488 70 15
                                    

Rasanya pengen ketawa kalau inget omongan temen-temen tiap kali aku ngeluh.

"Ah elu mah enak, punya pacar, ada yang nganterin."

"Ah elu mah enak, punya pacar jadi ada yang merhatiin."

"Ah elu mah enak, punya pacar jadi gak bakal kesepian."

Enak, ndasmu.

Aku memang punya pacar. Tinggi, ganteng, cool, anak band. Paket lengkap, kata orang-orang.

Tapi enggak bagi aku.

"Hun..." Aku nyenggol kaki Hun yang menjuntai dari atas sofa pake kakiku sendiri. "Udah mau dua jam loh."

Cowok itu mendongak dengan wajah clueless. "Apanya?"

Aku menghela napas singkat sebelum menjawab. "Kamu ke rumah aku cuma mau numpang main game doang?"

Masih dengan wajah tanpa dosanya Hun mengangguk. Perhatian cowok itu kembali terpusat pada smartphone di tangannya.

Jadi ini definisi pacaran rasa jomblo. Weekend diapelin pacar ke rumah bukannya diajak jalan-jalan malah dianggurin begini.

Angan-angan diajak jalan sama Hun sebenernya terlalu muluk ya. Paling enggak ya diajak ngobrol lah. Masa iya dia nyamperin ke rumah beneran cuma buat numpang main game doang?

"Gak mau jalan kemana gitu? Weekend ini loh." Aku masih berusaha menyadarkan si makhluk tidak peka itu, meski tau akan percuma.

Sekilas aku melihat mata sipit Hun melirik ke luar rumah. "Panas, kamu mana suka panas-panasan. Di rumah aja lah, dingin."

Aku mendengus pelan dan beranjak masuk ke kamarku sendiri. Samar-samar terdengar suara Mama yang nawarin mie rebus ke Hun. Tentu saja diiyakan oleh pria wajah kucing itu.

Menyerah dengan Hun, aku pun memutuskan untuk mencari teman hang out. Rugi gila weekend gak kemana-mana.

Oh, Tuhan bener-bener sayang Jasmine. Buktinya pas buka line udah ada chat masuk dari Kak Ivy yang ngajakin pergi buat nyobain café baru.

Rasakan Hun. Main game aja lu sendirian ampe lumutan!

Dengan penampilan yang sudah berganti dari outfit rumahan menjadi pakaian casual untuk jalan-jalan, aku melenggang keluar kamar, memastikan agar Cha Hun sadar dan bertanya.

"Mau kemana?" Hun terlihat baru aja ngabisin mie rebusnya sampe licin. "Hm?"

Aku mengalihkan pandangan dari mangkok mie ke wajahnya. "Mau pergi sama Kak Ivy."

Hun menggotong mangkok tersebut ke wastafel di dapur dan kembali ke ruang tengah. Ia menunduk untuk mengambil kunci motornya di atas meja.

"Naik apa?"

"Grib." Jawabku singkat, dalam hati mengharapkan suatu hal yang mustahil.

"Udah pesen?"

Aku menggeleng. Apakah Hun berencana mau ngan—

"Pesen lah sekarang. Ntar Kak Ivy kelamaan nunggu, kasian." Dengan begitu Hun berlalu keluar rumah menuju motornya.

Sudah gila ya ngarepin Hun peka?

Annoying Boyfie #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang