Inilah aku

3 0 0
                                    

Aku, Rayn Riesky Sidrodjoe. Kehidupan lebih akrab memanggilku Rayn, aku adalah seorang anak dari keluarga keturunan Sidrodjoe, hal inilah yang menjadi faktor utama untukku merasa tak pernah terkalahkan, raja kampus, raja raching, raja gaple, dan raja dunia malam lainnya kecuali dugem dan main wanita, kenapa? Itu karna aku merasa jijik dengan wanita yang murahan yang dengan mudahnya disentuh laki-laki hidung belang, hanya demi recehan.

Pagi begitu cerah, sama seperti biasanya. Aku melangkahkan kakiku menuruni anak tangga menuju meja makan, disana sudah terlihat tiga orang yang aku cintai, papa, mama, dan bang Rian.

"Duh, anak mama ganteng deh, bakalan tambah ganteng lagi kalau tanpa anting hitam itu sayang. "
Celoteh mama yang selalu sama menyuruhku untuk melepas tindik hitam kesayanganku.

"Yee mama tanpa ini, Rayn ngga ganteng kali ma. " belaku asal.

"Rayn ganteng kamu itu alami, turunan gen dari papa, tanpa apapun tetap ganteng seratus persen. Lihat juga kakak kamu itu. "

Aku hanya menyengir seraya melihat bang Rian yang masih terdiam dengan fokus pada acara sarapannya, abangku ini memang terkenal maskulin, banyak para gadis yang mengejar-ngejarnya, tapi entah tak satupun dari mereka yang menurutku lumayan cantik tidak ada yang nyantol, terkadang aku jadi takut kalau abangku ini guy, hrrr bergidik ngeri aku jadinya.

"Kenapa ngeliatin abang, Rayn? Kagum? "

Aku terkejut ternyata bang Rian benar-benar perasa.

"Jangan terlalu percaya diri bang, umur segitu belum laku-laku juga. "

Sejurus mata bang Rian menatap tajam, aku merasa acuh dengan mulai meneguk susu coklatku, kesukaanku.

"Rayn benar Rian, kenapa kamu nggak pernah ngenalin satu gadispun ke mama. "

"Tenang mama, Rian Ini hanya menjaga diri saja kalau sudah ada yang cocok nanti Rian langsung ngajak lamaran. "

Mama mengangguk dengan ekspresi tersenyum senang, begitupun dengan papa.

"Menjaga diri kek gimana sih bang? "

"Makanya Rayn ikutan ngaji dong, dalam islam tidak pernah ada istilah pacaran, yang ada itu ta'aruf. "

Mendengar kata ta'aruf pikiranku semakin berkerut, tak pernah mendengar kata itu sebelumnya.

"Apaan lagi ta'aruf? "

"Proses pengenalan diri antara wanita dengan laki-laki dengan maksud yang serius menikah. Udah ah, kalau kamu masih ingin tahu lebih banyak minggu esok ikut abang ke kajian pagi, aku berangkat ma, pa. "

Ucap bang Rian seraya mencium punggung tangan mama dan papa. Lalu menghilang bersama langkahnya, aku kembali mengunyah roti sandwich yang sempat tertunda dengan kata ta'aruf.

-------------------------------------------------------------"Rayn temenin gue yok? "

Suara nyaring si Uzan soulmateku, membuyarkan konsenterasi gameku, aku mendengus kesal.

"Kemana? Ya elah kayak emak-emak mau nyebrang aja minta ditemenin. "

"Ke gedung PAI, ayok. "

"Hah, ngapain ke gedung anak PAI kuker banget, mau tobat lo? "

"Nggak gitu Rayn, tadi flash disk aku ketinggalan yang mau buat presentasi, makanya aku minta tolong tetangga aku buat mampir ngambilin sebelum ke kampus, dia anak PAI, ayok lo kan soulmate gue. "

Aku menyerah dan mengikuti Uzan, memasuki koridor gedung PAI.

"Layla. "

Aku mendengar teriakan Uzan yang cukup keras, hingga membuat semuanya terdiam, aku merasa kesal kini aku dan Uzan jadi pusat perhatian anak PAI, seorang gadis berjilbab oren, melangkah ke arah kami, deg.... 

Betapa cantiknya dia, jalannya begitu anggun, wajah ayu yang memancarkan kelembutan alami, senyuman terukir di bibir ranumnya, ah Tuhan betapa elok ciptaanMu.

"Mas Fauzan, ini flash disknya, lain kali jangan ceroboh lagi, alhamdulillah tadi ketemu. "

Yaa Tuhan, betapa merdunya suara itu.

"Hehe iya, iya neng, makasih ya cantik. "

Layla mengerucutkan bibirnya, semakin membuatnya terlihat manis.

"Eh, Layla kenalin ini temen aku yang paling ganteng dan baik sedunia Rayn. "

Layla menatap ke arahku, ia tersenyum seraya menangkupkan kedua tangan di depan dada.

"Layla. "

"Aku...  Rayn. "



Takdir cinta dari sungai NilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang