Bagian 2 Maafkan Aku

2 0 0
                                    

"Ikut aku! " bentaknya kasar
Delia berusaha mengikuti langkah Haris yang terus menyeretnya tanpa ampun entah kemana.
"Lepaskan aku! " teriak Delia.
Tapi sepertinya upaya Delia melepaskan tangannya sia-sia, karena Haris mencengkeramnya dengan sangat kuat.
"Haris, kau menyakitiku!"
Mereka terus berjalan melewati bangunan utama dan menuju bungalow di bagian belakang rumah utama. Haris membawanya ke sebuah ruangan
"Apa maumu?" tanyanya kepada Delia setelah menghempaskan tubuh mungil Delia ke sebuah sofa berwarna putih.
"Apa maksudmu?"
"Jangan pura-pura lagi!" ucap Haris sambil mencengkeram wajah Delia
"Apa tujuanmu?"
"Haris!" sentak Delia sambil berusaha melepaskan wajahnya "Cukup!"
"Oh, sekarang kau mengingatku?"
"Kaulah satu-satunya ingatan yang ingin kulenyapkan dari otakku!" tukas Delia penuh kemarahan.
"Apa kau sudah gila?" balas Haris "Setelah kau kabur sekian lama. Kau tiba-tiba muncul sebagai istri ayahku? " Senyuman sinis muncul dari sudut bibir Haris.
"Aku tidak kabur!" Delia memukul dada Haris dan mendorongnya untuk menjauh. "Kau yang lebih dulu meninggalkanku!"
"Dan alia.... " Haris tidak dapat meneruskan kata-katanya.
"Aaarrghhh!!!" Delia berteriak histeris sambil menutupi wajahnya "Aku tidak membunuhnya! Itu kecelakaan! Aku tidak pernah membunuhnya!!"
Delia menangis histeris. Kematian Alia, putri mereka sangat memukul dirinya. Setelah bertahun-tahun lamanya dia masih tetap mengingat kenangan dalam setiap mimpi buruknya. Dia masih dapat mengingat bagaimana tubuh mungil itu akhirnya harus menghembuskan nafas terakhirnya karena kecerobohannya. Itu adalah penyesalan terbesar dalam hidupnya. Dan ibu Haris menimpakan semua kesalahan itu kepadanya.
"Delia!" sentak Haris cemas, melihat Delia yang terus histeris.
Delia seakan tidak mempedulikan itu. Khawatir ulahnya mengundang kecurigaan orang lain, Haris membekap mulut Delia dan memeluk erat tubuhnya yang terus bergetar.
"Delia.... Ssshhh Delia... "
Dia akhirnya berupaya menenangkannya. Delia masih tetap menangis dan gemetar.
"Aku mohon.. Delia.. Delia" bisik Haris lembut "Delia, maafkan aku."
Dibukanya mulut mungil itu pelan-pelan. Haris masih khawatir Delia akan kembali berteriak.
Delia terisak dengan tubuh masih gemetar.
"Delia maafkan aku."
Dipandanginya wajah cantik itu. Wajah yang pernah membuatnya begitu jatuh cinta, bahkan hingga saat ini perasaan itu masih tetap sama. Dia pernah membencinya. Tapi itu tidak mengurangi perasaan cintanya.
Setelah beberapa saat Delia mulai tenang. Haris mengusap air mata yang masih meleleh membasahi pipi Delia.
Delia membalas tatapan mata Haris. Haris masih sama seperti empat tahun lalu. Wajahnya yang tampan semakin tampak matang. Matanya yang dalam seakan mampu menenggelamkan dunia Delia. Mereka saling berpandangan dalam diam unntuk waktu yang cukup lama.

Haris bertanya, "Delia..., aku..." dan dia tidak mampu melanjutkan kata-katanya. Permintaan maaf seperti apapun tidak akan mengembalikan dunia Delia. Dia menyakitinya. Dia meninggalkan wanitanya disaat dia begitu membutuhkannya. Digenggamnya tangan Delia dengan sangat hati-hati, seakan itu sesuatu yang sangat rapuh. Mata Haris menunjukkan penyesalan yang luar biasa.

"Aku ingin...."

The Wedding-My Father's BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang