Permulaan hijrahku

2 0 0
                                    

Layla, nama itu seakan tertancap begitu dalam pada seluruh diriku, benakku, pikiranku dan hatiku seakan hanya berputar pada satu nama, Layla.

Senyuman di bibir lembutnya, mata beningnya, pipi pualamnya, langkahnya yang begitu anggun, semua tentang dirinya mengalir begitu saja memenuhi ruang hidupku, tanpa terasa aku telah tersenyum ketika teringat akan dirinya.

"Jadi, kau benar-benar mencintai Layla, Rayn? "

Suara Uzan membuatku tersadar, ia duduk di sampingku seraya memetik senar gitar kesayanganku.

"Hey, jangan sembarangan menyentuh sinyolina ku Uzan. "

Uzan tertawa jahil, lalu meletakkan gitar sinyolina di tempatnya kembali.

"Ku kira dengan kau mencintai Layla kau akan melupakan sinyolinamu ini, Rayn. "

Aku menjitak kepalanya, karena saking jengkelnya diriku pada Uzan yang tidak henti-hentinya mengganggu.

"Eh, santai Rayn, apa kau tidak tau aku bisa membuatmu dan Layla menjadi sepasang kekasih. "

"Benarkah? "

"Tentu saja kawan, apa kau lupa Layla adalah teman masa kecil sekaligus tetanggaku jadi, aku tau laki-laki seperti apa idaman Layla. "

Aku mengangguk, benar juga apa yang di katakan Uzan, aku menatap kesungguhan di mata Uzan yang biasanya hanya memancarkan kejahilan.

"Baiklah, jadi cowok idaman Layla itu seperti apa? "

"Yang jelas tidak seperti dirimu yang saat ini Rayn. "

"Maksudmu? "

"Kau tengok Layla gadis macam apa, hah? Dia wanita sholehah, yang benar -benar  baik, bahkan jilbabnya melampaui panjang, sedang kau terkesan berandalan, raja dunia malam, raching, gaple, itu duniamu Rayn. "

Uzan menghentikan perkataannya, aku mencernanya dengan seksama, memang betul apa yang dikatannya juga.

"Jadi? "

"Jadi cowok idaman Layla, itu yang berputar pada dunianya juga, yang 'alim, sholeh, cool, dan pandai ngaji. "

"Yakin, kamu Uzan?  Terus aku harus gimana dong? "

"Yakin pak bos seratus persen full, ya kamu harus memulai memasuki dunia Layla perlahan demi perlahan, ikutlah kegiatan rohis kampus, nanti setelah jam kuliah selesai anak rohis ngadain kajian cobalah ikut, setidaknya kau bisa ketemu Layla Rayn "

"Layla anak rohis? "

"Nggak cuman anak rohis, tapi dia wakil ketua rohis, pemilihab kemarin dia masuk sebagai kandidat. "

Aku semakin tertegun, tersadar betap berbedanya duniaku dan dunia Layla,  baiklah Layla aku akan menghapus jarak di antara kita, sedikit demi sedikit hingga tak yang dapat memisahkan kita.

_________________________________________

Terasa begitu asing, kesan pertamaku setelah memasuki masjid kampus yang akan di adakan kajian, semua mata memandangku, aku memang tidak suka merasa terintimidasi, tapi aku berusaha berwajah datar dan mengedarkan pandangan mencari sosok Layla, namun, tiba-tiba ada seseorang yang memegang bahuku, aku menoleh ke arah pemilik tangan, aku melihat sosok yang berwajah begitu teduh.

"Wahai anak muda, Apakah kamu baru di sini? Sepertinya aku baru melihatmu di sini. "

"Ah, iya pak saya baru di sini. "

"Bagus, langkah awal mungkin akan berat tapi semua akan baik-baik saja, yakin saja di setiap langkah pasti selalu ada jalan. "

Entahlah, mengapa perkataannya itu tadi tidak terkesan menggurui, mengalirkan kehangatan yang tidak biasa aku dengar. Ia tersenyum lalu berjalan ke arah depan, aku masih memandanginya, ia terhenti di tempat duduk paling depan.

"Assalamu'alaikum, saudara saudari, putra putriku yang aku sayangi. "

Wa'alaikumusalam

Ternyata dia adalah ustadz yang  mengisi kajian, ustadz Khalil, suaraya begitu berkharisma membuatku tak bisa mengabaikannya, ia menjelaskan isi surat Al Anfal ayat 2-4,suaranya begitu merdu dan menenangkan ketika mengalunkan ayat Al Qur'an, hatiku terasa begitu bergetar, dalam ayat itu beliau menjelaskan mengenai kriteria orang yang benar-benar beriman, mulai dengan menjelaskan arti dari iman itu sendiri, aku tertampar, sungguh aku merasa sangat malu, aku Ini beriman tapi seribg tidak mencerminkan keimanan tapi malah seakan merendahkan agamaku, aku benar-benar malu sebagai manusia yang bodoh selama ini, aku islam dan beriman namun, tak benar-benar mengenal islam, Allah, Muhammad, dan Al Qur'an, dan di tambah betapa jauhnya aku dari kriteria orang yang benar-benar beriman, semua masuk begitu saja dalam hati dan fikiranku, hingga semua berakhir dengan ustadz Khalil menutup salam, semua bergegas keluar masjid aku masih mematung dengan ustadz Khalil yang masih sama berada di posisinya, aku mendekati beliau hingga tepat di hadapannya, beliau menatapku sangat dalam.

"Ada apa hai anak muda? "

"Ustadz Khalil, ajarkan aku tentang islam. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 28, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Takdir cinta dari sungai NilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang