sudah tidak sudi lagi.

Mata Seongwoo yang tentunya masih berair sudah tak ingin lagi menatap sosok Chanyeol. "Maaf, Kak. Jangan ganggu urusan gue dan Daniel lagi. Cukup sampai disini."

Tunggu || Ongniel (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang