Senyumnya menghangatkan

69 7 1
                                    

Kulihat dia tersenyum, pikiranku langsung terbuai oleh lamunanku.
Vina cukup cantik. Senyumnya manis. Bola matanya indah.
Dia cukup menarik. Entah itu lamunanku karena aku menyukainya atau entah karena apapun itu aku tidak tau.

Tiba-tiba saja Vina berkata,
“Vian, lihat itu. Indah ya!” Sambil tangannya menunjuk ke senja.

Aku yang sedari tadi diam, hanya bisa melihat pancaran senja itu dari bola matanya. Entah kenapa aku mulai menyukainya.

“Viann. Lihat dong! Jangan ngelihatin aku terus, lihat itu senjanya udah mau hilang.”

“Eh, iya indah ya. Kaya bola mata kamu.” Tiba-tiba aku keceplosan.

Kulihat pipinya mulai merona.

“Wahh, makanya jangan liatin aku terus.” Sambungnya sembari tertawa.

“Hehehehe.” Tawaku malu.

“Itu lihat. Senjanya udah hilang.”

“Asal jangan kamu aja yang hilang.” Godaku.

“Gombal.”

“Suka.”

“Suka siapa?”

“Kamu.”

“Tuuhkaan, gombal lagi.”

“Kamu ada nomor telepon?”

“Buat apa?”

“Kalo orang nanya gak boleh balik nanya.”

“Iya maaf.”

“Boleh minta?” tanganku sembari mengeluarkan telepon genggam.

“Terus, kalo kamu minta nomor telepon aku, aku pake apa dong?”

“Kalo orang nanya gak boleh balik nanya.”

“Iya iya, sini telepon kamu.” Tangannya sambil merebut telepon genggam milikku. Dia juga menyimpan nomor teleponku.
“Emangnya buat apa?”

“Buat neror kamu.”

“Serius ihh.”

“Buat mastiin aja, kalo kamu masih ada di bumi.”

“Aku akan selalu ada di bumi. Kalo kamu masih berada didalamnya.”

“...” Aku terdiam dengan perkataannya.

“Yaudah yuk, pulang. Udah mau malem ni.” Ajaknya.

“Kamu naik apa?”

“Naik angkot.”

“Emang ada angkot sore gini?”

“Yaudah, aku minta anterin kamu. Tanggung jawab udah bikin aku pulang jam segini.”

“Iyaiya bawel.” Jawabku sambil menarik tangannya ke arah parkiran motor.

Sore itu ku saksikan senja menghilang bersama orang yang aneh, lucu, unik. Namun aku menyukainya.

Gadis AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang