Perjalanan pulang David ditemani oleh 2 teman baiknya, Reyes, dan Nathan. Juga tetesan air hujan dan kehangatan yang diantar oleh jaket hoodie merahnya.
"Woi Vid, tadi lu berantem sama Neilwin napa lagi?" Tanya Reyes sebagai pembukaan.
"Gak papa, biasa." Balas David tanpa ekspresi.
"Oh..." Sela Nathan, Nathan sudah pasti mengerti karena David dan Nathan sudah berteman lama. Lebih lama daripada Reyes.
"Oh apaan, maksudnya biasa apa?" Tanya Reyes lebih kepo.
"Eh, gua pulang dulu ya, bye." Sapa David seiring menuju ke supir ojek onlinenya.
"Eh, tung..... ya udah bye." Ujar Reyes terbata-bata.
......
Smartphone David terpaksa harus di banting setidaknya untuk meluapkan amarah, ia menyalakan pemutar musik dari smartphonenya. Menjatuhkan tubuhnya ke kasur terdekat.
"Vid? Tumben tidur siang, biasa mantengin HP, kalo ga buku fisika." Sapa Ayahnya yang juga membangunkan David dari bangunnya.
"Iya, lagi capek aja." Jawabnya santai.
"Oh, banyakin istirahat, jangan sampe sakit." Ujar Ayah David.
"Iya, diusahakan." Balasnya.
Badannya yang kaget karena perubahan jadwal, menjadi sulit untuk digerakkan.
.......
"Woy, Vid. Mana PR Fisika lu?!" Tanya Neilwin dengan wajah menantang.
"Ada." Jawabnya singkat.
"Coba liat." Pinta Neilwin dengan wajah sedikit malu tapi tetap menantang.
"Ga usah kepo." Balasnya tajam.
"Tuh kan, kalo cewek nanti pinjem dikasih, kalo gua? Ga pernah." Ejek Neilwin yang mulai membuat David semakin panas.
"Gua begitu karena mereka usaha, mereka minjem cuma buat ngecek kok. Sedangkan lu?! Ga ada usaha sama sekali!" Bentak David. Untuk pertama kalinya.
"Santai, Vid. Ga usah ngegas, biarin aja." Ujar Reyes seiring mengelus punggung David.
"Hoi, Vid! Lu bawa kertas ulangan Fisika yang kemarin ga?" Tanya seorang perempuan di belakang mereka.
"Ga bawa, emang kenapa?" Tanya David tajam.
"Hari ini remed, jadi ulangannya harus diperbaiki, ajarin dong." Pinta Mitzi.
"Hah!! Hari ini! Waduh, ikut dong!" Teriak Reyes terkejut. Banget.
"Tuh kan! Kalo cewe diturutin, gua?! Minjem PR aja ga boleh." Ejek Neilwin.
"Udah, Vid. Ga usah dengerin!" Bentak Reyes.
"Gak kok, gua ga denger apa-apa." Balasnya.
"Ni orang napa deh." Batin Mitzi yang dengan ekspresi 'naif'nya.
"Mana, sini dijelasin." Pinta David.
"Liat aja, sendiri." Perintah Mitzi sambil menunjuk ke nomor-nomor yang salah.
"Gua punya juga dong!" Minta Reyes.
"Gua juga dong! Kerjain gua punya, tanggung!" Minta Neilwin.
"Kecuali lu Nel, gua cuman mau ajarin, bukan kerjain." Jawab David.
"Tuh kan. Heh." Ejek Neilwin setengah tersenyum.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Slice of Smile
SaggisticaKisah perjalanan hidup seseorang yang bisa dibilang membosankan namun penuh kejutan. Hampir sama dengan detak jantung orang mati yang hanya membuat garis.